LRP-Fisheries and Marine
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing LRP-Fisheries and Marine by Title
Now showing 1 - 20 of 31
Results Per Page
Sort Options
Item Analisis Bakteri Pengurai Serasah Daun Mangrove Kawasan Hutan Mangrove Stasiun Kelautan Dumai(2015-07-03) FeliatraPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah bakteri pada tiga perlakuan yang diamati yaitu pada daun segar, daun baru gugur dan dan sudahmembusuk. Pengambilan sample dilakukan pada bulan Oktober 2000 pada stasiun Kelautan Dumai. Hasil Penelitian menunjukkan terjadi peningkatan jumlah bakteri pengurai pada daun serasa mangrove (10 8), daun yang gugur (104) dibandingkan pada daun yang masih segar (102). Dari hasil penelitian ditemukan sepuluh isolat bakteri yang mampu menguraikan daun mangrove yaitu Naseria, Pleisiomonas, Yersinia, corynebacterium, bacillus, Staphylococcus, Acinetobacter, Proteus, Marinococcus dan Planococcus.Item Distribusi Spasial Konsentrasi Kloroi'il-a Menggunakan Citra Satelit A(2013-02-09) UsmanMetode Desk analysis di gunakan pengolahan dan analisa data. Pertanyaan mendasar yang berkaitan dengan penelitian ini adalah bagaiman sebaran klorofil-a pada perairan pantai di Sumatera. Apakah nilai konsentrasi klorofil-a pada perairan pantai Timur dan Barat pulau Sumatera sama? Mengingat pantai mempakan muara bagi semua sungai untuk meluahkan 'konstrituen' yang di bawanya, dan konstituen tersebut memberikan pengaruh terhadap konsentrasi klorofil-a yang di ukur. Untuk menjawab pertanyaan mendasar dalam perumusan masalah, rnaka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi klorofil-a di perairan pantai Pulau Sumatera pada angin musim basah yaitu bulan Januari hingga Mei 2009. Data Citra AQUA MODIS yang di kumpulkan berasal dari situs Ocean Color NASA pada talian , data yang di kumpulkan adalah data sebaran klorofil-a selama lima bulan pada tahun 2009 di mulai dari Bulan Januari hingga Mei. Data citra AQUA MODIS merupakan tingkatan ke tiga (level 3) dengan resolusi spasial 9 m. untuk memperoleh sebaran nilai digital klorofil-a maka di lakukan teknik konverksi nilai 16 bit menjadi sebaran klorofil-a. Selanjutnya dibuat garis transek yang membentan pada ke dua sisi pantai Pulau Sumatera guna mendapatkan profil distribusi klorofil-a. Dari garis transek profil distribusi konsentrasi kloroiil-a di perairan pantai Timur Pulau Sumatera, nilai puncak konsentrasi klorofil bulan Januari, Februari dan Maret berada pada kisaran 9 mg/m3, 22,5 mg/ni3, dan 20 mg/m3. Nilai tersebut termasuk ke dalam kelas muatan suspense tinggi (lebih besar dari 2 mg/m3). Tingginya nilai konsentrasi tersebut di akibatkan oleh banyak kandungan hara yang di alirkan sungai-sungai yang bermuara kc pantai Timur Sumatera. Bulan April dan Mei di perairan pantai Timur Pulau Sumatera terjadi penurunan nilai konsentrasi klorofil-a dari 20 mg/m3 menjadi 5 mg/m3 untuk bulan April dan 9 mg/m3 untuk bulan Mei. Nilai puncak konsentrasi pada perairan Pantai Barat Pulau Sumatera memiliki nilai fluatuasi yang lebih besar dari pada nilai konsentrasi di Pantai Timur Pulau Sumatera. Jika di lihat dari tingkat perubahannya dengan menggunakan nilai standar deviasi maka perbedaan nilai puncak Pantai Barat Pulau Sumatera berada pada angkal,35 mg/m3 sedangkan pada Pantai Timur Pulau Sumatera berada pada angka 6,87 mg/m . Tidak seperti perairan Pantai Timur Pulau Sumatera, pada masa peralihan angin musim yaitu pada bulan April dan Mci, nilai konsentrasi klorofil-a tidak dapat dinyatakan turun atau naik, karena perbedaan nilai yang tidak begitu nyata (Gambar 12). Pada bulan April nilai konsentrasi klorofil-a berada pada angka 4,5 mg/m3 sedangkan pada bulan sebelumnya (Maret), nilai konsentrasi klorofil-a berada -5 fj pada angka 2,75 mg/m dan pada bulan Mei berada pada angka 2 mg/m .Item EFEK PEMBERIAN VAKSIN Ichthyophthirius multifilns TERHADAP RESPONS IMUN IKAN JAMBAL SIAM Pangasius hypopthalamus PADA PEMELIHARAAN SUHU YANG BERBEDA(2013-02-07) Syawal, HenniPenelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi FKIP dan Fisiologi serta Imunologi FKH Institut Pertanian Bogor, mulai bulan Mei sampai pertengahan November 2009. Tujuan penelitian adalah untuk melihat respons fisiologis ikan yang diberi vaksin ich dan kemudian di pelihara pada wadah dengan suhu air yang berbeda. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap satu faktor, yang menjadi faktor perlakuan adalah suhu terdiri dari tiga taraf yaitu; 24°C, 28°C, 32°C, untuk mengurangi kekeliruan dilakukan ulangan tiga kali. Ikan uji diberi vaksin dengan cara perendaman selama 15 menit dengan dosis 3 ml/1, kemudian ikan uji dipelihara selama satu bulan. Peubah yang diukur adalah; 1) deteksi antibodi di mukus, 2) kadar glukosa dalam plasma, 3) kadar hematokrit, 4) kadar hemoglobin, 5) total eritrosit, 6) total leukosit, 7) jenis leukosit. Hasil yang didapat adalah pemberian vaksin ich secara perendaman selama 15 menit dengan dosis 3 ml/1 air dapat meningkatkan sintasan hidup ikan jambal siam hingga 100%, walaupun dipelihara pada suhu 24°C, 28°C, dan 32°C. Respons fisiologis ikan jambal siam yang dipelihara pada suhu 24°C, 28°C, dan 32°C secara statistik (p< 0,05) tidak menunjukkan pengaruh yang nyata untuk semua peubah yang diukur. Pada umumnya nilai peubah yang diukur mengalami peningkatan pada pengukuran kedua (hari ke-15 pascaimunisasi) dan kembali mendekati normal pada pengukuran ketiga (hari ke- 30 atau diakhir penelitian). Ikan mempunyai adaptasi yang tinggi setelah dua minggu pemeliharaan.Item Efisiensi dan Efektifitas Pemakaian Alat Dehidrator untuk Pengeringan dan Pengasapan Ikan Patin (Pangasius sp.)(2013-01-07) Leksono, Tjipto; Sukmiwati, Mery; DahliaPenelitian tentang efisiensi dan efektifitas pemakaian alat dehidrator untuk pengeringan dan pengasapan ikan Patin (Pangasius sp.) teiah dilakukan oleh Ir. Tjipto Leksono, MPhil., dkk. pada bulan Mei hingga November 2007 di Laboratorium Teknologi Hasil Perikanan dan Laboratorium Mikrobiologi Pangan Fakultas Perikanan dan llmu Kelautan Universitas Riau F^ekanbaru. Tujuan penelitian ini adalah untuk mernperoieh metode pemakaian dehidrator dengan tingkat efisiensi dan efektivitas yang tinggi, sehingga menghasilkan produk ikan Patin asap dengan penerimaan konsumen, mutu dan daya simpan tertinggi.Item Eksplorasi Bakteri Penghasil Biosurfaktan dari Sampel Tanah Yang Terkontaminasi Minyak Bumi di PT. Bumi Siak Pusako Riau(2013-02-09) El Fajri, NurTujuan penelitian ini adalah mendapatkan Isolat (Biakan Murni) bakteri penghasil Biosurfaktan, yang dapat digunakan untuk pengurai tumpahan minyak sebagai pencemar di perairan atau permukaan tanah dengan mengisolasi dan pemurnian Bateri-bakteri yang diperoleh dari lapangan, dan menentukan bakteribakteri penghasil biosuifaktan dengan uji aktivitas haemolisis dan aktivitas emulsifikasi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menemukan koleksi isolat bakteri penghasil biosurfatan baik berasal tanah atau lumpur yang terkontaminasi minyak mentah di Gathering Station (GS) atau Centralized Land Treatment Support (CLTS) / Central Mud Treatment Facility (CMTF). Isolat bakteri penghasil biosurfaktan yang diperoleh nantinya dapat digunakan sebagai bahan bioremediasi untuk menanggulangi pencemaran industri minyak dan petroleum. Hasil penelitian ini menyimpulkan, Ditemukan 8 isolat bakteri murni dari sampel tanah/lumpur. Uji Indeks Emulsi (EE24 ) mendapatkan bahwa semua isolat yang diperoleh menghasilkan biosurfaktan dengan tingkat produksi yang berbeda-beda. Metode Uji lisis tidak akurat untuk mendeteksi isolat penghasil biosurfaktan, tetapi uji lisis beta (P) positif menunjukkan nilai produksi biosurfaktan paling besar.Item Kadar Fosfor Optimum Dalam Pakan Benih Ikan Baung (Mystus nemurus C. V)(2014-11-18) Adelina; lesje, LukystiowatyTujuan penelitian ini adaiah untuk mengetahui kadar fosfor optimum dalam pakan yang d^at menghasilkan pertumbuhan dan efisiensi pakan terbaik pada benih ikan baung {Mystus nemurus C.V). Ikan yang digunakan pada percobaan ini mempunyai bobot individu rata-rata 1,03 ± 0,05 g dengan padat penebaran 10 ekor per unit percobaan. Pakan yang digunakan sebagai pakan percobaan terdiri atas delapan macam pakan yang isonitrogenous dengan berbagai ting^ kadar fosfor (P). Pakan tersebut adaiah : pakan K sebagai pakan kontrol (kadar fosfor 0,163 %), pakan A (0,267%P), pakanB (0,558%P), pakanC (0,779%P), pakanD (1,171%P), pakan E (1,338% P), pakan F (1,719% P) dan pakan G (1,955% P). Ikan diberi pakan sebanyak 10 % dari bobot tubuh ikan dengan frekwensi tiga kali sehari. Lamanya percobaan adaiah 60 hari. Hasil percobaan menimjukkan bahwa pakan dengan kadar fosfor yang berbeda memberikan ^engaruh terhadap laju pertumbuhan harian, elBsiensi pakan, retensi protein dan retensi fosfor (P < 0,05), tetapi tidak memberikan pengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan (P > 0,05). Berdasaikan evaluasi tediadap parameterparameter di atas dapat disimpulkan bahwa benih ikan baimg membutuhkan fosfor sekitar 0,85 - 1,04 % di dalam pakannya.Item Kajian Kemampuan Selada Air {Pistia Stratiotes L) Untuk Menurunkan Kandungan Surfaktan Deterjen(2013-01-12) Purwanto, EkoPenelitian ini dilaksanakan pada bulan September-Desember2009 bertempat diLaboratorium Teknologi Pengolahan Limbah Fakisltas Porikanan dan llmu KelautaiiUniversitas Riau, Pekanbaru. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kemampuanseiada air (P. stratiotes L ) untuk menurunkan kandungan surfaktan deteijen. Penelitian ini bermanfaat sebagai salah satu attematif pemecahan niasalah pencemaran perairan terutama yang diakibatkan oleh limbah deterjen. Selain itu juga dapat dijadikan sebagai pedoman dan informasi dasar dalam pengelolaan dan pemanfaatan surnberdaya alam berupa tumbuhan air yang dimanfaatkan sebagai saringan biologis senyawa-senyawa kimia dalam perairan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode ekspenmen. Perlakuan yang dijadikan ekspenmen pada penelitian ini yaitu berat seiada air 80 gr(setara dengan 4 rumpun seiada air/akuarium), 100 gr (setara dengan 5 rumpun seiada air/akuarium) dan 120 gr (setara dengan 6 rumpun seiada air/akuarium). Pengukuran penurunan kandungan suifaktan deterjen dan kuaiitas air diukur sekali tiga hari dan pengukuran kandungan surfaktan deterjen pada akar seiada air dilakukan pada akhir penelitian. Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Akuarium yang digunakan berukuran 70 x 30 x 30 cm sebanyak 12 unit yang diisi air sebanyak 40 liter. Hasil uji A N A V A penuninan kandungan surfaktan deterjen pada sampel air menunjukkan bahwa pemberian perljikuan seiada air yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap penurunan kandungan surfaktan deterjen pada sampel air. Penurunan kandungan surfaktan deterjen pada sampel air yang terbaik pada perlakuan S3 (berat seiada air 120 gr) yaitu sebesar 0,3305 mg/1, dimana kandungan surfaktan deterjen awal pada masing-masing perlakuan sama yaitu 98,3471 mg/1. Pada pengukuran kandungan surfaktan deterjen pada akar seiada air yang tertinggi terdapat pada perlakuan S3 (berat seiada air 120 gr) yaitu sebesar 76,8595 mg/1 dan yang terendah terdapat pada perlakuan S i (berat seiada air 80 gr) yaitu sebesar 49,5895 mg/1. Persentase penurunan kandungan surfaktan deterjen dalam sampel air sampai akhir penelitian pada perlakuan S i , S2 dan S3 secara berturut-tumt adalah sebesar 95,79%, 99,16% dan 99,66%. Hal ini memperlihatkan bahwa seiada air mempunyai kemampuan untuk menyerap kandungan surfaktan deterjen lebih dari 50% hanya dalam waktu sembilan hari. Hasil pengamatan parameter kuaiitas air seperti suhu, pH, oksigen terlaiut dan karbondioksida bebas menunjukkan bahwa kisarannya masih dalam ambang yang diperbolehkan berdasarkan PP RI N o . 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kuaiitas A i r dan Pengendalian Pencemaran untuk Badan A i r Kelas III. Disarankan untuk penelitian selanjutnya dilakukan penelitian serupa dengan waktu untuk analisis yang sama dikarenakan perbedaan waktu analisis dapat memberikan hasil berbeda.Item KAJIAN SIKLUS NUTRISI LAMUN (NITRAT DAN FOSFAT) DI PERAIRAN PADANG LAMUN SELAT DOMPAK KEPULAUAN RIAU(2014-11-22) ZULKIFLI; BINTAL, AMIN; EVI, NOVITALamun (Seagrass) memegang paanan penting dalam daur berbagai zat hara (nutrien) dan elemen-elemen langka di lingkungan perairan laut. Penenlitianpenelitian di bidang ini sekarang terus berkembang. Kendati kajian seagrass atau lamun sudah berjalan relatif lama yaitu sejak taliun tujuh puluhan, namun banyak fenomena menarik taitang siklus nutrisi lamun yang belum dimengerti dengan baik. Hal ini mencapai puncaknya ketika di Indonesia diadakan suatu ekspedisi ilmu pengetahuan kelautan yang disebut "Snellius Expedition" (1984) di mana salah satu diantara tema yang diteliti adalah lamun. Terungkap bahwa permmbuhan lamun tidak dipengaruhi secara menonjol oldi ketersediaan nutrisi di lingkungannya. Keadaan ini membangkitkan hipotesis tentang kemandirian sistem nutrisi lamim atau "Self sustaining system of seagrass."Item Karakteristik iota-karagenan dari rumput laut merah (Rhodhopyta) jenis Eucheuma spinosum yang berpotensi sebagai ingradien pangan(2012-12-03) DiharmI, AndarinI; Karnila, RahmanEuchema spinosum merupakan salah satu kelompok alga merah yang berpotensi dan sangat banyak dibudidayakan di perairan Indonesia. E. spinosum memilikt umur panen yang tidak terialu lama, biasanya hanya 45 hari atau 7 minggu. Pertumbuhan yang relatif singkat sehingga jumlah produksi meningkat. Untuk mengatasi kelebihan produksi dan meningkat nilai tambah maka dilakukan pengolahan terhadap E. spinosum. Pemanfaatnnya beraneka ragam baik dimanfaatkan dalam keadaan utuh atau melalui pengolahan. Salah satu bentuk pemanfaatannya diekstraks menghasilkan karagenan. Karagenan merupakan senyawa hidrokoloid hasil ekstraksi dari rumput laut merah merupakan senyawa polisakarida komplek. Senyawa ini terdiri dari sejumlah unit-unit galaktosa dan 3,6-anhidrogalaktosa yang berikatan dengan gugus suifat atau tidak dengan ikatan a 1,3-D-galaktosa dan p 1,4-3,6- anhidrogaiaktosa. Untuk mendapatkan karagenan ini secara alami dengan adanya enzin sulfohydrolase sedangkan secara komersial melalu proses ekstraksi dengan alkali. Peneiitian ini dilakukan beberapa tahapan yaitu; persiapan bahan baku dengan mencuci dan mengeringkan kembali rumput laut dari petani. Selanjutnya bahan baku yang telah kering (kadar air sekitar 20%), dianalisis komposisi proksimat dan serat. Tahapan berikutnya adalah melakukan ekstraksi untuk mendaptkan karagenan. Sumber rumput laut E. spinosum berasal dri 2 perairan yaitu Sumenep dan Takalar. Ekstraksi dilakukan dengan alkali dalam kondisi panas. Proses untuk mendapatkan karagenan melalui beberapa tahapan yaitu, proses perendaman, pemanasan, penyaringan, pengendapan, penyaringan kembali, pengeringan, penggilingan sehingga dihasilkan karagenan. Hasil peneiitian terhadap komposisi proksimat bahan baku menunjukkan bahwa komponen terbesar adalah karbohidrat. Kandungannya lainnya adalah protein, air, abu dan lemak. Bahan baku yang telah dianalisis komposisi kimianya selanjutnya dilakukan ekstraksi untuk mendapatkan karagenan. Karagenan yang dihasilkan dianalisis karakteristik fisiko-kimianya. Rendemen yang dihasilkan dari ekstraksi rumput laut £. spinosum. adalah 34-37%. Karakteristik kimianya adalah kadar air, abu, abu tkJak larut asam, suifat, kandungan mineral, togam berat hasilnya memenuhi standar dari yang telah ditetapkan oleh FAO untuk rffened carrageenan. Untuk karakteristik fisjk yaitu kekuatan gel dan viskositas hasilnya juga memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh FAO. Analisis terhadap kandungan mikrobiologi baik total plate count (TPC), kapang dan kamir dan mikroba patogen (Salmonella spp dan E. coli) menunjukkan bahwa karagenan yang dihasilkan terbebas dari cemaran mikoba patogen. Dengan demikian karagenan yang dihasilkan merupakan dapat digunakan sebagai ingredien pangan dan spesifikasinya telah memenuhi mutu yang telah ditetapkan oleh FAO {Rifened carrageenan)Item Pemanfaatan Bekicot (Achatina fulicd) dan Keong Mas (Pomacea canaliculatd) Sebagai Bahan Pakan Juvenil Lobster Air Tawar Capit Merah (Cherax quadricarinatus von Martens)(2013-02-07) Boer, IdasaryPenelitian tentang pemanfaatan bekicot (Achatina fulica) dan keong mas (Pomacea canaliculata) sebagai pengganti tepung ikan dalam pakan juvenil lobster air tawar capit merah (Cherax quadricarinatus von Martens) telah dilakukan. Pelaksanaan penelitian dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau pada bulan Mei hingga Oktober 2008. Hewan uji yang digunakan berupa juvenil lobster air tawar capit merah (Cherax quadricarinatus von Martens) berumur 30 hari yang mempunyai ukuran panjang 25-35 mm dan bobot 0,42-0,46 g. Lobster air tawar dipelihara dalam wadah aquarium ukuran 60x30x35 cm dengan padat tebar 16 ekor/aquarium. Lobster diberi pakan berupa pelet dengan komposisi pakan menggunakan perlakuan penggantian tepung ikan dengan tepung bekicot dan keong mas masing-masing sebanyak 25, 50 75 dan 100%. Pakan uji diberikan 3 kali sehari sebanyak 10% dari bobot biomasa lobster. Metode yang digunakan adalah eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tepung bekicot dan keong mas dapat menggantikan tepung ikan hingga 75% di dalam pakan juvenil lobster air tawar capit merah. Kombinasi bahan pakan 75% tepung bekicot dan 25% tepung ikan serta 75% keong mas dan 25% tepung ikan memberikan pengaruh (P<0,05) terhadap efisiensi pakan dan laju pertumbuhan lobster tetapi tidak berpengaruh (P>0,05) terhadap kelulushidupan lobster. Hasil penelitian juga menunjukkan* bahwa tepung bekicot lebih mampu dimanfaatkan lobster untuk hidup dan pertumbuhannya dibandingkan keong mas. Ini terlihat dari nilai efisiensi pakan dan pertumbuhan lobster yang lebih tinggi pada perlakuan yang mendapat tepung bekicot di dalam pakannya. Hasil pengukuran beberapa parameter kualitas air menunjukkan bahwa kualitas air selama penelitian mendukung bagi kelangsungan hidup juvenil lobster. Suhu air berkisar 26-29°C, pH 6-7, oksigen terlarut 5,5-7 ppm dan amoniak 0,01-0,32 ppm.Item :Pendugaan Potensi dan Pola Musim Penangkapan Ikan Kurau (Eleutheronema tetradactylum) di Sekitar P'jiau Bengkalis, Riau(2012-12-03) SyaifuddinIkan kurau memillkl nama Internasional four finger threadfin termasuk jenis ikan kelompok dimersal. Bentuk bulat memanjang warna abu-abu perak kekuningan adanya 4 buah filament pada bagian sirip dada dengan habitat di peralran pesjsir. Dalam pengembangan dan peiestarian ikan kurau ada beberapa kendala terutama pada aspek potensi kurau yang ada. Untuk mengantlslpasi kendala pengembangan maka perlu dirumuskan arahan kebijakan perikanan perairan Bengkalis, untuk itu perlu dilakukan penelitian tentang potensi dan pola musim penangkapan ikan kurau. Sehlngga diketahui potensi lestari dan tingkat pemanfaatannya. Tujuan penelitian untuk mengetahui penggunaan alat tangkap kurau antara lain menganalisis kondisi perikanan ikan kurau dari aspek biologi dan ekologi, mengidentifikasi alat tangkap kurau darl aspek teknologi, pemanfaatan sumberdaya perikanan dan pola musim penangkapan. Metode yang digunakan adalah survey yaltu mengambil data primer dengan cara pengamatan langsung kepada pemilik alat tangkap kurau, data skunder dari Dinas Perikanan bengkalis yang mellputi data produksl selama lima tahun, mengolah data dengan metode surplus pruduksl meliputi catch, effort, catct per unit effort, standarisasl alat tangkap, fishing power Index, tingkat pengupayaan dan pemanfaatan Schaefer dan menentuka pola musim penangkapan. Upaya penangkapan (effort) ikan kurau terdiri dari rawai (long line} dan jaring batu {bottom gillnet) yang mempunyai tripnya sama yaltu 6 hari dalam semingga. Effort tahunan tertlnggi tahun 2006 sebesar 1627392 trip (gabungan) dan terendah tahun 2002 sebesar 388440 trip (gabungan). CPUE tahunan jaring batu berklsar 0,001-0,012 ton/trip dengan rata-rata 0,006 ton/trip. CPUE tahunan rawal antara 0,001-0,004 ton/trip dengan rata-rata 0,002 ton/trip. Sedangkan nilai MSY untuk ikan kurau yang didaratkan di Bengkalis 1140,050 kg/tahun dan nilai upaya optimum fopt sebesar 151000 trip/tahun, sehlngga bila dihubungkan antara catch dan tingkat pemanfaatan ikan kurau di Bengkalis telah over fishing atau leblh tangkap dengan tingkat pemanfaatan meleblhi 100%. Pola musim penangkapan disamping dipengaruhi oleh factor cuaca dan ikiim. Informasi pola musim ditentukan berdasarkan arah angin, juga melihat trend dari grafis berdasarkan hasil tangkapan perbulan selama 6 tahun. Berdasarkan analisis pola musim penangkapan tertlnggi pada bulan April, Mai dan Nopember (1391,91), (1330,39) dan (1343,81) sedangkan yang terendah pada bulan Juni yaltu 920,89.Item PENGARUH K E K E R U H A N TERHADAP DENSITAS ZOOXANTHELLAE PADA KARANG SCLERACTINLV DI PERAIRAN KEPULAUAN RIAU(2012-12-03) ThamrinPengaruli kekeruhan/padatan tersuspensi terhadap karang scleractinia Acropora formosa dan A. donei diarnati dari densitas zooxantheilae sebagai simbion kedua jenis karang tersebut. Pengaruh kekeruhan ini diarnati pada karang tipe bercabang A. formosa dan A. donei yang diambil pada kedalaman 3 meter dari perairan Pantai Trikora Tanjung Pinang dan perairan Pulau mapur Kepulauan Riau. Kedua spesies ini diambil di perairan pantai Trikora dan perairan Pulau Mapur, dan kemudian dibawa ke laboratorium marine center Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Untuk menghitung kepadatan (densitas) zooxantheilae pada karang inang digunakan hematocytometer di bawa microscope binocular, dimana sebelumnya semuah sample terlebih dahulu di fiksasi dengan formalin 10 % dan didekalsifikasi dengan 10 % asam asetat + 10 % formalin. Zooxantheilae sebagai simbion karang merupakan micro algae yang hidup bersimbiosis secara mutualisme dengan karang scleractinia, dan hidup menetap di dalam jaringan endodemal karang inang. Sebagai simbion, micro algae yang biasa disebut zooxantheilae ini memiliki peran yang sangat besar sekali dalam menentukan keuerlanjutan kehidupan hewan karang, sehingga bila zooxantheilae keluar dari dalam tubuh karang (bleaching) bisa berakibat fatal pada karang inang. Berbagai factor lingkungan dapat menyebabkan terjadinya proses bleaching pada karang, seperti peningktan atau penurunan suhu perairan di atas atau di bawah normal, penurunan salinitas perairan, peningkatan sedimentasi, peningkatan kekeruhan, dan Iain-lain.Item PENGARUH MODIFIKASI ALATTANGKAP PANGING TONDA DENGAN PENGGUNAAN JENIS MATA PANGING BERKAIT GANDA (DOUBLE HOOK) DAN BERKAIT TIGA (TRIPLE HOOKj TERHADAP HASIL TANGKAPAN(2012-12-02) NofrizalTujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan hasil tangkapan dari tiga bentuk mata pancing yang berbeda, yaitu mata pancing berkait tunggal {single hook), mata pancing berkait ganda {double hook) dan mata pancing berkait tiga {triple hook). Sehingga dapat diketahui mata pancing yang paling efektif digunakan untuk pancing tonda. Sedangkan masalah utama yang melatar belakangi penelitian ini iaiah sering lolosnya ikan setelah atau sedang memakan umpan dan mata pancing, sehingga umpan tersebut habis tetapi mata pancing gagai terkait pada mulut ikan. Oleh karena itu timbul beberapa asumsi permasalahan terhadap alat tangkap tradisional (lama), diantaranya; kurang efektifnya mata pancing tunggal yang biasa digunakan oleh nelayan setempat selama ini, sehingga hasil tangkapan banyak yang lotos, kecilnya peluang terkaitnya mata pancing tunggal pada ikan dan rendahnya hasil tangkapan pancing tonda persetting. Diharapkan dengan menambah jumlah kait pada mata pancing dapat meningkatkan peluang terkaitnya ikan yang memakannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode experimental fishing. Dimana ketiga bentuk mata pancing diujicobakan dilapangan untuk menemukan jenis mata pancing yang terbaik dengan hasil tangkapan yang optimal untuk perikanan pancing tonda. Sedangkan rancangan percobaan Rancangan Acak Lengkap dengan tiga perlakuan (ketiga jenis mata pancing). Selanjutnya data hasil tangkapan dianalisis dengan menggunakan analisis of variance (ANOVA) untuk melihat perbedaan hasil tangkapan. Berdasarkan analisa data hasil tangkapan dari ketiga bentuk mata pancing secara statistik dapat diambil kesimpulan bahwa mata pancing tonda dengan mata pancing berkait satu (single hook), mata pancing berkait dua (double hook) dan mata pancing berkait tiga (triple hook) tidak memperlihatkan adanya pengaruh secara nyata terhadap hasil tangkapan. Namun dilihat dari total hasil tangkapan, jenis mata pancing berkait tiga lebih banyak hasil tangkapannya bila dibandingkan dengan jenis mata pancing berkait satu dan berkait dua. Jenis ikan yang bernilai ekonomis tinggi yang tertangkap selama penelitian yaitu ikan tongkol (Euthynnus pelamis) sebanyak 38 ekor (34,23%) pada mata pancing berkait satu, 33 ekor (29,27%) pada mata pancing berkait dua dan 40 ekor (36,84%) pada mata pancing berkait tiga. Pada mata pancing berkait tiga hasil tangkapan lebih banyak antara lain disebabkan gerakkan mata pancing ini lebih aktif bergerak di dalam perairan dan posisinya di dalam perairan lebih dalam, karena massa lebih berat sehingga ikan tongkol lebih dahulu menjangkaunya.Item Peningkatan Kemampuan Pemahaman Ekologi Perairan dengan Model Student Teams Achievement Devision (STAD) di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau, Pekanbaru(2013-03-20) Siagian, MadjuPenelitian Tindakan Kelas Ini berupaya untuk meningkatkan kemampuan pemahaman Ekologi Peralran dengan menerapkan pembelajaran kooperatif model STAD {Student Teamns Achievement Devision). Mahasiswa yang menjadi subjek penelitian adalah mahasiswa semester genap tahun ajaran 2010 - 20^11 dan mal^iswa senKister genap tahun aj^an 2009-2010 yang b^masalah dalam nilai (nilai D dan nilai E) sehingga dibuat dalam satu kelas pada semester pendek pada tahun ajaran 2011-2012. Sebelum menerapkan pembelajaran kooperatif model STAD [Student Teams Achievement Devision), mahasiswa yang menjadi subjek terlebih dulu dilakukan pre test. Hasil pre test menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman mahasiswa mengenai Ekologi Perairan masih rendah. Jika nilai perolehan mahasiswa dikonversikan kepada peraturan akademik UNRI, sekitar 11.4 % mahasiswa yang memperoleh nilai cukup (C), 45.7 % yang memperoleb nilai kurang (D), 42.9 % mahasiswa yang gagal (E), dan tidak ada mahasiswa yang memperoleh nilai sangat baik (A) dan baik (B). Setelah penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam dua siklus, menunjukkan pengaruh ymig sangat nyata terhadap perolehan nilai mahasiswa. Persentase mahasiswa yang memperoleh nilai sangat baik (A) sebanyak 20.01 %, kategori baik (B) 32.85 %, kategori cukup (C) sebanyak 28.57 %, kategori kurang (K) sebanyak 8.57 % dan yang termasuk kategori gagal (E) sebanyak 10 %.. Dari data basil belajar tersebut disimpulan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif model STAD (Student Teams Achievement Devision), pada proses belajar mengajar Ekologi Perairan layak untuk diterapkan.Item PENINGKATAN PROSES PEMBELAJARAN MATA KULIAH PENGELOLAAN KUALITAS TANAH DASAR DENGAN PENDEKATAN METODE STUDENT CENTERED LEARNING DI JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS RIAU(2013-04-12) Ayu Pamungkas, NikenSistem pendidikan kita saat ini dibangun dengan mengacu pada tujuan dari para pendidik bukan peserta didik. Tujuan, materi serta metode pendidikan ditetapkan berdasarkan pada apa yang diinginkan dan dianggap perlu diketahui dan dipelajari oleh peserta didik secara seragam, tanpa memperdulikan keaneka-ragaman kebutuhan, minat, kemampuan serta gaya belajar tiap peserta didik. Tiap anak berbeda dan karena apa yang dipelajari oleh peserta didik tidak semuanya merupakan kebutuhan yang ingin dipelajari oleh peserta didik, materi menjadi sulit dicerna oleh sebagian besar peserta didik. Sebagian peserta didik memang belajar ataupun mengerti materi yang diajarkan, tetapi sering sifatnya hanya jangka pendek, untuk keperluan menjawab ulangan atau memperoleh nilai bagus. Ilmu pengetahuan yang dipelajari sering tak dapat diingat ketika harus memecahkan persoalan nyata. Motivasi untuk belajar hanya bersifat terpaksa, karena datangnya dari luar dirinya, bukan dari dalam dirinya sendiri.Item PERAN KAJIAN KEMAMPUAN DAN TINGKAH LAKU RENANG IKAN BAUNG (HEMIBAGRUS SP) UNTUK TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN DAN USAHA BUDIDAYA(2012-10-30) Nofrizal; Ahmad, MuchtarPenelitian kemampuan dan tingkah laku renang ikan baung (Hemibagrus spp) merupakan penelitian dasar untuk pengembangan metode penangkapan ikan dan teknik budidaya ikan baung di air deras. Daya tahan dan kecepatan renang ikan diuji dalam swimming chanel flume tank sehingga mendapatkan data tentang karakteristik kemampuan renang ikan baung. Informasi dan data tentang karakteristik kemapuan renang akan disajikan dalam bentuk ”swimming curve”, yang berguna untuk mengetahui kondisi fisiologis ikan ketika melakukan aktivitas renang. Kondisi fisiologis tersebut meliputi proses metabolisme dan respirasi. Informasi ini sangat berguna untuk mengetahui kecepatan arus ideal di dalam usaha budidaya ikan di dalam keramba. Untuk usaha penangkapan, swimming curve juga dapat digunakan untuk memprediksi kecepatan maksimum renang ikan. Kecepatan maksimum renang ikan sangat diperlukan untuk menduga peluang ikan baung lolos dan menghindar dari alat penangkapan ikan selama proses penangkapan.Item PERANAN ANGGOTA RUMAH TANGGA DALAM MENUNJANG PENDAPATAN SUAMI(2013-05-28) Hamid, HamdiSeperti yang dikatakan Kusnadi (2002) bahwa sebagian besar masyarakat pesisir adalah kantong-kantong kemiskinan. Fenomena yang serupa juga dapat kita temui di Kelurahan Lubuk Gaung ini, dimana tingkat pendapatan nelayan dari sektor perikanan di Kelurahan Lubuk Gaung ini berkisar antara Rp 600.000 – Rp 4.375.000 perbulan. Pendapatan yang diperoleh dari sektor perikanan ini, oleh masyarakat nelayan di Kelurahan Lubuk Gaung kebanyakan hanya dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, walaupun sebenarnya tidaklah terpenuhi sepenuhnya. Sehingga untuk dapat mengimbangi antara pendapatan dan pengeluaran di rumah tangga nelayan, maka sebaiknya nelayan harus dapat mencari penghasilan tambahan dari sektor sampingan lainnya. Untuk itu diharapkan adanya ‘konstribusi anggota rumah tangga nelayan dalam menunjang pendapatan suami’ demi meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat nelayan. Atas dasar inilah peneliti mengangkat topik ini untuk dijadikan judul penelitian.Item PERANAN SEKTOR PERIKANAN DAN KELAUTAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH PROVINSIRIAU(2013-02-12) Sofyani, TinceKontribusi sektor perikanan dan kelautan Provinsi Riau terhadap PDRB tanpa migas atas dasar harga konstan 2000 dari tahun 2003 - 2007 berkisar antara 3,70 % - 3,80 %, kontribusi sektor perikanan cenderung menurun. Kontribusi sektor perikanan terhadap kesempatan kerja dari tahun 2003 - 2007 berkisar antara 1,78 % - 3,33 %, kontribusi sektor perikanan terhadap kesempatan kerja juga menunjukkan kecenderungan menurun. Peranan sektor perikanan dan kelautan Provinsi Riau berdasarkan hasil analisis Location Quotient dengan indikator pendapatan wilayah menunjukkan bahwa sektor perikanan dan kelautan Provinsi Riau merupakan sektor basis dengan nilai LQ berkisar antara 1,54 - 1,56 , dengan kecenderungan nilai LQ yang menurun selama periode 2003 - 2007. Hasil analisis Location Quotient berdasarkan indikator kesempatan kerja berkisar antara 0,64 - 1,37 dengan kecenderungan nilai LQ menurun. Selama periode 2003 - 2004, sektor perikanan berdasarkan indikator kesempatan kerja tergolong sektor basis (LQ > 1), tetapi periode tahun 2005 - 2007 tergolong sektor non basis. Hasil analisis multiplier effect sektor perikanan Provinsi Riau berdasarkan indikator pendapatan wilayah menunjukkan nilai yang fluktuatif dengan kisaran antara 27,34 - 32,32 dengan rata-rata nilai multiplier effect 29,38. Dalam pembangunan wilayah Provinsi Riau, diharapkan pemerintah daerah tetap memprioritaskan pengembangan sektor perikanan dan kelautan di masa yang akan datang. Disamping itu, perlu adanya upaya yang gencar untuk mendorong pihak swasta atau investor agar bersedia menanamkan modalnya pada sektor perikanan dan kelautan di Provinsi Riau. Peningkatan sarana dan prasarana yang belum memadai seperti cold storage , pabrik es, tempat pendaratan ikan perlu diupayakan serta peningkatan kualitas para nelayan dan petani ikan melalui program-program penyuluhan, pelatihan, bimbingan dan pendidikan. Oleh karena produksi perikanan Provinsi Riau berasal dari perikanan laut, diharapkan Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Riau dapat memberikan pengawasan terhadap nelayan supaya potensi perikanan di daerah ini tetap terjaga dan lestari sehingga tidak terjadi overfishing.Item Perbaikan Proses Pembelajaran Mata Kuliah Marikultur(2014-11-22) ElberizonKurikulum Program Studi Ilmu Kelautan dirancang agar lulusan yang dihasilkan selain berkemampuan merencanakan dan melaksanakan program-program manajemen lingkungan laut, juga diharapkan memiliki pengetahuan yang memadai untuk nr|engeksploitasi sumberdaya hayati laut. Mata kuliah Marikultur dimaksudkan sebagal salah satu instrumen untuk mencapai tujuan dimaksud. Tujuan umum yang ingin dicapai perbalkan proses pembelajaran melalui meningkatnya kapasitas staf pengajar yang bermuara kepada meningkatnya kemampuan kognitif mahasiswa. Manfaat yang akan diperoleh dengan adanya perbaikan proses pembelajaran pada mata kuliah Marikultur. Untuk dilakukan hal-hal sebagal berlkut: (1). Penyusunan dan penyempurnaan GBPP dan SAP, diiringi dengan perumusan TI (TIU dan TIK) yang lebih tajam, sehingga materl perkuliahan dapat disampaikan secara lengkap, runut dan terarah. (2). Penyiapan materl perkuliahan agar dapat disampaikan melalui media instruksional lain seperi over head projector (OHP), over head transparancy (OHT), dan (3). Penyediaan materi (^^/7C'^fyO perkuliahan. Evaluasi yang dilakukan terhadap nilai yang diperoleh mahasiswa memperlihatkan perbedaan yang cenderung kepada perbaikan antara sebelum dan sesudah penerapan metoda perkuliahan. Walaupun proporsi perolehan nilai A menutun, nilai mata kuliah Marikultur yang sebelum penerapan metoda didominasi oleh nilai C (40,4 %), bergeser ke nilai B (66,7 %) setelah metoda diterapkan. Tab^j yang sama juga menunjukkan bahwa setelah penerapan metoda tidak ada lagi mahasiswa yang memperoleh nilai D. Hasil analisis terhadap hilal in! perlu diinterpretasikan secara berhati-hati, karena besarnya perbedaan antara jumlah mahasiswa yang mengambil mata kuliah sebelum penerapan dan sesuah penerapan metoda. Seperti pada mata kuliah lain di Program Studi Ilmu Kelautan, penerapan metoda pembelajaran dapat meningkatkan daya serap mahasiswa melalui perbaikan pemahaman terhadap meter! yang diberikan.Item PERBAIKAN PROSES PEMBELAJARAN MATA KULIAH PENGANTAR OSEANOGRAFI Dl PROGRAM STUDI • ILMU KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS RIAU(2014-11-22) MUSRIFIN, GHALIB; USMANPerbaikan proses pernbelajaran matakuliah Pengantar Oseanografi bertujuan untuk meningkatkan daya serap mahasiswa terhadap materi yang diberikan. Metode baru yang diterapkan adalah mengkombinasikan beberapa metode yang ada dan mengoptimalisasikan penggunaaan alat bantu mengajar. Hasil pelaksanaan proses pembelajaran memberikan indikasi bahwa terdapat pengaruh terhadap peningkatan kemampuan mahasiswa dalam memahami dan mendalami materi matakuliah Pengantar Oseanografi. Prosentase jumlah mahasiswa pada perkuliahan semester ganjil 1998/1999 adalah nilai A sebesar 20,5 %, B 34, 1 %, C 38,6 % dan nilai D 6,8 %. Setelah dilakukan perbaikan proses pembelajaran, meningkat menjadi nilai A sebesar 60,6 %, B 31,8 %, C 6,1 dan nilai D hanya 1,5 % pada semester ganjil 1999/2000. Nilai rata-rata pada semester ganjil 1998/1999 adalah 2,68 meningkat menjadi 3,51 pada semester ganjil 1999/2000. Jumlah mahasiswa meningkat dari 44 orang menjadi 66 orang. Baik kualitas maupun kuantitas meningkat setelah dilakukan perbaikan proses pembelajaran yaitu peningkatan jumlah mahasiswa, prosentase jumlah mahasiswa yang memperoleh nilai tertinggi dan nilai rata-rata.