LRP-Medicine
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing LRP-Medicine by Title
Now showing 1 - 20 of 35
Results Per Page
Sort Options
Item Analisis efek air perasan umbi bawang merah (Allium ascalonicum L) pada malondialdehid (MDA) plasma mencit yang diinduksi hiperkolesterolemia(2012-12-03) M.Biomed, IsmawatiMDA merupakan salah satu produk dari peroksidasi lipid. Dari kepustakaan diketahui bahwa peroksidasi lipid berperan dalam aterogenesis. Bawang merah telah diketahui dapat berperan sebagai antioksidan dan menurunkan kolesterol pada kelinei dengan diet tinggi sukrosa. Belum diketahui apakah air perasan umbi bawang merah dapat menurunkan konsentrasi MDA pada mencit yang diinduksi hiperkolesterolemia. Telah dilakukan penelitian induksi hiperkolesterolemia pada mencit dengan menggunakan kuning telur. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati apakah terjadi peningkatan konsentrasi MDA pada mencit yang diberi diet tinggi kolesetrol dan bagaimana pengaruh bawang merah terhadap konsentrasi MDA tersebut. Pada penelitian ini menggunakan sampel 20 ekor mencit, terdiri dari 4 kelompok perlakuan (KP), masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor mencit, yaitu KP I yaitu kelompok mencit yang hanya diberi air layak minum melalui sonde lambung disamping diet standar, KP II yaitu kelompok mencit yang diberi kuning telur melalui sonde lambung disamping diet standar, KP III yaitu kelompok mencit yang diberi kuning telur dan air perasan bawang merah (konsentrasi ditentukan dalam penelitian pendahuluan) disamping diet standar dan KP IV yaitu kelompok mencit yang diberi kuning telur dan simvastatin disamping diet standar. Pengamatan dilakukan dengan mengambil darah dari jantung setelah pemberian kuning telur selama 5 minggu dan bawang merah 2 minggu. Dilakukan pengukuran konsentrasi kolesterol total dengan metode CHOD PAP dan konsentrasi MDA dilakukan dengan metode Wills dengan menggunakan spektrofotometer sinar tampak. Analisis hasil dilakukan dengan uji statistik ANAVA 1 arah dengan batas kemaknaan p< 0,05 dan uji korelasi Pearson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan konsentrasi MDA pada mencit yang diinduksi hiperkolesterolemia dan air perasan bawang merah dapat menurunkan konsentrasi MDA tersebut. Terdapat korelasi positif antara konsentrasi kolesterol dengan konsentrasi MDA. Dengan demikian terbukti bahwa air perasan bawang merah dapat menurunkan konsentrasi kolesterol sekaligus konsentrasi MDA mencit hiperkolesterolemia.Item ANALISIS FAKTOR RISIKO MYOPIA PADA MURID SEKOLAH DI BEBERAPA SEKOLAH DASAR NEGERI Dl PEKANBARU(2013-03-05) Nazriati, Elda; Widjaya, ChandraMyopia atau rabun jauh merupakan kelainan refraksi di mana obyek jauh difokuskan di depan retina pada keadaan otot siliaris relaksasi. Hongkong dan Singapore merupakan negara dengan myopia tertinggi di Asia. Di Indonesia gangguan penglihatan akibat kelainan refraksi sebesar 22,1 %, sementara angka pemakaian kacamata koreksi masih rendah yaitu 12,5 % dari kebutuhan (Ilyas, 2007). Myopia yang tidak dikoreksi akan menurunkan produktifitas dan menimbulkan keluhan seperti sakit kepala dan menghambat kelancaran aktifitas sehari-hari. Hal ini akan mempengaruhi prestasi belajar dan aktifitas fisik terutama pada anak-anak. Telah lama diamati di beberapa Negara seperti Israel, Amerika, dan New Zealand bahwa myopia sering terjadi pada anak yang mempunyai intelligence Quotient (IQ) yang tinggi. Faktor lain yang diduga berperan terhadap myopia adalah tinggi badan. Myopia ditemukan lebih banyak pada anak yang bertubuh tinggi. Panjang bola mata di duga berhubungan dengan tinggi badan (Saw et al. 2002). Beberapa penelitian telah menyebutkan bahwa anak-anak yang sering menggunakan mata untuk melihat dalam jarak dekat lebih sering menderita myopia. Waktu belajar yang lama di sekolahsekolah terbukti mempertinggi angka myopiadi Asia. Dari latar belakang di atas penulis tertarik untuk meneliti faktor risiko myopia pada murid beberapa Sekolah Dasar negeri di Pekanbaru. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional untuk mencari faktor risiko myopia pada murid sekolah dasar serta menilai seberapa kuat faktor risiko tersebut terhadap terjadinya myopia di beberapa sekolah dasar di Pekanbaru. Dari populasi penelitian terdapat 64 murid SD yang menderita Myopia yang selanjutnya dijadikan sampel kelompok kasus. Kemudian diambil 64 orang kelompok kontrol. Sampel diberi kuesioner untuk diisi dengan bantuan orang tuanya . Karakteristik myopia pada responden penelitian adalah lebih banyak pada wanita (78%) , sebagian besar (83%) berupa myopia ringan, dan mulai terjadi peningkatan drastis pemakaian kacamata koreksi terbanyak pada usia 9 tahun. Hasil uji statistik perbedaan rerata skor pola melihat dekat antara kelompok kasus (6,86) lebih tinggi secara bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol (5,77) dengan nilai p 0,001 (p< 0,05 ). Uji statistik perbedaan rerata skor faktor risiko pribadi dan keluarga pada menunjukkan rerata skor faktor pribadi dan keluarga pada kelompok kasus ( 3,59) lebih tinggi secara bermakna dibandingkan rerata kelompok kontrol (2,97) dengan nilai p 0,002 (p< 0,05). Terdapat hubungan yang signifikan antara pola melihat dekat dengan terjadinya myopia dengan nilai p=0,000 (P< 0,05). Nilai Odds Ratio (OR) yang diperoleh adalah 4,048 yang berarti bahwa responden yang mempimyai skor melihat dekat risiko tinggi mempunyai kecenderungan 4,048 kali lebih besar untuk menderita myopia. Terdapat hubungan antara faktor pribadi dan keluarga dengan terjadinya myopia menunjukkan hasil yang signifikan dengan nilai p = 0,021 ( nilai p < 0,05). Nilai OR yang didapatkan adalah 2,984 hal ini berarti bahwa murid yang memiliki faktor pribadi dan keluarga risiko tinggi cenderung menderita myopia sebanyak 2,984 kali lebih besar dibandingkan murid dengan faktor pribadi dan keluarga risiko rendahItem ANALISIS NUKLEOTIDA GENA PENYANDI PROTEIN E6 HUMAN PAPILLOMA VIRUS TIPE 16 DARI PENDERITA KARSINOMA SERVIKS(2013-03-01) AMTARINA, RINABackground : Human Papilloma virus (HPV) infection has been known as the major cause of cervical cancer which represent the leading causes of morbidity among women woridvydde, E6 and E7 ORFs contain the tt^sforming abihlty of HPV and was the first indication of an important role for these genes in HPV associated tumorigenesis. Some of ihe changes in E6 may alter biological properties and protein function. The aim of this study is to analyze the sequence of the gene encoding E6 protein of HPV 16 fit)m Cervical Carcinoma patients at Dr. Sardjito Hospital Yogyakarta period October 2007-February 2008. Methods :Thirty one cervical cancer patients were studied. The viral DNA were isolated fi-om the cervical tissue using standard method. The viral type were determined by PGR using specific primers for HPV 16. The gene encoding E6 protein of HPV 16 were amplified using specific primers and sequenced using automated DNA sequencer machine. Results : after HPV typing, the entire HPV 16-E6 coding region was amplified and sequenced in all samples. We detected total 13 variants of nucleotide fi-om all sequence samples that caused a base substitution ih the E6 coding region, resulting in amino acid changes namely T109C, C116A, G124A, G132T, C143G, A144G, A276G, T286A, A289G, C335T, A403G, G489C, G491T. Compared to another sequence fi-om whole world, we detected the same nucleotide changes especially on Afiica type 1, Afiica type 2 and Australian strain. Conclusion: The entire HPV 16-E6 coding region had been amplified and sequenced successftjlly. There were nucleotide changes that caused polymorphisms of amino acid sequence.Item Analisis Spasial Penyakit TB Paru BTA Positif di Kabupatcn Sukabumi Jawa Barat(2012-12-03) Chandra, FifiaTB merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting dan sepertiga penduduk dunia ini telah terinfaksi kuman TB. Propinsi Jawa Barat merupakan propinsi yan jumlah kasus TB paru BTA positifnya cukup tinggi. Jumlah kasus TB paru di kabupaten Sukabumi setiap tahunnya mengalami kenaikan. Hasil survei cepat di Kabupaten Sukabumi tahun 2002 tentang penyakit berbasis lingkungan diwilayah, menunjukan bahwa beberapa kondisi lingkungan merupakan faktor resiko terjadinya penyakit TB paru. Pendekatan sosial di sektor kesehatan merupakan pendekatan baru yang berarti pembangunan kesehatan berorientasi problem dan prioritas masalah kesehatan (lingkungan) secara spesial. Jumlah kasus dan sebaran paru TB paru BTA positif berdasarkan perbedaan kondisi geografi (ketinggian), kondisi iklim (kelembaban dan suhu udara), kondisi demografi (kepadatan penduduk), kondisi sosialekonomi (keluarga miskin), unit-unit pelayanan kesehatan (petugas medis terlatih dan fasilitas kesehatan mikrokopis) dan jaringan jalan di Kabupaten Sukabumi.Item BAKTERIURIA PADA PASIEN DENGAN KETETERISASI SEBAGAI PENYEBAB INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) NOSOKOMIAL DI RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU(2013-03-05) Endriani, RitaBakteriuria merupakan suatu keadaan ditemukannya bakteri di dalam urin. Dalam keadaan normal, urin tidak mengandung bakteri, virus ataupun mikroorganisme lain, sehingga urin di dalam sistem saluran kemih biasanya steril. Adanya bakteriuria yang jumlahnya bermakna dapat didiagnosis dengan Infeksi Saluran Kemih (ISK) ISK juga merupakan penyebab terbanyak infeksi nosokomial. Berdasarkan data survey, 36,3%-42,7% dari infeksi nosokomial disebabkan oleh ISK. ISK nosokomial adalah jika infeksi tersebut diperoleh di institusi kesehatan atau akibat dari tindakan medis, salah satunya dengan tindakan kateterisasi ISK dijumpai pada paling sedikit 10-15% pasien rawat inap dengan kateter uretra yang terus terpasang. Resiko infeksi adalah sebesar 3% - 5% per hari kateterisasi . Infeksi saluran kemih atas secara rutin terjadi pada pasien dengan kateter indwelling yaitu sebesar 50% setelah 4-5 hari, 75% setelah 7-9 hari, dan 100% setelah 2 minggu, walaupun dilakukan perawatan optimal dan sistem drainase tertutup. Walaupun demikian sempumanya cara pemasangan kateter, infeksi masih saja teijadi sebesar 2% pada kateterisasi tunggal, 10% pada kateterisasi berulang dan 95% - 100% pada kateterisasi menetap Insiden ISK pada bayi dan anak sekolah berkisar 1-2%, pada wanita muda yang tidak hamil 1-3%, sedangkan pada wanita yang hamil 4-7%. Wanita lebih sering menderita ISK dibanding pria, kira - kira 50% dari seluruh wanita pemah menderita ISK selama hidupnya. ISK nosokomial atau ISK pada pasien dengan kateter ini sering disebabkan oleh bakteri yang hidup di lingkungan lembab di rumah sakit terutama Proteus, Pseudomonas, E. coli, Klebsiella, dan Serratia Penataiaksanaan ISK nosokomial lebih sulit dibandingkan dengan ISK biasa. Hal ini disebabkan karena ISK nosokomial lebih sering disebabkan oleh bakteri yang sudah multi resisten antibiotik terutama Proteus dan Pseudomonas sehingga sering menjadi masalah di rumah sakit. Untuk itu penelitian kali ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pola bakteri pada urin pasien dengan kateterisasi sebagai penyebab ISK nosokomial di Pekanbaru. Hasil penelitian yang dilakukan didapatkan 55 sampel urin kateter pasien dengan sampel yang ditemukan pertumbuhan bakteri sebanyak 33 sampel (60%) dan hasil biakan bakteriuria bermakna atau ISK sebanyak 26 sampel (47,2%). Sampel sisanya berupa hasil biakan tidak bermakna sebanyak 7 sampel (12,8%), tidak ditemukan pertumbuhan bakteri sebanyak 19 sampel (34,5%) dan Candida albicans sebanyak 3 sampel (5,5%). Frekuensi ISK lebih banyak didq>atkan pada wanita sebanyak 62,5%. ISK terbanyak ditemukan pada pemakaian kateter urin yang lebih dari 2 minggu sebanyak 100%. Bakteri penyebab ISK kateter terbanyak adalah bakteri Gram negatif berupa Pseudomonas sp dan Escherichia coli masing-masing (35,1%). Bakteri terbanyak ditemukan pada laki-laki adalah Escherichia coli (47,62%) dan pada wanita Pseudomonas sp dan Enterobacter sp masing-masing (30,%). Bakteri terbanyak ditemukan pada pemakaian kateter urin yang lama adalah Psedomonas sp Sebaiknya pemakaian kateter uretra pada pasien hams dirawat dengan baik dan diganti setelah 5-7 hari serta dilakukan pemeriksaan mikrobiologi dan uji sensitivity antibotikItem Daya Antimikroba dan Perbandingan Acceptability serta Tolerability Cairan Pencuci Tangan Formula WHO dengan Cairan Pencuci Tangan Komersial(2013-03-26) Anggraini, DewiMencuci tangan merupakan tindakan paling utama dalam mencegah infeksi rumah sakit dan mencegah penyebaran resistensi antimikrobial. WHO merekomendasikan penggunaan cairan pencuci tangan berbahan dasar alkohol sebagai antisepsis tangan rutin untuk sebagian besar situasi klinis. WHO merekomendasikan institusi kesehatan memproduksi sendiri cairan pencuci tangan sebagai alternatif jika produk komersial tidak tersedia atau terlalu memakan biaya. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan alkohol pencuci tangan berdasarkan formula WHO dan dilakukan pengujian daya antimikroba, serta acceptability dan tolearability kulit dari petugas kesehatan di Eka Hospital Pekanbaru dibandingkan dengan cairan pencuci tangan yang biasa mereka pakai sehari-hari. Rerata penurunan jumlah koloni dengan formula WHO adalah 3,09 x 103, sedangkan dengan isopropil alkohol 60% lebih baik yaitu 5,89 x 104. Cairan cuci tangan formula WHO yang dibuat pada penelitian ini acceptable dan tolerable berdasarkan kriteria yang ditentukan WHO dan lebih baik dibandingkan cairan cuci tangan komersil yang biasa dipakai di Eka Hospital Pekanbaru. Responden lebih banyak memilih cairan WHO dibandingkan produk komersil dengan perbandingan 87% dan 13%. Cairan pencuci tangan formula WHO yang diproduksi sendiri dapat dijadikan alternatif untuk menghemat biaya di sarana pelayanan kesehatan.Item Effects Of Hypochlorous Ach) On Oxidative Dna Damage In Human Alveolar Epithelial Cells(2015-07-06) ArfiantiInflammation induced by biological, chemical, and physiological factors has long been associated with increased risk of human cancer in various organs (Coussens and Werb 2002). Epidemiological studies indicate a strong relationship between inflammation and carcinogenesis. For example, individuals with long-standing extensive ulcerative colitis and Crohn's disease have a significant risk of colorectal cancer (Siegel and Sands 2006), chronic hepatitis B and C infections in the liver predispose to hepatocellular carcinoma (Barazani, Hiatt et al. 2007), and Helicobacter pylori infection has been established to have a causal relationship to gastric cancer (Peter and Beglinger 2007). Within the lung, chronic inflammatory diseases, such as idiopathic pulmonary fibrosis, systemic sclerosis, certain pneumoconiosis and chronic obstructive pulmonary disease (COPD), have been implicated to limg carcinogenesis (Brody and Spira 2006).Item Evaluasi Posterosagittal Anorectoplasty Pada Atresia Ani Di Sub Bagian Bedah Anak R S Dr Sardjito Yogyakarta(2012-12-03) Rhomdanl Wahid, OdihAtresia ani merupakan kelainan kongenital yang terbanyak pada daeraii anorektal. Sampai sekarang masih dalam perdebatan, baik mengenai klasifikasi maupun penatalaksanaannya. Klasifikasi Pena yang membagi atresia ani letak tinggi dan rendah lebili banyak dipakai karena mempunyai aspek terapi. Penatalaksanaan atresia ani tergantung klasifikasinya. Pada atresia ani letak tinggi Inarus dilakukan kolostomi diversi dan dekompresi, berikutnya dilakukan anoplasti. Pena dan de Vries memperkenalkan metode posterosagittal anorectoplasty yang sejak saat itu menjadi pilihan di seluruh dunia, karena hasil operasi yang baik dan hampir semua bentuk kelainan anorektal dapat dikerjakan dengan metode ini. Sejak tahun 1995 postero sagittal anorectoplasty ditetapkan sebagai metode panatalaksanaan atresia ani di RS Dr Sardjito, oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi mengenai angka keberhasilan operasi dengan metode ini. Metode Penelitian: Penelitian menggunakan rancangan crosssectional yang dilakukan di Sub Bagian Bedah Anak FK UGM / RS Dr. Sardjito Yogyakarta pada periode 1 Januari 1995 sampai dengan 31 Oktober 2005. Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif melalui catatan medik dan hasil anamnesis terhadap orang tua pasien. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah umur, jenis kelamin, jenis operasi definitif PSARP, ketinggian lesi, dan jenis fistula. Variabel tergantung adalah skor Klotz yang dinilai pascaoperasi. Karakteristik subyek penelitian dipaparkan secara deskriptif. Untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan tergantung digunakan uji statistik Chi-square. Hasil: Pada penelitian ini didapatkan hasil penatalaksanaan atresia ani dengan metode posterosagittal anorectoplasty adalah sangat baik dan baik pada 73% pasien, cukup pada 27% pasien. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara skor Klotz dengan jenis kelamin, umur saat PSARP, ketinggian lesi, dan jenis operasi. Terdapat hubungan yang bermakna antara skor Klotz dengan ada tidaknya fistula.Item FAKTOR PREDIKTOR PERSISTENCE PADA PESERTA ASKES PENGGUNA ANTIHIPERTENSI DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA(2014-02-18) Nugraha, Dimas PramitaHipertensi menempati urutan kedua dari 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah sakit di Indonesia. Jumlah peserta Asuransi Kesehatan (ASKES) di Indonesia mencapai lebih dari 40 juta orang. Rendahnya persistence terhadap terapi hipertensi menjadi penyebab utama tidak terkontrolnya tekanan darah. Faktor yang berhubungan dengan rendahnya persistence dalam penggunaan antihipertensi bervariasi antara satu studi dengan studi yang lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor prediktor persistence pada peserta ASKES pengguna antihipertensi di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta. Penelitian ini dirancang dengan rancangan penelitian cohort retrospective dengan menggunakan claimed prescribing database peserta Asuransi Kesehatan (ASKES) di RSUP DR. Sardjito yang menggunakan obat antihipertensi. Data dianalisis dengan chi-square, regresi logistik dan survival Kaplan- Meier. Dari sejumlah 8.011 pasien, persistence penggunaan antihipertensi selama periode 1 tahun adalah 4,6%. Hasil analisis untuk persistence menunjukkan bahwa jenis antihipertensi angiotensin II receptor blocker, ACE inhibitors, calcium channel blockers and beta blockers tidak lebih persistence dibandingkan diuretik. Monoterapi (2,8%, 4,1%) tidak lebih persistence daripada terapi kombinasi (11,5%, 20,7%), demikian juga pemberian obat 2 kali sehari (2,2%, 2,5%) dan 3 kali sehari (2,1%, 3%) tidak lebih persistence daripada pemberian obat 1 kali sehari (4,9%, 8,2%). Oleh karena itu diuretik, terapi kombinasi dan pemberian obat 1 kali sehari dapat menjadi faktor prediktor persistence penggunaan antihipertensi. Diuretik, terapi kombinasi dan pemberian obat 1 kali sehari merupakan faktor prediktor untuk persistence pada peserta ASKES pengguna antihipertensi di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta.Item FAKTOR-FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERBILIRUBINEMIA TERKONJUGASI PADA PENDERITA YANG DIRAWAT DI RUANG PERAWATAN INTENSIF RUMAH SAKIT DOKTER KARIADI SEMARANG(2014-07-01) Rosdiana, DaniDisfungsi hati pada pasien-pasien kritis berhubungan dengan buruknya outcome diluar kegagalan organ yang lain dan peningkatan mortalitas. Hiperbilirubinemia sebagai salah satu marker klinis disfungsi hati tidak dimonitor secara rutin pada pasien-pasien kritis. Identifikasi faktor-faktor yang mencetuskan disfungsi hati akan membantu dalam tindakan pencegahan terhadap akibat disfungsi hati tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko terjadinya hiperbilirubinemia tekonjugasi pada populasi heterogen dari pasien-pasien kritis. Metoda dari penelitian ini adalah penelitian Observasional, Nested Case Control Study. Dilaksanakan 01 Mei 2008 sd 31 Maret 2009. Subyek penelitian adalah pasien dengan penyakit kritis yang dirawat di ICU RSDK Semarang, keluar dari ICU > 3 hari perawatan, tidak mengalami gangguan hati saat masuk ICU. Hiperbilirubinemia didefinisikan sebagai bilirubin total ≥ 1,3 mg/dl dengan dominasi bilirubin terkonjugasi. Untuk mengetahui besar faktor risiko terhadap kejadian hiperbilirubinemia terkonjugasi dilakukan analisis univariat dan dilanjutkan dengan analisa multivariat. Hasil yang didapatkan dari 197 pasien yang berpartisipasi, didapatkan 37 subyek dengan hiperbilirubinemia sebagai kasus dan kemudian dipilih 37 subyek tanpa hiperbilirubinemia sebagai kontrol. Analisis univariat menunjukkan bahwa hiperbilirubinemia berhubungan dengan adanya penurunan tekanan darah (odds ratio [OR] 4,56; p= 0,002), pemberian dobutamin (OR 2,78; p= 0,034), dan norepineprin (OR 7,73; p= 0,001). Analisis multivariat selanjutnya menunjukkan bahwa faktor risiko bebas (independent) tunggal terhadap kejadian hiperbilirubinemia adalah gagal jantung kongestif (p=0,046) dan pemakaian norepineprin (p= 0,001). Hiperbilirubinemia dapat terjadi pada pasien-pasien dengan penyakit kritis, dan syok, gagal jantung kongestif dan pemberian norepineprin (vasoaktif) akan meningkatkan risiko terjadinya hiperbilirubinemia. Penanganan yang baik terhadap gagal jantung kongestif, resusitasi yang cepat agar pemberian zat vasoaktif tidak berlangsung lama penting untuk menurunkan beratnya penyakit dan buruknya outcome.Item FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI MAHASISWA DALAM PROSES TUTORIAL PADA METODE BELAJAR PROBLEM-BASED LEARNING (PBL) DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU(2013-03-05) Hamidy, M. YulisTutorial adalah kunci keberhasilan metode PBL. Tutorial yang efektif akan menjamin pencapaian tujuan belajar. Pada tutorial yang efektif, diskusi kelompok beriangsung secara kooperatif dan bukarmya secara kompetitif Setiap mahasiswa hams berpartisipasi aktif, sebaliknya anggota kelompok yang dominan diminta untuk mengurangi dominasinya. Partisipasi mahasiswa dalam proses tutorial dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain karakteristik mahasiswa tersebut, kualitas skenario yang digunakan dan peranan tutor sebagai fasilitator. Apabila partisipasi mahasiswa dalam proses tutorial kurang, maka tutorial tidak akan efektif sehingga tujuan pembelajaran akan sulit dicapai. Oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi partisipasi mahasiswa dalam proses tutorial yang telah dilaksanakan di FK Unri, sehingga dapat dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan partisipasi mahasiswa dalam proses tutorial. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional yang dilaksanakan di FK Unri pada bulan April - Oktober 2009. Populasi penelitian adalah mahasiswa FK Unri yang mengikuti KBK. Sampel penelitian adalah mahasiswa yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini yang dinyatakan dengan penyetujuan informed consent. Partisipasi mahasiswa dalam proses tutorial dinilai dengan menggunakan daftar tilik yang merupakan hasil modifikasi dari Visschers-Pleijers. Karakteristik mahasiswa yang diteliti adalah jenis kelamin, iraiur, asal SMA, Indeks Prestasi Kumulatif (IPK), dan pengalaman mengikuti organisasi. Peran tutor dinilai dengan menggunakan Teaching Style Inventory dari Kassab yang mencakup 4 aspek yaitu fasilitatif, kolaboratif, non asertif, dan non sugestif. Selanjutnya untuk kualitas skenario dinilai dengan menggunakan kriteria Nieminen. Data yang diperoleh diolah dan dianalisis dengan menggunakan program ST A TA 9.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi mahasiswa dalam proses tutorial dianalisis secara univariat kemudian dilanjutkan dengan analisis bivariat dan analisis multivariat. Dari 127 kuesioner yang dianalisis, sebagian besar subjek berumur 19-20 tahun, berjenis kelamin perempuan, mempimyai IPK antara 2,50-3,00, dan telah mempunyai pengalaman dalam berorganisasi. Subjek penelitian yang berpartisipasi aktif dalam proses tutorial adalah sebanyak 44,1%. Sebagian besar tutor bersifat fasilitatif, kolaboratif dan nonasertif. Dari data ini juga terlihat bahwa temyata sebagian besar tutor tidak bersifat sugestif Skenario yang digunakan dalam proses tutorial sebagian besar baik. Jenis kelamin adalah satu-satunya faktor yang berpengaruh terhadap partisipasi mahasiswa dalam proses tutorial (p=0,045).Item FREKUENSI HIPERKOLESTEROLEMIA PADA KASUS STROKE DI BAGIAN ILMU PENYAKIT SYARAF FKUA-RSUP M.DJAMIL PADANG(2013-03-05) Sandora, NormaliaStroke adalah penyakit sercbro - vasikuler yang angka kejadiannya makin Lima cendrung makin meningkat, terutama di negara berkembang. Suatu studi yang mengelola data dari catatan medik dari bangsal Neurologi – RSUP M . Djamil, di temukan 109 orang pasien stroke. Dari keseluruhannya, ternyata hiperkolesterolemia 4-4.04 % dan kadar HDL yang beresiko adalah 52.38 % pada penderita laki-laki dan 52.08% pada penderita vvanita.Item GAMBARAN FAKTOR RESIKO TERHADAP KONTAK DENGAN PENDERITA TBC PARU DI RSUD ARIFIN AHMAD PEKANBARU(2013-03-05) Haslinda, LillyPenyakit TBC Pam masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia dengan prevalensi tinggi dapat ditemukan pada semua umur. Hal ini sangat berkaitan dengan keadaan sosial ekonomi, kebersihan diri, Iingkungan dan kontak langsung dengan penderita. Masyarakat yang tinggal satu rumah dan yang kontak langsung dengan penderita TBC Paru mempunyai resiko tinggi untuk mendapat infeksi TBC Paru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor resiko terhadap kontak dengan penderita TBC Paru yang berobat jalan di Rumah Sakit Arifin Ahmad Pekanbaru. Penelitian ini merupakan studi deskriptif. Sebanyak 17 orang penderita TBC Paru dari RSUD Arifin Ahmad yang berumur antara 19 tahun - 70 tahun, didatangi kerumah tempat tinggal nya untuk di wawancari mengetahui factor resiko kontak dengan orang - orang yang tinggal di rumah dengan penderita. Laki - laki merupakan penderita TBC Paru terbanyak ( 65 % ),Umur terbanyak menderita TBC Paru berkisar antara 36 - 55 Tahun ( 23,5 %), Penderita TBC Paru pada penelitian ini yang terbanyak adalah mereka yang tidak bekerja ( 23,5 % ) dan Orang yang tinggal serumah dengan penderita TBC pada penelitian ini yang terbanyak adalah 3 - 5 orang (58,8%).Item GAMBARAN KLUSIS HIPERMETROP PADA PASIEN DEWASA DI POLIKLINIK MATA R^UD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU PERIODE 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2009(2013-03-01) BURHANUDDIN MUSRSALI, LAODEHipermetrop is the second biggest refraction disparity after miop. This disparity is giving a high influence in someone activity of life because of the dominant use of eyes. Purpose of this research is to know hipermetrop clinical description of patients at Eye-Clinic of Arifln Achmad General Hospital Pekanbaru, period 1"' January - 31'' December 2009. The result of this research is about 2023 patients that visited Eye-Clinic of Arifin Achmad General Hospital Pekanbaru, 156 is hipermetrop positive. Base on the age, the most dominant is 45-54 (45,51%) years old, and the lowest is age 15-24 (0,64%) years old The number of women patients (60,90%) is more than men patients (39,10%). Base on eye's vision, highest frequent in both eyes (right and left) is <6/60. Base on education level, the most patients was graduated from senior high school (39,74%), and the lowest frequent is graduated from elementary school (15,54%). Base on their affiliation civil servant is the highest frequent (33,33%).Item GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SD KELAS VI AL WASLIYAH SUKARAJA TENTANG PENYAKIT D EMAM BERDARAH J)I DESA SUKARAJA KECAMATAN AIR PUTIH KABUPATEN ASAHAN(2013-03-05) Bebasari, EkaSualu penelitjan deskriptif telah dilakukan untuk mengetahui pengetiihuan siswa SD kclas VI A l Wasliyah Desa Suka Raja Asahan Sumatera Utara mengenai pcnyjikit demam i)erdarah pada bulan Desember 2004. Peneh'tian ini dilakukan secara sensus terhadap sebagian dari scluruh populasi kelas VI di SD lersebut, yang berjumlah JG crmg selaku subyek penelitian dengan menggunakan metode kuesioner. Paramater yang diamati adalah pengetahuan dan sikap mercka mengenai penyakit demam berdarah. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa 76,7 % responden berpengetahuan baik mengenai penyakit demam berdarah dan 20 % cukup. Tentang sikap, 53,3 % responden memptmyai sikap yang baik terhadap penyakit demam berdarah dan 36,7 % cukup.Item Kejang Demam Di Bagian Ilmu Kesehatan Anak Rsup Dr. M.Djamil Padang Tahun 1995 - 1996(2015-02-28) Enikarmila, AsniKejang demam adalah jenis kejang yang paling sering terjadi pada masa kanak-kanak, secara umum prognosisnya sangat baik. Suatu penelitian retospektif deskriptif telah dilakukan untuk mendapatkan gambaran penderita kejang demam di RSUD Dr. M. Djamil, Padang pada tahun 1995-1996. Pada penelitian ini didapatkan bahwa kejang demam merupakan kasus neurologis terbanyak pada masa kanak-kanak (68,48%). Penyebab terbanyak demam pada kejang demam adalah infeksi saluran pernafasan atas (51,59%). Kematian terjadi pada 1 penderita (0,79%) dengan infeksi bronkopneumonia dan bronkiolitis. Kebanyakan anak berumur di bawah 4 tahun (93,7%) dengan kejadian tertinggi di golongan usia 13-24 bulan (46,0%). Laki-laki lebih banyak dari perempuan (57,1%). Kejang demam kompleks lebih sering darlpada simpleks (53,97%). Tipe kejang demam kompleks lebih sering dialami penderita dengan riwayat kelahiran abnormal (73,33%) dan pasien yang memiliki riwayat kejang demam pada lini pertama keluarga (80,95%). Kasus dengan riwayat berulangnya kejang lebih dari tiga kali terjadi lebih sering jika anak menderita kejang pertama kali pada usia 3-12 bulan (80%).Item KERENTAN AN LARVA AEDES AEGYPTI TERHADAP TEMEFOS DI DAERAH ENDEMIS. SPORADIS DAN BEBAS DEMAM BERDARAH DENGUE DI PEKANBARU(2013-03-01) Dwi Lesmana, Suri; Maryanti, Esy; Haslinda, Lilly; YolazeniaDemam berdarah dengue merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh Ae.aegypti sebagai vektor aktual dan Ae.alhopictus sebagai vektor potensial. Pekanbaru merupakan daerah yang rawan DBD dimana sebagian besar kelurahan merupakan daerah endemis. Marpoyan Damai merupakan salah satu kelurahan endemis, Meranti Pandak merupakan daerah sporadis dan Tebing Tinggi Okura merupakan daerah bebas DBD. Temefos telah digunakan dalam program abatisasi nasional sejak tahun 1976 termasuk di Pekanbaru. Penggunaan abate ini lebih diutamakn pada daerah rawan DBD seperti daerah endemis dan sporadis. Penggunaan abate terus menerus dalam jangka waktu lama dapat memicu terjadinya resistensi. Penelitian ini bertujuan untuk menilai kerentanan larva Ae.aegypti terhadap temefos. Didapatkan nilai LC99 24 jam temefos daerah endemis dan sporadis 0,0001 mg/1 sedangkan daerah bebas adalah 0,00001 mg/1. hal ini menunjukkan bahwa larva Ae.aegypti di daerah endemis, sporadis dan bebas DBD masih rentan terhadap temefos berdasarkan dosis diagnostik WHO.Item Komposisi Tubuh Dan Sindroma Metabolik PAda Mahasiswa Baru Universitas Riau Yang Mengalami Obesitas(2013-03-05) Nazriati, EldaObesitas pada remaja sering hanya dilihat dari sisi kosmetik dan psikologis. Meskipun obesitas pada remaja jarang disertai oleh gejala penyakit, dari berbagai penelitian didapatkan bahwa obesitas pada masa anak-anak meningkatkan risiko obesitas pada masa dewasa. Sindroma metabolik merupakan gejala gangguan metaboiik yang berhubungan dengan penyakit diabetes dan ka^dio^'askuler. Pengenalan sindroma metabolik bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin gejala gangguan metabolik sebelum seseorang jatiih pada keadaan sakit. Pandemi sindrom.a metabolik berkemb?.ng seiring dengan meningkatnya prevaiensi obesitas pada populasi Asia. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif cross sectional. Tujuan penelitian ini adalah untuk Untuk mengumpulkan data tentang komposisi tubuh dan sindroma metabolik pada mahasiswa baru Universitas Riau yang mengalami obesitas. Subyek penelitian adalah mahasiswa Unri Angkatan 2006 yang mengalami kelebihan berat badan yang berjumlah 27 orang. Variabel penelitian ini adalah komposisi tubuh, Profil Lipid darah, gula darah puasa dan profil sindroma metabolik . Dari hasil penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu Dari data komposisi tubuh 15 subyek (55,5 %) diklasifikasikan obesitas tingkat II yaitu IMT > 30. Obes tingkat II mempunyai risiko Ko-morbiditas berat sampai sangat berat. Pada lingkar abdomen 100 % subyek penelitian digolongkan obesitas sentral yaitu dengan lingkar perut > 90 cm untuk pria dan > 80 cm untuk wanita. Dari profil lipid darah terdapat 12 subyek (44,4 %) mempunyai kadar kolesterol total >200 mg/dL, 3 subyek (11,1 %) dengan kadar trigliserida >150 mg/dL, 3 subyek ( 11,1%) dengan kadar LDL-C < 160 mg/dL, dan 9 subyek(37%) dengan kadar HDL-C yang rendah (< 40 mg/dL pada pria dan < 50 mg/dL pada wanita). Berdasarkan tingkat hipertensi 15 subyek (56%) tergolong prahipertensi, 7 subyek (26%)hipertensi tingkat I, dan 2 subyek (7%) hipertensi tingkat II. Dari hasil penelitian di dapatkan 7 (26 %) subyek dengan gula darah puasa > 100 mg/dl yang merupakan salah satu faktor sindroma metabolik. Pada penelitian ini subyek penelitian yang digolongkan mengalami sindroma metabolik adalah 9 orang (33 %>). Dilihat dari distribusi faktor sindroma metabolik pada subyek penelitian didapatkan bahwa faktor terbanyak adalah obesitas sentral , disusul oleh tekanan darah > 130^85 mmHg, dan rendahnya kadar HDL-C pada 37,7 % subyek.Item MANFAAT DAN HAMBATAN METODE BELAJAR PROBLEM-BASED LEARNING (PBL) MENURUT PERSPEKTIF MAHASISWA TAHUN PERTAMA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU(2013-03-05) Asni, EnikarmilaImplementasi problem-based learning (PBL) sebagai metode belajar didukung oleh berbagai bukti yang menunjukkan kelebihan metode ini dibandingkan metode yang mengandalkan kuliah saja. Di lain pihak, metode PBL akan mengurangi beberapa kelebihan yang diperoleh dari metode kuliah secara konvensional. Sebagai metode yang diterapkan di Fakultas Kedokteran Universitas Riau, PBL akan menimbulkan kecemasan bagi mahasiswa baru terutama yang tidak mengalami PBL di sekolah sebelumnya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan mengumpulkan perspektif mahasiswa baru terhadap PBL, pada saat melakukan PBL baik pengalaman yang posistif (kelebihan yang dirasakan) maupun yang negatif (hambatan yang dirasakan). Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan membaca dan menganalisis setiap tema yang muncul pada pertanyaan terbuka yang diajukan. Setiap tema akan dianalisis dan ditentukan peneliti. Data kuantitatif yang dikumpulkan bersifat melengkapi data kualitatif. Kuisioner dengan pertanyaan terbuka dan reflektif esai tentang 5 manfaat PBL yang dirasakan dan 5 hambatan yang dirasakan selama PBL ditujukan pada mahasiswa FK UR tahun pertama (angkatan 2008) . Kuisioner diberikan pada saat selesai satu kali diskusi dan 1 semester. Reflektif esai dibuat pada saat selesai 1 sesi PBL. Kuisioner tertutup diberikan setelah 1 tahun untuk evaluasi. Peningkatan kebersamaan kelompok, keberanian mengemukakan pendapat, keaktifan, keterampilan komunikasi , pola pikir kritis, kemandirian, keterampilan klinis serta arah belajar karena berdasarkan masalah merupakan manfaat dominan yang dirasakan mahasiswa. Hambatan internal seperti kurangnya pengetahuan dan keterampilan PBL paling sering dirasakan setelah satu kali diskusi tutorial. Hambatan ekstemal seperti terlalu banyak tugas dan keterbatasan sumber literatur banyak dikeluhkan setelah 1 sesi PBL. Sedangkan hambatan ekstemal seperti jadwal perkuliahan yang padat dan sering berubahubah sering dikeluhkan setelah satu semester. Setelah 1 tahun pertama, manfaat dan hambatan yang dinyatakan relatif sama dengan sebelumnya, seperti keaktifan dan keberanian mengemukakan pendapat (manfaat) dan jadwal perkuliahan yang berubah-ubah dan padat (hambatan).Untuk meningkat kualitas PBL maka diperiukan evaluasi PBL dan penelitian lebih lanjut pada manfaat dan hambatan ini sehingga didapatkan hasil yang lebih menyeluruh dan menjawab kebutuhan mahasiswa.Item Morbiditas Balita Kabupaten (Kampar Studi Kasus Di Desa Sungai Pagar Kecamatan Kampar Kiri)(2015-07-27) Hidir, Achmad; Amin, Raja MuhammadPenyebab morbiditas daii mortalitas bayi dan balita sebenamya sangat kompleks mencakup berbagai faktor, misalnya, karena adanya ketidakseimbangan produksi bahan pangan dengan laju pertambahan penduduk, distribusi yang tidak merata karena ketidakmerataan sosial ekonomi masyarakat, ketidaktahuan pola dan penaganan masalah kesakitan, budaya masyarakat, lingkimgan dan lain sebagainya dengan adanya gambaran awal serupa itumaka perlu kiranya segera dilakukan perbaikan dan penanganan lebih lanjut untuk tidak terjadinya pada situasi yang lebih parah lagi. Langkah peitama yang harus segera diambil adalalh melakukan identifikasi masalah dengan jalan melakukan peneiitian, untuk kemudian akan diketahui problem yang muncul dan pola penanganan yang bagaimana yang harus dilakukan.