RG-Agriculture

Browse

Recent Submissions

Now showing 1 - 20 of 129
  • Item
    IbPE MADU HUTAN SIALANG AIR MOLEK KABUPATEN INDRAGIRI HULU PROVINSI RIAU (2015)
    (2016-08-09) Hapsoh; Gusmawartati; Nazaruddin
    Potensi hasil hutan dari daerah Riau yang sangat memungkinkan untuk dikelola masyarakat umum adalah Madu Hutan. Populasi lebah madu di daerah Riau tersebar diberbagai wilayah. Wilayah yang kawasan hutannya paling banyak memproduksi madu liar adalah; Kabupaten Indragiri Hulu, Kabupaten Kuansing dan Kabupaten Pelalawan. UKM Al-Hikmah mendapatkan suplay madu hutan dari UKM DUTAMAS, selain dari daerah Indragiri Hulu, madu hutan yang diperoleh UKM mitra disuplay dari beberapa daerah Kuantan Sengingi dan Pelalawan oleh kelompok pengelola madu. Meskipun disuplay dari wilayah yang berbeda kualitas madu hutan yang dihasilkan tidak jauh berbeda. Hanya saja terdapat perbedaan dari fisik dan rasa. Selama ini pengelolaan madu hutan masih dilakukan secara tradisional. Kualitas madu hutan dari pedalaman Provinsi Riau dipasaran nasional cukup baik, tidak kalah dengan madu Sumbawa dan madu Arab. Akan tetapi dengan pengelolaan yang masih sangat sederhana sekali berdampak kepada penurunan kualitas madu yang telah dipanen dari hutan. Umumnya madu hutan yang baru dipanen mengandung kadar air lebih dari 24% (24-28%), sedangkan kadar air standar madu hutan yang ditentukan oleh JMHI adalah <24%. Demikian pula kadar air madu yang diperuntukan industri dan farmasi menuntut persentase yang sangat rendah yaitu 18%. Kadar air yang tinggi madu hutan sering kali nilai jualnya jatuh dipasaran atau dibeli dengan harga murah. Tidak hanya itu, madu dengan kadar air yang tinggi cenderung cepat rusak akibat terfermentasi sehingga tidak tahan lama. Oleh karena itu perlu dilakukan pendekatan kepada UKM supaya madu yang dihasilkan mendapat sertifikasi nasional Indonesia (SNI). Pelaksanaan pengabdian ini dilakukan dalam bentuk kegiatan partisipasif perguruan tinggi melalui pendekatan terhadap sumberdaya manusia yang ada di UKM mitra. Bentuk kegiatan dilakukan bertahap dan terdistribusi dalam tiga tahun. Kegiatan yang dilakukan membuat ruang khusus pengolahan madu (Tahun I UKM Al Hikmah, Tahun II UKM DUTAMAS). Pembuatan peralatan dan mesin produksi madu: alat pemeras dan penyaring madu (Tahun I UKM Al Hikmah, Tahun II UKM DUTAMAS). Pembuatan evaporator vacuum (Tahun II UKM Al Hikmah, Tahun III UKM DUTAMAS). Pelatihan panen lestari dan higienis, penggunaan mesin pemeras, mesin penyaring dan evaporator vacuum. Bimbingan dan pelatihan produk bersih, quality control dan manajemen pemanasan. Izin produksi, packaging dan promosi online. Hasil yang diperoleh dari peningkatan kualitas dengan menurunkan kadar air madu menjadi 19,8% memenuhi standar SNI dan madu dapat disimpan lebih lama.
  • Item
    TEKNOLOGI KOMPOS LIMBAH PERTANIAN DAN PUPUK HAYATI UNTUK PENINGKATAN PRODUKSI JAHE KERANJANG ORGANIK
    (2016-08-09) Barus, Asil; Hapsoh
    Dewasa ini kesadaran masyarakat dunia terhadap kelestarian lingkungan semakin meningkat. Hal tersebut ditandai dengan adanya trend dunia untuk “kembali ke alam“ (back to nature). Masyarakat dunia moderen pada abad ini lebih menyukai pertanian organik dan menyadari akan pentingnya pembangunan ramah lingkungan serta kesehatan jasmani dan rohani. Pengomposan merupakan proses perombakan (dekomposisi) dan pemantapan bahan-bahan organik secara biologis dalam lingkungan terkendali dengan hasil akhir berupa humus/kompos yang dapat diaplikasikan ke tanah. Tujuan penelitian ini adalah (1) menghasilkan kompos yang berkualitas dengan bahan baku limbah pertanian dan menggunakan teknologi mikroba, (2) meningkatkan produksi jahe organik dengan pemanfaatan mikroba (Fungi Mikoriza Arbuskula) dan kompos limbah pertanian, (3) menghasilkan suatu paket budidaya tanaman jahe keranjang organik yang dapat diterapkan pada masyarakat (petani), (4) mengembangkan pemberdayaan usaha mikro kecil menengah (UMKM) dalam memproduksi kompos sehingga dapat meningkatkan pendapatan keluarga dan masyarakat, (5) berpartisipasi aktif dalam pengelolaan lingkungan yang bersih dan sehat dengan dikelolanya limbah pertanian menjadi kompos serta dalam peningkatan produksi pertanian organik yang aman dikonsumsi.
  • Item
    PENINGKATAN PRODUKSI UBI JALAR MELALUI PEMILIHAN VARIETAS DAN OPTIMALISASI PEMBERIAN PUPUK KALIUM DENGAN MEMANFAATKAN KOMPOS LIMBAH PERTANIAN
    (2016-08-09) Mahmud Siregar, Luthfi Aziz; Hapsoh
    Produksi ubi jalar di Sumatera Utara masih sangat rendah dibandingkan dengan potensi varietas unggul yang telah dilepas. Upaya untuk meningkatkan produksi ubi jalar dapat dilakukan dengan cara perbaikan cara bercocoktanam, diantaranya dengan pemberian pupuk kalium yang berperanan penting dalam pembesaran dan kualitas umbi dan pemberian pupuk organik yang dapat meningkatkan produktivitas tanah dan efisiensi pemupukan serta mengurangi kebutuhan pupuk, terutama pupuk K. Penelitian ini dijalankan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kompos dari sumber bahan biomasa yang berbeda dan dosis pupuk kalium serta interaksinya terhadap terhadap pertumbuhan dan produksi beberapa varietas ubi jalar. Pembuatan kompos dari bahan biomasa jerami dan tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dengan dekomposer Trichoderma harzianum. Kajian dilakukan dengan menggunakan rancangan petak-petak terpisah (split-split plot design) terdiri dari 3 (tiga) faktor yaitu; faktor pertama, sebagai petak utama adalah varietas ubi jalar terdiri dari Varietas Sari dan Varietas Beta 2; faktor kedua, sebagai anak petak adalah Kompos Jerami Padi dan Kompos TKKS; faktor ketiga, sebagai anak-anak petak adalah dosis pupuk kalium (K) yang terdiri atas 4 taraf, yaitu 0 , 75, 150 dan 225 kg/ha KCl. Hasil kajian menunjukkan bahwa pertumbuhan dan produksi ubi jalar Varietas Sari lebih baik dari Varietas Beta 2 di daerah penelitian. Pemberian kompos dapat meningkatkan kadar C organik, K2O dan K-dd dalam tanah walau pun pemberian kompos TKKS tidak berbeda nyata dengan pemberian kompos jerami. Pemberian 225 kg/ha KCl memberikan pertumbuhan dan produksi tertinggi di daerah penelitian. Kombinasi perlakuan kompos dan pupuk K (AxK) memberikan perbedaan nyata pada bobot kering brangkasan, luas daun, LTR1, serapan K, kadar K2O dan C organik dalam tanah. Berdasarkan peubahamatan bobot kering brangkasan dan luas daun pada umur 10 MST, optimalisasi pemberian pupuk KCl dapat dilakukan dengan penambahan kompos yaitu 150 kg/ha KCl diberikan jika dikombinasikan dengan kompos TKKS atau 225 kg KCl diberikan jika dikombinasikan dengan kompos jerami. Penggunaan dua varietas ubi jalar dengan menggunakan aplikasi kompos dan dosis K yang berbeda tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap produksi umbi pertanaman, tetapi pertumbuhan ubi jalar yang optimal diperoleh dengan menggunakan varietas Sari yang diaplikasikan dengan memanfaatkan kompos TKKS sebagai sumber bahan organik dengan penambahan 150 kg/ha KCl.
  • Item
    IbPE MADU HUTAN SIALANG AIR MOLEK KABUPATEN INDRAGIRI HULU PROVINSI RIAU ( 2013)
    (2016-08-09) Hapsoh; Gusmawartati; Nazaruddin
    Potensi hasil hutan dari daerah Riau yang sangat memungkinkan untuk dikelola masyarakat umum adalah Madu Hutan. Populasi lebah madu di daerah Riau tersebar diberbagai wilayah. Wilayah yang kawasan hutannya paling banyak memproduksi madu liar adalah; Kabupaten Indragiri Hulu, Kabupaten Kuansing dan Kabupaten Pelalawan. UKM Al-Hikmah mendapatkan suplay madu hutan dari UKM Abdul Malik, selain dari daerah Indragiri Hulu, madu hutan yang diperoleh UKM mitra disuplay dari beberapa daerah Kuantan Sengingi dan Pelalawan oleh kelompok pengelola madu. Meskipun disuplay dari wilayah yang berbeda kualitas madu hutan yang dihasilkan tidak jauh berbeda. Hanya saja terdapat perbedaan dari fisik dan rasa. Selama ini pengelolaan madu hutan masih dilakukan secara tradisional. Kualitas madu hutan dari pedalaman Provinsi Riau dipasaran nasional cukup baik, tidak kalah dengan madu Sumbawa dan madu Arab. Akan tetapi dengan pengelolaan yang masih sangat sederhana sekali berdampak kepada penurunan kualitas madu yang telah dipanen dari hutan. Umumnya madu hutan yang baru dipanen mengandung kadar air lebih dari 24% (24-28%), sedangkan kadar air standar madu hutan yang ditentukan oleh JMHI adalah <24%. Demikian pula kadar air madu yang diperuntukan industri dan farmasi menuntut persentase yang sangat rendah yaitu 18%. Kadar air yang tinggi madu hutan sering kali nilai jualnya jatuh dipasaran atau dibeli dengan harga murah. Tidak hanya itu, madu dengan kadar air yang tinggi cenderung cepat rusak akibat terfermentasi sehingga tidak tahan lama. Hal ini tentunya menjadi permasalahan yang mendasar untuk kedepannya. Lebih jauh lagi untuk meningkatkan harga madu di pasaran. Oleh karena itu perlu dilakukan pendekatan kepada UKM supaya madu yang dihasilkan mendapat sertifikasi dari Aliansi Organik Indonesia (AOI) dan sertifikasi nasional Indonesia (SNI). Pelaksanaan pengabdian ini dilakukan dalam bentuk kegiatan partisipasif perguruan tinggi melalui pendekatan terhadap sumberdaya manusia yang ada di UKM mitra. Bentuk kegiatan dilakukan bertahap dan terdistribusi dalam tiga tahun. Kegiatan yang dilakukan ditahun pertama ini adalah 1) Pembuatan peralatan dan mesin produksi madu; alat pemeras & penyaring madu (UKM Al-Hikmah), 2) Pembuatan ruang khusus pengolahan madu (UKM Al-Hikmah). 3) Kegiatan bimbingan dan pelatihan antara lain; a) Pelatihan penggunaan peralatan produksi (alat pemeras manual). b) Pelatihan panen lestari dan higienis sesuai standar Internal Control System (ICS), beberapa materi yang diberikan dalam kegiatan bimbingan dan pelatihan ICS ini meliputi; prosedur pemanenan yang tepat, penggunaan peralatan yang higienis, pengetahuan kelestarian madu hutan dan konservasi. c) Pelatihan farmasi dan Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT). Kegiatan ini berdasarkan saran saat site visit diganti dengan pembuatan izin usaha madu dan SNI. d) Pelatihan Manajemen Keuangan dan Perusahaan. Hasil yang diperoleh hingga saat ini pengabdian telah membuat ruang khusus pengolahan madu, mesin pemeras dan penyaring. Pelatihan yang telah dilaksanakan panen lestari dan higienis sesuai Standar internal control system.
  • Item
    IbPE MADU HUTAN SIALANG AIR MOLEK KABUPATEN INDRAGIRI HULU PROVINSI RIAU (2014)
    (2016-08-09) Hapsoh; Gusmawartati; Nazaruddin
    Potensi hasil hutan dari daerah Riau yang sangat memungkinkan untuk dikelola masyarakat umum adalah Madu Hutan. Populasi lebah madu di daerah Riau tersebar diberbagai wilayah. Wilayah yang kawasan hutannya paling banyak memproduksi madu liar adalah; Kabupaten Indragiri Hulu, Kabupaten Kuansing dan Kabupaten Pelalawan. UKM Al-Hikmah mendapatkan suplay madu hutan dari UKM DUTAMAS, selain dari daerah Indragiri Hulu, madu hutan yang diperoleh UKM mitra disuplay dari beberapa daerah Kuantan Sengingi dan Pelalawan oleh kelompok pengelola madu. Meskipun disuplay dari wilayah yang berbeda kualitas madu hutan yang dihasilkan tidak jauh berbeda. Hanya saja terdapat perbedaan dari fisik dan rasa. Selama ini pengelolaan madu hutan masih dilakukan secara tradisional. Kualitas madu hutan dari pedalaman Provinsi Riau dipasaran nasional cukup baik, tidak kalah dengan madu Sumbawa dan madu Arab. Akan tetapi dengan pengelolaan yang masih sangat sederhana sekali berdampak kepada penurunan kualitas madu yang telah dipanen dari hutan. Umumnya madu hutan yang baru dipanen mengandung kadar air lebih dari 24% (24-28%), sedangkan kadar air standar madu hutan yang ditentukan oleh JMHI adalah <24%. Demikian pula kadar air madu yang diperuntukan industri dan farmasi menuntut persentase yang sangat rendah yaitu 18%. Kadar air yang tinggi madu hutan sering kali nilai jualnya jatuh dipasaran atau dibeli dengan harga murah. Tidak hanya itu, madu dengan kadar air yang tinggi cenderung cepat rusak akibat terfermentasi sehingga tidak tahan lama. Hal ini tentunya menjadi permasalahan yang mendasar untuk kedepannya. Lebih jauh lagi untuk meningkatkan harga madu di pasaran. Oleh karena itu perlu dilakukan pendekatan kepada UKM supaya madu yang dihasilkan mendapat sertifikasi dari Aliansi Organik Indonesia (AOI) dan sertifikasi nasional Indonesia (SNI). Pelaksanaan pengabdian ini dilakukan dalam bentuk kegiatan partisipasif perguruan tinggi melalui pendekatan terhadap sumberdaya manusia yang ada di UKM mitra. Bentuk kegiatan dilakukan bertahap dan terdistribusi dalam tiga tahun. Kegiatan yang dilakukan ditahun kedua ini adalah 1) Pembuatan peralatan dan mesin produksi madu; alat pemeras & penyaring madu (UKM Al-Hikmah) dan evaporator (UKM Al-Hikmah), 2) Pembuatan ruang khusus pengolahan madu (UKM DUTAMAS). 3) Kegiatan bimbingan dan pelatihan antara lain;pelatihan penggunaan peralatan produksi (alat evaporator). Hasil yang diperoleh hingga saat ini pengabdian telah membuat ruang khusus pengolahan madu (UKM DUTAMAS), mesin pemeras&penyaring dan evaporator (UKM AL HIKMAH). Pelatihan yang telah dilaksanakan penggunaan alat evaporator.
  • Item
    PELATIHAN BUDIDAYA UBI KAYU SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI KERIPIK DAN OPAK SINGKONG
    (2016-08-09) Hapsoh; nuriadi, Isman; Husni, Yusuf; Syukri; Barus, Asil; Mahmud Siregar, Luthfi Aziz
    Daerah kerja proyek terletak di Desa Tambak Rejo Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu sentra industri keripik dan opak singkong di Sumatera Utara. Di desa ini terdapat lebih dari 40 industri rumah tangga yang memanfaatkan singkong sebagai bahan bakunya. Kebutuhan singkong rata-rata untuk satu industri kecil yang bergerak dalam pembuatan keripik dan opak singkong di desa Tambakrejo ini sekitar 2 ton/hari sehingga keseluruhannya membutuhkan sekitar 80 ton singkong/hari. Kesediaan bahan baku singkong bagi produsen keripik dan opak di desa Tambakrejo masih belum menjadi masalah, karena Kabupaten Deli Serdang merupakan sentra produksi ubi kayu dari daerah di sekitar Kabupaten Deli Serdang seperti desa Tuntungan, Talung Kenas, Pancur Batu, Tebing Tinggi, Glugur Rimbun dan Tanjung Morawa. Tetapi dengan semakin meningkatnya usaha opak dan keripik singkong, untuk masa yang akan datang diperlukan areal penanaman singkong untuk berkesinambungan bahan baku singkong, khususnya petani Tambakrejo. Untuk kesinambungan pemenuhan kebutuhan bahan baku keripik dan opak singkong Tambak rejo tidak cukup dari produksi ubi kayu yang ada di desa ini, sehingga dipasok dari desa sekitar. Dengan demikian perlu perluasan areal penanaman ubi kayu. Selain itu dalam budidaya ubi kayu petani desa ini mengalami permasalahan antara lain bibit tanaman spesifik untuk jenis tanah (merah dan hitam menurut mereka) dan adanya serangan jamur/busuk ubi
  • Item
    PENERAPAN TEKNOLOGI BIOAKTIVATOR UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI DAN KUALITAS KOMPOS DARI LIMBAH PERTANIAN
    (2016-08-09) Hapsoh; Hasanah, Yaya; Rahmawati, Nini
    Dewasa ini kesadaran masyarakat dunia terhadap kelestarian lingkungan semakin meningkat. Hal tersebut ditandai dengan adanya trend dunia untuk “kembali ke alam” (back to nature). Masyarakat dunia modern pada abad ini lebih menyukai pertanian organik dan menyadari akan pentingnya pembangunan ramah lingkungan. Pertanian organik mengandung pengertian bahwa semua pupuk dan pestisida yang digunakan terbuat dari bahan-bahan organik, seperti kompos dan pestisida nabati. Desa Cinta Air Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu sentra pertanian organik, khususnya jahe dengan sistem keranjang dan jagung. Untuk meningkatkan produksi pertanian organik tersebut para petani di desa ini memerlukan kompos dalam jumlah yang sangat banyak, karena kompos merupakan pupuk utama dalam pertanian organik. Kompos tersebut dipenuhi oleh UKM Bumi Sekar yang terdapat di desa tersebut. UKM Bumi Sekar memproduksi kompos dengan cara yang sangat sederhana yaitu memproduksi kompos dari jerami padi dan limbah kelapa sawit yang telah tertimbun bertahun-tahun dengan cara mengambilnya tanpa pengolahan lebih lanjut. Cara pengambilan kompos demikian beresiko tinggi karena pekerja UKM harus mengambilnya dari sebelah bawah (jerami padi dan limbah kelapa sawit yang telah tertimbun bertahun-tahun), disamping itu kualitas kompos tidak terjamin
  • Item
    PENGKAYAAN PUPUK ORGANIK DENGAN TEKNOLOGI MIKROB UNTUK MENDUKUNG PERTANIAN TERPADU YANG BERKELANJUTAN (2015)
    (2016-08-09) Hapsoh; Gusmawartati
    Sampah kota (sampah pasar, rumah tangga dan restoran) dan limbah pertanian (tandan kosong kelapa sawit, jerami, kulit pisang, dan kulit singkong) dapat dijadikan bahan baku pupuk organik. Pertanian terpadu merupakan pertanian yang menggabungkan pertanian (tanaman), peternakan dan perikanan dengan memperhatikan wawasan lingkungan. Kombinasi dari ketiga komponen tersebut dapat saling mendukung untuk menghasilkan produk yang aman bagi kesehatan manusia, hewan dan alam itu sendiri. Kebutuhan utama untuk menghasilkan produk pertanian adalah unsur hara sebagai sumber nutrisi. Untuk kegiatan tersebut sangat dianjurkan pupuk organik. Pupuk organik dapat diproduksi secara in-situ maupun ex-situ dengan memanfaatkan limbah sebagai bahan baku dan dapat diperkaya dengan teknologi mikrob. Produk yang dihasilkan dari dekomposisi bahan organik secara konvensional biasanya mempunyai kandungan unsur hara rendah, sehingga untuk aplikasinya diperlukan dalam jumlah besar. Pupuk organik yang ada baik yang diperkaya dengan mikrob sudah banyak di pasaran namun belum banyak yang teruji melalui penelitian. Penelitian ini direncanakan selama 3 tahun dan terdiri atas 7 tahap percobaan yaitu: Tahap I: penentuan bahan baku pupuk organik yang memberikan kadar hara tinggi, tahap II: identifikasi mikrob pendekomposisi yang sudah ada (MOS), isolasi dan uji potensi mikrob pendekomposisi tahap III: penentuan bahan pendekomposer pupuk organik yang alami dan efektif (Tahap I-III tahun I), tahap IV : isolasi dan uji potensi mikrob pemerkaya satu pupuk organik (mikrob penambat Nitrogen), tahap V: isolasi dan uji potensi mikrob pemerkaya dua pupuk organik (mikrob pelarut Fosfat), tahap VI: aplikasi pupuk organik yang diperkaya pada percobaan pot (tahun II) dan tahap VII (Tahun III): percobaan lapangan untuk beberapa komoditas tanaman (perkebunan, pangan dan hortikultura). Hasil penelitian Tahun I pupuk organik terbaik berasal dari bahan baku kombinasi jerami padi + sampah pasar (C/N 13,19, N 2,5%, P 0,37% dan K 2,625%) dan kombinasi tandan kosong kelapa sawit (TKKS) + sampah restoran (C/N 17,83, N 2,55%, P 0,38% dan K 2,8%). Dekomposer terpilih dari kulit durian setengah melapuk BKD 3 (Pseudomonas sp). Tahun II diperoleh mikrob pengkaya penambat N non simbiotik berasal dari tanah gambut HTA1 10-4 ii (Azotobacter sp) dan pengkaya pelarut P dari HTA3 10-4 (Pseudomonas sp). Percobaan pot aplikasi pupuk organik yang diperkaya mikrob pada pembibitan kelapa sawit, hasil kedelai dan cabai masih menghimpun data. Demikian juga tahun III percobaan dilapangan aplikasi pupuk organik yang diperkaya pada kelapa sawit TBM II, produksi kedelai dan cabai.
  • Item
    APLIKASI PUPUK ORGANIK DAN PERBAIKAN SISTEM BERTANAM, UPAYA MENGATASI PENYAKIT BERCAK DAUN PADA TANAMAN JAHE
    (2016-08-09) Barus, Asil; Hapsoh; Bayu, Eva Sartini
    Kegagalan dalam bertanam jahe oleh masyarakat Dusun Sembilan Desa Pematang Johar dengan ciri daun mongering dan rimpang yang dihasilkan sedikit, diduga disebabkan oleh penyakit bercak daun yang disebabkan Phyllosticta zingiberi. Keadaan yang sama di Desa Lewiliyang Jawa Barat (komunikasi pribadi) dapat diatasi dengan bibit bebas penyakit, pupuk organik dan sistem bertanam secara terbuka (penyinaran >90%).
  • Item
    PENERAPAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA UNTUK MENINGKATKAN KOMPOS DARI SAMPAH RUMAH TANGGA DAN LIMBAH PERTANIAN UNTUK MENDUKUNG PERTANIAN ORGANIK
    (2016-08-09) Hapsoh
    Suatu kegiatan penerapan teknologi tepat guna untuk meningkatkan kualitas kompos dari sampah rumah tangga dan limbah pertanian untuk mendukung pertanian organik dilaksanakan di Desa Cinta Air, Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Propinsi Sumatera Utara. Kegiatan ini bertujuan meningkatkan pendapatan masyarakat melalui pengembangan pemberdayaan usaha mikro kecil menengah (UMKM) sehingga dapat meningkatkan pendapatan keluarga dan masyarakat. Sasaran utama kegiatan ini terwujudnya UMKM yang mapan dengan tercapainya IPTEK yang bersumber dari Perguruan Tinggi sehingga UMKM yang dibina mendapat kepercayaan dalam bantuan dana dari lembaga perbankan. Dalam kegiatan ini sebagai mitra kerja adalah Kelompok Tani Bumi Sekar di Desa Cinta Air (Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai). UMKM ini memiliki jumlah SDM yang banyak dengan jumlah bahan baku bagi pembuatan kompos cukup melimpah. Teknologi yang digunakan dalam kegiatan ini adalah penggunaan mesin pencacah bahan baku kompos dan bioaktivator. Pencacahan bahan baku kompos dengan menggunakan mesin pencacah bertujuan untuk menghasilkan sifat fisik kompos yang lebih halus. Sedangkan pemanfaatan bioaktivator bertujuan untuk mempercepat proses pembuatan kompos. Bahan baku diperoleh dari sampah-sampah rumah tangga khususnya di Desa Cinta Air Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai, disamping memanfaatkan limbah-limbah pertanian yang bersumber dari pasar atau pabrik seperti buah-buahan, sayur-sayuran yang tidak terpakai, kulit buah kakao, pelepah sawit, janjang sawit dan lain-lain. Melalui teknologi ini proses pengkomposan dapat dilakukan selama 10 - 15 hari dibandingkan dengan proses pengomposan secara alami yang memerlukan waktu bertahun-tahun.
  • Item
    PENERAPAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS KOMPOS DARI LIMBAH PERTANIAN UNTUK MENDUKUNG PERTANIAN ORGANIK
    (2016-08-09) Hapsoh
    Suatu kegiatan penerapan teknologi tepat guna untuk meningkatkan kualitas kompos dari limbah pertanian untuk mendukung pertanian organik akan dilaksanakan di Desa Cinta Air, Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara. Kegiatan ini bertujuan meningkatkan pendapatan masyarakat melalui pengembangan pemberdayaan usaha mikro kecil menengah (UMKM) sehingga dapat meningkatkan pendapatan keluarga dan masyarakat. Sasaran utama kegiatan ini terwujudnya UMKM yang mapan dengan tercapainya IPTEK yang bersumber dari Perguruan Tinggi sehingga UMKM yang dibina mendapat kepercayaan dalam bantuan dana dari lembaga perbankan. Dalam kegiatan ini sebagai mitra kerja adalah Kelompok Tani Bumi Sekar di Desa Cinta Air (Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai). UMKM ini memiliki jumlah SDM yang banyak dengan jumlah bahan baku bagi pembuatan kompos cukup melimpah.
  • Item
    Formulasi Produk Kukis Berbahan Baku Pati Sagu Dengan Kombinasi Modified Cassava Flour (Mocal)
    (2015-07-08) Yuliarni
    Bahan dasar pembuatan kukis adalah tepung terigu dan dapat disubtitusi dengan penggunaan tepung sagu dan Modified Cassava Flour (MOCAL). Tujuannya untuk memperoleh kukis dengan kandungan gizi yang baik dan secara tidak langsung mengurangi ketergantungan terhadap tepung terigu yang merupakan produk impor. Tepung sagu adalah butiran atau tepung yang diperoleh dari teras batang pohon sagu atau rumbia (Metroxylon sago Rottb.). Penilaian dari aspek nilai gizi, tepimg sagu mempunyai kelebihan dibanding tepung dari tanaman umbi atau serelia yaitu mengandimg pati tidak tercema yang penting bagi kesehatan pencemaan. Pemanfaatan MOCAL dapat digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan mi, bakeri, kukis, nastar, kastengel, kue bronis, dan kue kukus dengan campuran tepungnya hingga 80%. Penggunaan MOCAL dapat diaplikasikan pada produk yang umumnya berbahan baku tepung beras atau tepung terigu dengan ditambah tapioka. Akan tetapi, pemanfaatan pati sagu dengan kombinasi bahan baku MOCAL dalam produk olahan kukis belum diteliti
  • Item
    Kualitas soyghurt dengan Variasi Konsentrasi Sukrosa Dan Inulin
    (2015-07-08) lestary, Suci
    Soyghurt is the fermentation of soy milk by using Streptococcus thermophilus and Lactobacillus bulgaricus which have been commonly used in producing yoghurt. The process of fermentation in producing yoghurt, however, has some difficulty became the type of carbohydrate found in the soy milk is different from the one of ox milk. The carbohydrate of soy milk consists of some kind of oligosakarida which cannot be functioned as source of energy and carbon by the culture starter. To succed the fermentation, the sugar source of the soy milk must be increased first by adding sucrose before inoculated. One to improve fungtional properties of soyghurt is to add prebiotic. Inulin is thepopular source of prebiotics. Study was true experimental research with factorial design with two factors. The first factor is the concentration of sucrose (S) (2%, 5%, and 7 %) and the second factor is the concentration of inulin (T) (0%, 3% and 6%).
  • Item
    Substitusi Tepung Terigu Dengan Tepung Sagu Dan Tepung Pisang Dalam Pembuatan Roti Manis
    (2015-07-08) Iskandar, Said
    Roti merupakan salah satu produk makanan yang terbuat dari tepung terigu. Roti tcrmasuk makanan pokok karena kandungan karbohidratnya yang tinggi. Roti dalam ilmu pangan dikelompokkan kedalam produk bakeri, bersama dengan cake, donat, biscuit, cracker, dan pie. Tepung terigu sebagai bahan baku utama dalam pembuatan roti sekaligus yang hanya memiliki gluten yang tidak dijumpai dalam tepung lainnya misalnya pada tepung sagu dan tepung pisang, sehingga tingkat ketergantungan masyarakat khususnya Indonesia terhadap tepung terigu semakin meningkat dengan menjamumya berbagai produk roti dan sebagainya.Salah satu upaya mengatasi hal tersebut adalah dengan mensubstitusi tepung terigu dengan tepung sagu dan tepung pisang dalam pembuatan roti manis. Tepung sagu mempunyai potensi sebagai bahan pensubstitusi penggunaan tepung terigu karena memiliki sedikit kemiripan dengan tepung terigu. Begitu juga dengan tepung pisang, di Indonesia tepung pisang telah banyak dimanfaatkan sebagai bahan substitusi tepung terigu pada pembuatan roti, cake, kue kering, dan campuran tepung terigu.
  • Item
    Uji Indikasi Antagonis Beberapa Isolat Pseudomonas Berfluorescens Lokal Riau Terhadap Serangan Jamur Ganodenna Boninense Penyebab Busuk Pangkal Batang Kelapa Sawit Pada Pembibitan Awal
    (2015-07-07) Rudiansyah
    Tanaman kelapa sawit {Elaeis guineensis Jacq') merupakan tanaman perkebunan yang memegang peranan penting dalam usaha meningkatkan devisa negara dari sektor non migas maupun sebagai komoditi yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan harkat petani perkebunan Indonesia. Semakin cerahnya prospek komoditi minyak sawit dalam perdagangan minyak nabati dunia tersebut telah mendorong pemerintah Indonesia untuk memacu pengembangan areal perkebunan kelapa sawit. Provinsi Riau merupakan salah satu daerah pengembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Luas dan produksi perkebunan kelapa sawit di daerah Riau juga menunjukkan adanya peningkatan yang cukup berarti.
  • Item
    Uji konsentrasi kitosan Terhadap Penyakit Bercak Daun Oleh Cercospora Sp. Pada Pembibitan Awal Kelapa Sawit
    (2015-07-07) Benny Tindaon, Roy
    The using of chitosan is a one way that can be used to control leaf spot disease in pre-nursery of palm oil caused by Cercospora sp. The research was conducted in Plant Disease Laboratory and in Green House Agriculture Faculty of Riau University. The aim of the research was to know chitosan concentrated that could be used to inhibiting the growth of Cercospora sp. by in vitro and in vivo in pre-nursery of palm oil. The treatment that were used were: 0 mg chitosan/ml water, 10 mg chitosan/ml water, 15 mg chitosan/ml water, 20 mg chitosan/ml water, 25 mg chitosan/ml water, and 30 mg chitosan/ml water. The result of the research showed that the best concentration for chitosan to inhibiting the growth of Cercospora sp. by in vitro was 30 mg chitosan/ml water. However, the treatment of 10 mg chitosan/ml water could decrease intensity of leaf spot disease attack which caused by 42% of Cercospora sp. in pre-nursery of palm oil (in vivo).
  • Item
    Formulasi Produk Ml Berbahan Baku Pati Sagu Dengan Kombinasi Modified Cassava Flour (Mocal)
    (2015-07-07) Waty, Riza
    Mi sagu seringkali masih memiliki aroma khas yang kurang disukai dan memiliki sifat licin di mulut yang berbeda dengan mi terigu. Hal-hal tersebut merupakan kelemahan terutama dalam hal mutu organoleptik (daya terima indera aroma, wama, rasa dan kekenyaian) sehingga perlu pengembanganpengembangan formula agar menghasilkan mi yang bermutu baik dan meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap mi berbahan baku pati sagu. Salah satu upaya memodifikasi formula mi sagu adalah dengan mensubstitusi Modified Cassava Flour (MOCAL) pada pembuatan mi sagu. MOCAL adalah produk tepung dari ubi kayu yang diproses dengan menggunakan prinsip memodifikasi sel ubi kayu secara fermentasi sehingga hasilnya berbeda dengan tepung gaplek maupun tepung ubi kayu.
  • Item
    Identifikasi Jamur Patogen Pada Beberapa Benih Varietas Kedelai (Glycine Max L.) Dan Pengaruhnya Terhadap Daya Kecambah Benih
    (2015-07-07) Fithriyani Lubis, Rita
    Kedelai (Glycine max L.) merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Kebutuhan akan kedelai di Indonesia menempati urutan yang ketiga sebagai tanaman palawija setelah jagung dan ubi kayu. Biji kedelai bernilai gizi tinggi yang mengandung air, protein, karbohidrat, lemak, asam amino, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, vitamin B, dan kalori. Data produksi kedelai Provinsi Riau pada tiga tahun terakhir, yaitu tahun / 2005 adalah 2923 ton biji kering dengan luas panen 2829 ha, tahun 2006 adalah 4205 ton biji kering dengan luas panen 3994 ha, tahun 2007 adalah 1573 ton biji kering dengan luas panen 2471 ha. Data di atas memperlihatkan bahwa pada 2007 telah terjadi penurunan produksi. Rendalinya produksi kedelai dapat disebabkan oleh penerapan kultur teknik yang kurang baik.
  • Item
    Evaluasi Kesesuaian Lahan Sistem Faktor Pembatas Untuk Salak Pondoh (Salacca Edulis Reinw) Di Desa Dayun Kabupaten
    (2015-07-07) Yuliandi, Riska
    Penelitian mengenai evaluasi kesesuaian lahan sistem faktor pembatas untuk salak pondoh {Salacca edulis Reinw) telah dilaksanakan di Desa Dayun Kabupaten Siak dari bulan Juni 2009 sampai dengan November 2009. Kebutuhan dan persaingan dalam penggunaan lahan, baik untuk keperluan produksi pertanian maupun untuk keperluan lainnya yang semakin meningkat memerlukan pemikiran yang seksama dalam mengambil keputusan pemanfaatan yang paling menguntungkan dari sumber daya alam yang terbatas disamping melakukan tindakan konservasi untuk penggunaan dimasa yang akan datang. Evaluasi kesesuaian lahan memiliki arti yang penting untuk mengetahui potensi lahan yang ada pada suatu daerah sehingga dari kegiatan ini dapat ditentukan tingkat kesesuaian lahan untuk penggunaan tertentu. Selain itu, dengan diketahuinya potensi dan kondisi dari suatu lahan, maka dapat ditentukan inputinput (masukan) yang perlu diberikan kepada lahan sehingga produktivitas lahan dapat dipertahankan atau ditingkatkan.
  • Item
    Inovasi Rancang Bangun Bioreactor Celup (Alternate Dip Bioreactor) Untuk Produksi Bakterioselulosa (Bc)
    (2015-07-07) Romansyah, Rio
    Bakterioselulosa {Bacteriocellulose=BC), atau Microbial Cellulose=MC) adalah produk selulosa yang dihasilkan oleh sejumlah bakteri pada susbtrat cair yang mengandung gula. Bakterioselulosa memiliki struktur, fungsi, dan sifat fisiko-kimia yang unik. Sejumlah spesies bakteri dari golongan Aerobacter, Acetobacter, Achromobacter, Agrobacterium, Alacaligenes, Azotobacter, Pseudomonas, Rhizobium, Sarcina, Salmonella, dan Eschericia coli dilaporkan memiliki kemampuan mensintesis lembaran selulosa ekstra seluler (Bae dan Shoda, 2004). Namun, hanya spesies Acetobacter yang saat ini banyak menarik perhatian para peneliti sebagai bakteri penghasil selulosa komersial. Dari genus Acetobacter, yang paling ekstensif dipelajari adalah dari spesies Acetobacter xylinum. Pada tahun 1886, Adrian Brown telah mempublikasikan hasil penelitiannya, bahwa Acetobacter xylinum dapat menghasilkan selulosa pada permukaan medium ("xylinum" berarti kapas).