FAKTOR-FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERBILIRUBINEMIA TERKONJUGASI PADA PENDERITA YANG DIRAWAT DI RUANG PERAWATAN INTENSIF RUMAH SAKIT DOKTER KARIADI SEMARANG
No Thumbnail Available
Date
2014-07-01
Authors
Journal Title
Journal ISSN
Volume Title
Publisher
Abstract
Disfungsi hati pada pasien-pasien kritis berhubungan dengan buruknya outcome diluar kegagalan organ yang lain dan peningkatan mortalitas. Hiperbilirubinemia sebagai salah satu marker klinis disfungsi hati tidak dimonitor secara rutin pada pasien-pasien kritis. Identifikasi faktor-faktor yang mencetuskan disfungsi hati akan membantu dalam tindakan pencegahan terhadap akibat disfungsi hati tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko terjadinya hiperbilirubinemia tekonjugasi pada populasi heterogen dari pasien-pasien kritis. Metoda dari penelitian ini adalah penelitian Observasional, Nested Case Control Study. Dilaksanakan 01 Mei 2008 sd 31 Maret 2009. Subyek penelitian adalah pasien dengan penyakit kritis yang dirawat di ICU RSDK Semarang, keluar dari ICU > 3 hari perawatan, tidak mengalami gangguan hati saat masuk ICU. Hiperbilirubinemia didefinisikan sebagai bilirubin total ≥ 1,3 mg/dl dengan dominasi bilirubin terkonjugasi. Untuk mengetahui besar faktor risiko terhadap kejadian hiperbilirubinemia terkonjugasi dilakukan analisis univariat dan dilanjutkan dengan analisa multivariat.
Hasil yang didapatkan dari 197 pasien yang berpartisipasi, didapatkan 37 subyek dengan hiperbilirubinemia sebagai kasus dan kemudian dipilih 37 subyek tanpa hiperbilirubinemia sebagai kontrol. Analisis univariat menunjukkan bahwa hiperbilirubinemia berhubungan dengan adanya penurunan tekanan darah (odds ratio [OR] 4,56; p= 0,002), pemberian dobutamin (OR 2,78; p= 0,034), dan norepineprin (OR 7,73; p= 0,001). Analisis multivariat selanjutnya menunjukkan bahwa faktor risiko bebas (independent) tunggal terhadap kejadian hiperbilirubinemia adalah gagal jantung kongestif (p=0,046) dan pemakaian norepineprin (p= 0,001).
Hiperbilirubinemia dapat terjadi pada pasien-pasien dengan penyakit kritis, dan syok, gagal jantung kongestif dan pemberian norepineprin (vasoaktif) akan meningkatkan risiko terjadinya hiperbilirubinemia. Penanganan yang baik terhadap gagal jantung kongestif, resusitasi yang cepat agar pemberian zat vasoaktif tidak berlangsung lama penting untuk menurunkan beratnya penyakit dan buruknya outcome.