11.Seminar Nasional Teknik Kimia Topi Tahun 2016
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing 11.Seminar Nasional Teknik Kimia Topi Tahun 2016 by Title
Now showing 1 - 20 of 30
Results Per Page
Sort Options
Item 07Sintesis, Kinetika Reaksi dan Aplikasi Kitin dari Cangkang Udang: Review(2017-01-09) Afriani, Yesi; Fadli, Ahmad; Maulana, Subkhan; Karina, IkaKitin merupakan biopolimer yang banyak ditemukanpadacangkang eksoskeleton artropoda (kepiting, dan udang), insekta, alga, dinding sel fungi, danyeast.Sumberbahan baku yang biasa digunakan untuk sintesis kitin adalah cangkang udang dan cangkang kepiting.Kitin berasosiasi dengan mineral dan protein didalam cangkang maupun dinding sel. Oleh karena itu, untuk mendapatkan kitin perlu dilakukan proses demineralisasi dan deproteinasi. Kedua proses isolasi kitin tersebut bisa dilakukan dengan dua macam metode yaitu metode enzimatis dan metode kimiawi. Enzim protease dan fermentasi asam laktat digunakan di dalam metode enzimatis, sedangkan di dalam metode kimiawi digunakan senyawa asam dan basa. Kitin memiliki sifat antibakterial, non-toksik, biokompatibilitas, dan biodegradabilitas sehingga dimanfaatkan dalam berbagai bidang. Pemanfaatan kitin banyak diaplikasikan sebagai adsorben ion logam dalam pengolahan air, pengawet, aditif makanan, pewarna, pigmen dalam rekayasa limbah, imobilisasi enzim,dan anti kolesterol. Kitin juga mudah diolah sebagai gel, membran, fiber dan film. Di bidang biomedis kitin dan turunannya dapat digunakan sebagai drug delivery, pembalut luka, dan pendiagnosis kanker. Selain itu, kitin juga merupakan bahan baku utama untuk membuat kitosan yang memiliki banyak manfaat diberbagai bidang dan memiliki nilai jual yang tinggi. Hal tersebut tentu memerlukan kualitas kitin yang baik sehingga secara tidak langsung akan berdampak terhadap kitin dan produk turunan yang dihasilkannya. Kinetika reaksi merupakan tinjauan untuk mendapatkan produk yang optimal dengan menggunakan konstanta reaksi yang didapat sebagai acuan untuk kondisi proses. Pada sintesis kitin tinjauan kinetika reaksi tentu akan lebih mengoptimalkan proses serta menghasilkan produk dengan kualitas lebih baik sehingga berdampak positif terhadap produk turunan yang akan dihasilkan. Pada makalah ini kami akan memaparkan penelitian terbaru tentang sintesis kitin dari cangkang udang termasuk tinjauan kinetika reaksi yang terjadi serta aplikasi kitin di berbagai bidang kehidupan.Item A. Daftar Isi Seminar Nasional Teknik Kimia Teknologi Oleo Petrokimia Indonesia(2017-01-09) Akbar, FajrilItem Bioethanol dari Ampas Umbi Dahlia Sebagai Antiseptik(2017-01-09) Martynis, Munas; Sundari, Elmi; Praputri, ErtiBioetanol (C2H5OH) adalah cairan tidak berwarna yang merupakan hasil proses fermentasi gula dari sumber karbohidrat dengan menggunakan bantuan mikroorganisme. Kegunaan bioetanol selain sebagai bahan bakar juga dapat digunakan sebagai antiseptik. Jenis alkohol antipsetik adalah etanol (60 – 90%). Produksi bioetanol membutuhkan bahan baku biomassa yang memiliki kandungan karbohidrat seperti glukosa, pati, selulosa dan lignoselulosa. Salah satu contoh sumber lignoselulosa untuk bahan baku bioetanol tersebut adalah ampas umbi dahlia. Selama ini umbi dahlia yang dimanfaatkan adalah patinya sebagai tepung untuk membuat makanan, dan bahan baku untuk pengambilan inulinnya. Sedangkan ampasnya yang berjumlah sekitar 25% berat belum dimanfaatkan. Pada penelitian ini, metode yang dilakukan ada tiga tahap yaitu, pretreatmen, hirolisis dan fermentasi. Pretreatmen untuk mendegradasi lignin menggunakan NaOH 4%, setelah itu hidrolisis dengan asam asetat (CH3COOH) 2%, 3% dan 4% selama 30 menit, dan hasil hidrolisis difermentasi dengan ragi Saccharomyces cerevisiae 4%, 5% dan 6% selama 5 hari. Kemudian, memisahkan dengan distilasi sebagai pemurnian untuk untuk memperoleh konsentrasi yang tinggi pada suhu 800C. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bioetanol yang digunakan untuk antiseptik diperoleh paling banyak pada penambahan asam asetat 3%, Saccharomyces cerevisiae 6%, yaitu sebesar 67,5% dengan densitas 0,875 g/cm3. Hasil penelitian menunjukkan, konsentrasi ragi yang digunakan dapat mempengaruhi konsentrasi bioetanol yang dihasilkan, sedangkan besarnya nilai gula terfermentasi tidak menjamin bahwa konsentrasi bioetanol yang dihasilkan akan tinggi.Item Esterifikasi Asam Lemak Bebas Minyak Biji Karet Menggunakan Katalis Alumina Tersulfatasi(2017-01-09) Rahman, Elly Desni; Ulfah, Maria; Sari, Ellyta; Praputri, ErtiTelah dilakukan evaluasi kinerja katalis heterogen gamma alumina tersulfatasi pada esterifikasi asam lemak bebas minyak biji karet, dengan variasi perbandingan minyak terhadap methanol 0,6-1,2 v/v, konsentrasi katalis 1-2,33 %-b/v, dan suhu reaksi 50-70 oC. Karakterisasi katalis alumina tersulfatasi hasil pengembangan dianalisis dengan XRD. Pola difraktogram hasil analis XRD menunjukkan selain puncak gamma alumina juga muncul puncak yang spesifik terhadap spesies Al2(SO4)3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi rasio methanol/minyak maka asam lemak bebas sisa pada minyak akan semakin kecil. Konsentrasi katalis gamma alumina tersulfatasi sebesar 1,67%-b/v memberikan persentasi penurunan ALB paling cepat dan temperatur reaksi 60oC memberikan sisa kadar asam lemak bebas terkecil.Item Integrasi Koating Silika – Tembaga Kobal Oksida Berbasis Nitrat pada Substrat Aluminium yang Disintesis Melalui Rute Sol-gel Dip-coating: Sifat Absorptansi dan Emitansi(2016-11-30) Amri, Amun; Fadli, Ahmad; Zultiniar; Zakiah, WildaTelah berhasil disintesis koating silika - tembaga kobal oksida pada substrat aluminium menggunakan metode sol-gel dip-coating untuk aplikasi solar selektif absorber. Lapisan koating antirefleksi silika yang diperoleh dari proses kalsinasi gel tetraethyl orthosilicate (TEOS) melapisi lapisan underlayer tembaga kobal oksida yang diperoleh dari proses kalsinasi gel tembaga kobal berbasis nitrat. Hasil integrasi selanjutnya dikarakterisasi sifat optisnya berupa absorptansi () dan emitansi () secara berturut-turut menggunakan UV-Vis- Nir yang dilengkapi bola integrasi dan FTIR spectrophotometer. Pengaruh jumlah siklus pencelupan – pengeringan (ketebalan) antirefleksi silika terhadap sifat absorptansi dan emitansi dari lapisan hasil integrasi diperlajari. Secara umum terlihat bahwa nilai absorptansi berfluktuasi terhadap peningkatan jumlah siklus pencelupan – pengeringan, dengan nilai absorptansi tertinggi =86,1% ditunjukkan oleh koating silika dengan 3 kali siklus pencelupan-pengeringan. Meskipun demikian absorptansi optimum =82,4% ditunjukkan oleh koating silika dengan 5 kali siklus pencelupan-pengeringan. Nilai emitansi menurun dengan meningkatnya siklus pencelupan-pengeringan koating silika dengan nilai emitansi terendah =4,8% ditunjukkan oleh koating silika yang disintesis dengan 5 kali siklus pencelupan - pengeringan. Penambahan ketebalan antirefleksi silika berdampak positif menurunkan emitansiItem Karakterisasi Biobriket Campuran Kulit Kemiri Dan Cangkang Kemiri(2017-01-09) Rahman, Abdul; Kurniawan, Eddy; FauzanTerbatasnya persediaan minyak mengakibatkan kenaikan harga bahan bakar minyak diseluruh pelosok dunia. Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan sumber daya alternatif lain. Kulit dan cangkang kemiri dapat digunakan arang untuk bahan bakar setelah proses pirolisis dan baru dijadikan briket biomassa. Briket biomasa merupakan salah satu solusinya dengan tujuan menganalisa komposisi kulit kemiri, cangkang kemiri, tepung beras dan tar yang terbaik menghasilkan nilai panas pembakaran pada briket. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan biobriket arang adalah limbah kulit kemiri dan cangkang kemiri dengan perbandingan 100:0, 80:20, 60:40, 40:60, 20:80 dan 0:100 dengan menggunakan perekat tepung beras dan tar. Proses pembuatan biobriket terdiri dari pengeringan ba han baku, karbonisasi pada 450oC, penggilingan dan pengayakkan, pencampuran, pencetakan, pengeringan dan penentuan mutu briket. Penentuan mutu biobriket dengan menganalisa kadar air, kadar abu, zat menguap, karbon terikat dan nilai kalor. Nilai kalor kulit dan cangkang kemiri sebesar 3.218,7 kal/gr dan 4.087,3 kal/gr. Hasil penelitian analisa nilai kalor terbaik yaitu 6.170,1 kal/gr didapatkan pada komposisi cangkang kemiri dan kulit kemiri 100:0% menggunakan perekat tar. Kadar air terendah yaitu 12,5 % diperoleh pada komposisi cangkang kemiri 100 % dengan menggunakan perekat tepung beras. Kadar zat menguap paling tinggi yaitu 0,27% diperoleh pada komposisi 60:40 % dengan perekat tar. Kadar abu tetinggi diperoleh yaitu 7,72% pada komposisi 0:100% menggunakan perekat tepung beras. Sedangkan nilai karbon terikat tertinggi yaitu 94,76 didapatkan pada komposisi 40:60% dengan menggunakan perekat tepung berasItem Kinerja Sel Tunggal Proton Pertukaran Membran Fuel Cell Terhadap Temperatur dan Tekanan(2016-11-30) Sari, Ellyta; Mulyazmi; Desmiarti, Reni Desmiarti; Rahman, Elly DesniPerkembangan teknologi energi terbarukan saat ini semakin pesat salah satunya yaitu Fuel Cell. Fuel Cell merupakan teknologi energi yang bersih,aman yang mempunyai kerapatan dan efisiensi energi tinggi, bertemperatur rendah, berdaya tinggi dan efisien. Salah satu cara pembuatan fuel cell dengan cara membuat media membran penukar proton dan dalam aplikasi sel bahan bakar yang disebut dengan Proton Exchange Membrane Fuel Cell (PEMFC) atau Sel Tunggal Proton Pertukaran Membran FuelCell. Tujuan penelitian ini yaitu mempelajari kinerja sel tunggal PEMFC untuk mendapatkan kondisi optimum terhadap variasi kondisi operasi dengan menggunakan software GUI MATLAB 7.10. Penentuan kinerja PEMFC ditunjukkan oleh nilai volt yang dihasilkan. Simulasi pada unit ini dilakukan terhadap variasi parameter RHA dan RHK dalam range 0 hingga 100%, Temperatur antara 323 K hingga 373 K, tekanan operasi di anoda (PA) dan di katoda (PK) 1atm hingga 2,5 atm, rasio stoikiometri hidrogen antara 1,2 hingga 1,8 dan oksigen antara 1 hingga 3. Kinerja sel tunggal PEMFC dipengaruhi oleh kehilangan nilai volt yang disebabkan oleh aktivasi, ohm dan konsentrasi. Pemodelan kehilangan nilai volt akibat aktivasi menggunakan nilai perubahan current density yang nilainya 10-2 hingga 10-8 A. Pengujian kinerja sel tunggal PEMFC dilakukan dengan melihat perubahan current density dari 0 hingga 1,6 A cm-2 pada berbagai variasi parameter terhadap nilai volt dan current density yang dihasilkan. Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa peningkatan temperatur akan meningkatkan kinerja PEMFC yaitu pada temperatur 900C,tekanan 3 atm, kelembaban relatif di salah satu sisi elektroda yakni pada sisi katoda didapatkan kinerja PEMFC yang jauh lebih baik pada kelembaban relatif 100%, dengan perbandingan rasio stoikiometri yang dihasilkan 2,5 dan 3Item Konversi Kulit Kerang Darah (Anadara granosa) Menjadi Serbuk Hidroksiapatit(2016-11-30) Yenti, Silvia Reni; Ervina; Fadli, Ahmad; Amri, IdralHidroksiapatit (HA) dapat dibuat dari kulit kerang darah (Anadara granosa). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kecepatan pengadukan dan waktu reaksi terha dap karakteristik hidroksiapatit. Metode pembuatan hidroksiapatit untuk memperoleh hidroksiapatit dengan kemurnian tinggi, maka digunakan metode hidrotermal suhu rendah dengan kondisi operasi pada suhu 90˚C. Prosedur penelitian dimulai dengan mempersiapkan bahan baku kulit kerang yang di kalsinasi pada suhu 1000˚C selama 6 jam, kemudian diperoleh konsentrasi CaO hasil analisa AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer) adalah 76,2%. dengan mereaksikan 36,9 gr NH4H2PO4 dilarutkan dalam 600 mL aquadest lalu ditambahkan CaO dari kulit kerang sebanyak 39,37 gr pada kecepatan pengadukan 100 rpm, 200 rpm, 300 rpm serta waktu reaksi 5 menit sampai 150 menit. Campuran direaksikan pada suhu sintesis 90˚C sampai terbentuk pasta. Pasta tersebut dikeringkan didalam oven pada suhu 120˚C selama 12 jam dan dikalsinasi pada suhu 900˚C selama 1 jam. Hasil penelitian yang menunjukkan hasil terbaik diperoleh dari kecepatan pengadukan 300 rpm adalah hidroksiapatit dengan fraksi massa 95%. Pengaruh kecepatan pengadukan adalah semakin besar kecepatan pengadukan, maka fraksi massa yang diperoleh akan semakin tinggi. Sedangkan waktu reaksi berpengaruh terhadap peningkatan hidroksiapatit, dengan semakin lama waktu reaksi menyebabkan terjadinya peningkatan CaO yang terkonversi menjadi hidroksiapatit.Item Optimasi Sabun Logam Campuran (Li-Ca) Pada Pembuatan Pelumas Padat (Grease) Dari Palm Fatty Acid Destillate (PFAD)(2017-01-09) SukmawatiPalm Fatty Acid Destilate (PFAD) mempunyai potensi yang cukup tinggi untuk digunakan sebagai bahan baku pembuat produk-produk oleokimia salah satunya pelumas padat (grease). Hal ini disebabkan oleh komposisi asam lemak yang terdapat dalam PFAD tidak jauh berbeda dengan komposisi asam lemak yang terdapat dalam minyak sawit. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan formulasi pelumas padat (grease) dari PFAD dan sabun logam campuarn (Li-Ca) sebagai thickener yang memiliki karakteristik mendekati pelumas padat SNI dan mengetahui kualitas dari pelumas padat yang dihasilkan. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah PFAD, LiOH, Ca(OH)2, gliserol, fenol, dan stearat. Alat yang digunakan adalah hot plate, beaker glass, buret, erlenmeyer, neraca analitik, gelas ukur, dan stirer. Cara kerja penelitian yaitu membuat sabun logam campuran dengan mencampurkan PFAD serta LiOH dan Ca(OH)2 sebagai basa dengan rasio LiOH: Ca(OH)2 yaitu A1 = 90% : 10% dan , A2 = 80% : 20% . Kemudian membuat pelumas padat dengan mencampurkan sabun logam campuran (Li-Ca) dan PFAD dengan perbandingan komposisi yang telah ditentukan yaitu B1 (rasio sabun logam : PFAD) dengan komposisi A1: B1 = (90:10) : (90:10), A1: B2 = (90:10) : (80:20), A1: B3 = (90:10) : (70:30), A2: B1 = (80:20) : (90:10), A2: B2= (80:20) : (80:20), dan A2: B3= (80:20) : (70:30) serta menganalisa produk yang dihasilkan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh pelumas padat optimum yang sesuai standar SNI yaitu pada komposisi A2 : B3. A2 merupakan rasio LiOH : Ca(OH)2 yaitu 80% : 20% dan B3 yaitu rasio sabun logam : PFAD yaitu 70% : 30%. Diperoleh densitas 0.953 gr/ml, titik leleh (dropping point) 105oC, dengan nilai konsistensi NLGI 6Item Pembuatan Cellular Glass dari Fly Ash Pabrik Kelapa Sawit(2016-11-30) Akbar, Fajril; Fadli, Ahmad; Ismawati, Heni; Sihombing, JessicaCellular glass adalah material insulasi termal yang tidak mudah terbakar, memiliki stabilitas termal rendah dan tahan terhadap bahan kimia. Cellular glass dapat dihasilkan menggunakan bahan baku abu terbang (fly ash) dan limbah pecahan kaca dengan penambahan dolomite sebagai foaming agent. Tujuan penelitian ini adalah membuat cellular glass dan menentukan komposisi penambahan foaming agent terbaik pada cellular glass yang dihasilkan. Cellular glass dibuat dengan metode foaming. Tahapan awal, Fly ash pabrik kelapa sawit dikalsinasi dengan suhu 600ºC selama 4 jam. Kemudian limbah pecahan kaca digiling menggunakan crusher sampai berbentuk powder. Selanjutnya fly ash dan limbah pecahan kaca serta dolomite diayak dengan menggunakan ayakan 100 mesh. fly ash 50% massa, glass powder 50% massa dan dolomite dengan variasi 0, 4, 8, 12, 16, dan 20% massa dicampurkan di dalam 32% massa larutan NaOH sampai terbentuk slurry. Slurry diaduk selama 30 menit. Selanjutnya slurry dikeringkan dalam oven pada suhu 105ºC selama 12 jam hingga terbentuk green bodies. Green bodies kemudian disintering pada suhu 900ºC selama 30 menit. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil terbaik adalah dengan komposisi fly ash 50% massa, glass powder 45% massa, dan dolomite 8% massa. Karakteristik cellular glass yang dihasilkan adalah Bulk density 1,041 gr/cm3, shrinkage 12,281%, porosity 58,738% dan compressive strength 2,877 MPa.Item Pengaruh Diameter dan Panjang Serat Pelepah Sawit Terhadap Sifat dan Morfologi Wood Plastic Composite (WPC)(2016-11-30) Sakinah, Siti; Zultiniar; BahruddinWPC merupakan bahan yang menggunakan plastik sebagai matrik, serta serbuk kayu hingga serat-serat yang dihasilkan tanaman pertanian sebagai bahan pengisi (filler), dimana aplikasi produk WPC sangat luas mulai dari sektor konstruksi, perabotan, eksterior, serta sektor infrasutruktur lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh diameter dan panjang serat pelepah sawit terhadap sifat dan morfologi WPC. Sampel WPC disiapkan dengan metode pencampuran leleh antara serat pelepah sawit, PP, Maleated polypropylene (MAPP), dan paraffin selama 65 menit pada suhu 170 oC dan kecepatan rotor 80 rpm menggunakan Internal Mixer. Panjang dan diameter serat pelepah sawit yang digunakan adalah ±1 mm, 1 cm dan 5 cm dengan diameter filler : - 40~ + 60 mesh, - 60~ + 80 mesh dan - 80 ~ + 100 mesh serta rasio PP/SPS adalah 50/50 dan 70/30. Hasil pengujian menunjukkan bahwa sifat fisik dan mekanik terbaik dihasilkan pada panjang serat ±1 mm dengan diameter serat - 80 ~ + 100 mesh pada rasio PP/SPS 70/30 dengan nilai kuat tarik sebesar 16 Mpa, kuat lentur 31 Mpa, daya serap air sebesar 1,78%, kerapatan 0,99 g/cm3, pengembangan tebal 0,33%, dan sifat morfologi yang diperoleh yaitu interaksi antara filler dan matrik yang lumayan baik dibandingkan dengan ukuran lainnya, sehingga mempengaruhi distribusi filler pada matrik yang lebih merata menghasilkan kualitas yang baik pada material WPC.Item Pengaruh Effective Microoganisme (EM-4)Sebagai Bioaktivator Terhadap Kualitas Kompos Berbahan Dasar Limbah Padat Pabrik Minyak Kelapa Sawit(2016-11-30) Yenie, Elvi; Andesgur, IvnainiLimbah padat pabrik minyak kelapa sawit yang paling dominan berasal dari proses pengolahan di dalam pabrik berupa tandan kosong kelapa sawit (TKKS), cangkang, serat, lumpur dan bungkil. Disamping itu, limbah padat yang berasal dari pengolahan limbah cair berupa lumpur aktif dan abu yang berasal dari pembakaran TKKS di insinerator. Bahan baku yang digunakan adalah limbah padat pabrik minyak kelapa sawit seperti lumpur, abu, dan serat kelapa sawit serta sampah organik pasar sebagai penambahan sumber karbon. Tujuan penelitian ini adalahmempelajari pengaruh variasi bioactivator EM-4 sebesar 0,5%, 0,7%, 0,9% dankontrol pada proses pengomposan selama 21 hari terhadapkualitas kompos (N,P,K,Ca,Mg, pH, kadar air, temperatur), dan kompos yang dihasilkan dibandingkan dengan standar kualitas kompos yaitu SNI 19-7030-2004. Adapun hasil yang didapatkan adalah pengaruh penambahan bioaktivator EM4 pada 0,7% memberikan hasil yang terbaik yang ditunjukan dengan kandungan N-total 2,52%,P-total 0,97%, K-total 0,72%, Ca 0,49%, Mg 0,072%, pH 7,5 kadar air 29,67% dan temperatur 25 oC, serta kompos yang dihasilkan memenuhi standar kualitas kompos SNI 19-7030-2004. Pemanfaatan limbah padat pabrik minyak kelapa sawit merupakan salah satu solusi dalam pengendalian pencemaran lingkungan yang berkelanjutanItem Pengaruh Kadar Selulosa Pelepah Sawit Terhadap Sifat dan Morfologi Wood Plastic Composite (WPC)(2016-11-30) Halawa, Yusnila; Bahruddin; IrdoniKomponen yang terkandung didalam serat pelepah sawit salah satunya adalah selulosa. Selulosa merupakan polimer yang memiliki bobot molekul rata – rata, polidispersitas dan memiliki rantai panjang yang digunakan sebagai bahan penunjang dalam pembuatan Wood Plastic Composite (WPC). Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan pengaruh kadar selulosa pelepah sawit terhadap sifat dan morfologi WPC. Sampel WPC disiapkan dengan metode pencampuran leleh antara serat pelepah sawit (SPS), polypropylene (PP), Maleated polypropylene (MAPP), dan paraffin selama 1 jam pada suhu 170oC dan kecepatan rotor 80 rpm menggunakan Internal Mixer. Ukuran serat pelepah sawit yang digunakan adalah 40 mesh dengan komposisi SPS/PP adalah 50/50. Sedangkan perbandingan nisbah MAPP/selulosa adalah 0%, 2% dan 5% dan selulosa sebesar 41.86%, 52.86% dan 56.24%. Pengujian meliputi uji sifat mekanik yaitu uji kuat tarik dan kuat lentur sedangkan uji sifat fisik meliputi kerapatan, kadar air, daya serap air, dan pengembangan tebal. Uji morfologi menggunakan scanning electron microscopy. Hasil pengujian menunjukkan bahwa sifat mekanik terbaik dihasilkan pada rasio SPS/PP 50/50, MAPP 2% dan selulosa 52.86%, dengan nilai kuat tarik sebesar 10.1 MPa dan kuat lentur 27.0 MPa. Sedangkan pada pengujian sifat fisik yaitu kerapatan terbaik sebesar 1.306 gr/cm3, daya serap terbaik sebesar 0.19%, kadar air sebesar 0.02% dan pengembangan tebal sebesar 0.08%.Item Pengaruh Rasio Molar Minyak Goreng Bekas dan Methanol dalam produksi Biodisel dengan Menggunakan Katalis Heterogen Na2O/Fe3O4(2017-01-09) Irianty, Rozanna Sri; Komalasari; Edy SaputraPada penelitian ini telah berhasil mensitesis katalis basa heterogen Na2O/Fe3O4 dengan metode impregnasi basa. Katalis basa heterogen tersebut diaplikasikan untuk proses memproduksi biodiesel dari minyak goreng bekas. Katalis tersebut juga di karekterisasi dengan menggunakan XRD dan juga uji kebasaan dengan menggunakan indikator phenolphthalein. Dari hasil penelitian terlihat bahwa dengan variasi molar minyak goreng bekas dan methanol yaitu 1:10 dengan berat katalis 3%, suhu 60 oC, kecepatan putaran pengaduk 400 rpm. di dapatkan yield crude biodiesel lebih tinggi yaitu 95,45% di bandingkan dengan rasio 1:6 dan 1:8 yaitu sebesar 92,16 % dan 93,96 %. Sedangkan karakterisasi crude biodiesel yang didapat memiliki densitas (40°C) 866 kg/m3, viskositas kinematik (40°C) 4,401 mm2/s, titik nyala 170°C, angka asam 0,63 mg-KOH/g-biodieselItem Pengaruh Suhu dan pH pada Medium Onggok dan Ampas Tahu dalam Produksi Asam Lemak Tak Jenuh dengan Menggunakan Aspergillus oryzae(2017-01-09) Niawati, Septi; Utami, Tania Surya; Arbianti, Rita; Hermansyah, HeriAsam lemak tak jenuh merupakan komponen penting dalam pemeliharaan fugsi otak. Salah satu sumber asam lemak tak jenuh yaitu fungi atau kapang. Penggunaan mikroorganisme dalam produksi asam lemak sangat dipengaruhi oleh kondisi kultur seperti suhu dan pH. Dalam penelitian ini, kapang Aspergillus oryzae dikultur pada medium limbah berupa onggok dan ampas tahu dengan menggunakan metode submerged fermentation dengan variasi suhu inkubasi yang berkisar antara 25-350C dan variasi pH 4-7. Ekstraksi lipid dilakukan dengan menggunakan metode ekstraksi sonikasi dengan pelarut etanol dan kemudian lipid dianalisis dengan menggunakan Gas Chromatography (GC). Hasil penelitian menunjukkan bahwa medium onggok mengandung 30,25% karbon dan 0,2% nitrogen, sedangkan pada medium ampas tahu mengandung 26,5% karbon dan 3% nitrogen. Berdasarkan hasil Gas Chromatography, suhu optimum dalam produksi asam lemak tak jenuh berada pada 300C dengan menghasilkan lipid sebesar 1,4 g/L yang mengandung 65,88 % asam lemak tak jenuh terdiri dari 1,28% ,MUFA dan 64,6 % PUFA atau 1,28% oleat, 53,9% linoleat and 10,7% gamma linolenat. Sementara itu, pH 4 menghasilkan asam lemak tak jenuh tertinggi dengan lipid sebesar 1,27 g/L yang terdiri dari 54,44% asam lemak tak jenuh dengan 1,84% MUFA dan 52,6% PUFA atau 1,84% oleat and 52,6% linoleat. Dengan demikian, Aspergillus oryzae berpotensi sebagai sumber alternatif asam lemak tak jenuh.Item Pengaruh Waktu Fermentasi Terhadap Pemanfaatan Limbah Dari Hasil Perternakan Kambing Sebagai Pestisida Cair(2016-11-30) Kurniawan, Eddy; Rahman, Abdul; Ginting, Ita NurainiSalah satu alternatif untuk menanggulangi tingginya serangan hama (organisme pengganggu tumbuhan) adalah dengan menggunakan pestisida alami. Pestisida urin kambing diyakini mempunyai efektifitas yang tinggi dan dampak spesifik terhadap organisme pengganggu. Bahan aktif urin kambing juga tidak berbahaya bagi manusia dan hewan. Selain itu, residunya terurai menjadi senyawa yang tidak beracun sehingga aman bagi lingkungan. Adapun penelitian ini mengkaji pengaruh waktu fermentasi, terhadap konsentrasi atau dosis pestisida cair 5 -10 ml/liter. Pembuatan pestisida cair, diperoleh dari limbah hasil peternakan (kambing), berupa limbah cair atau biasa disebut urin dan selanjutnya, menyiapkan bahan baku utama yaitu air kelapa, air cucian beras dan PHEPOX. Tahapan selanjutnya, merajang bahan -bahan penunjang tersebut sampai halus dengan perbandingan 1:3 dengan bahan utama. Setelah dirajang sampai halus di campurkan dengan urin yang telah dicampurkan dengan air kelapa, air cuci beras dan PHEPOX serta dilakukan fermentasi selama 7 hari,10 hari dan 13 hari Dari hasil fermentasi, diperoleh produk berupa pestisida cair yang dipergunakan untuk memberantas hama penyakit pada tanaman. Hasil penelitian diperoleh kondisi proses pembuatan pestisida cair dari urin kambing adalah volume 250 ml dengan waktu fermentasi 13 hariItem Pengaruh Waktu Sintering terhadap Sifat Mekanik Tricalcium Phosphate (TCP) Berpori yang Dibuat dengan Metode Protein Foaming-Starch Consolidation(2016-11-30) Fadli, Ahmad; Helwani, Zuchra; Pratama, TeddyTricalcium phosphate (TCP) berpori merupakan material sintetik yang dapat digunakan sebagai tulang implan. Pembuatan TCP berpori ini dapat dilakukan dengan metode Protein Foaming-Starch Consolidation yang menggunakan kuning telur sebagai agen pembentuk pori. Tujuan penelitian ini untuk mempelajari pengaruh waktu sintering terhadap sifat mekanik TCP berpori yang dihasilkan serta karakteristik TCP berpori. Penelitian ini dimulai dengan mencampur bubuk TCP, kuning telur, darvan 821A dan starch. Slurry diaduk menggunakan stirrer dengan kecepatan 150 rpm selama 3 jam. Setelah itu, slurry dimasukkan kedalam cetakan dan dipanaskan dalam oven dengan suhu 180oC selama 1 jam. Kemudian sampel dilepas dari cetakan dan dimasukkan kedalam furnace untuk proses burning pada suhu 600oC selama 2 jam dan sintering pada suhu 1100oC selama 1, 2, dan 3 jam. Ukuran pori TCP berpori yang diperoleh sebesar 37-110 μm. Kuat tekan yang diperoleh sebesar 1.72 MPa pada porositas sebesar 71.50% dan kuat tekan turun menjadi sebesar 1.05 MPa pada porositas sebesar 81.7%. Semakin lama waktu sintering maka kuat tekan dari TCP berpori yang dihasilkan semakin besar dan porositas yang dihasilkan semakin kecilItem Pengembangan Kitosan Terkini pada Berbagai Aplikasi Kehidupan: Review(2016-11-30) Thariq, M. Reizal Ath; Fadli, Ahmad; Rahmat, Annisa; Handayani, RaniKitosan merupakan senyawa turunan dari hasil proses deasetilasi kitin yang banyak terkandung didalam hewan laut seperti udang dan kepiting. Kitosanmemiliki banyak manfaat dalam berbagai bidang kehidupan, beberapa diantaranya dalam bidang kesehatan seperti bahan baku dalam pembuatan biomaterial dan dalam bidang lingkungan seperti adsorben sebagai aplikasidalam atom penjerap atau atom pengikat untuk logam-logam berat kemudian dalam bidang ilmu pengetahuan sebagai koleksi data dari pemodelan kinetikareaksi pembuatan kitosan.Bahan baku utama pembuatan kitosan adalah cangkang hewan-hewan laut yang didalamnya mengandung kitin, seperti cangkang udang dan cangkangkepiting. Cangkang hewan laut mengandung senyawa kitin yang saling berikatan dengan mineral dan protein. Kitosan dapat disintesis dengan dua metode. Metode pertama secara enzimatis dengan menggunakan bantuan mikroba dan metode kedua secara kimia dengan bantuan bahan-bahan kimia. Secara garis besar sintesis kitosan dari kedua metode melewati beberapa proses seperti proses deproteinasi yaitu proses penghilangan protein yang ada pada bahan baku, proses demineralisasi yaitu proses pelepasan mineral yang masih terikat dalam bahan baku dan proses deasetilasi yaitu proses penghilangan atau pemutusan gugus asetil. Setiap metode memiliki kelebihan dan keuntungan masing-masing yang akan mempengaruhi kualitas kitosan yang dihasilkan. Aplikasi dari kitosan dalam bidang biomaterial diantaranya sebagai bahan baku pembuatan komposit kitosan- hidroksiapatit yang merupakan senyawa yang digunakan untuk pelapisan tulang.Sedangkan dalam bidang lingkungan, kitosan dapat diaplikasikan sebagai atom penjerap atau pengikat logam-logam berat seperti timbal, tembaga, kromium, dan raksa. Dalam paper ini akan dipaparkan tentang sintesis kitosan dan pemanfaatan kitosan sendiri pada berbagai bidang aplikasi kehidupan serta pemodelan kinetika reaksi.Item Pengolahan Kantong Plastik Jenis Kresek Menjadi Bahan Bakar Menggunakan Proses Pirolisis(2017-01-09) Nasrun; Kurniawan, Eddy; Sari, InggitKantong plastik jenis kresek merupakan material yang sangat akrab dalam kehidupan manusia dan sudah dianggap sebagai bahan pokok kebutuhan rumah tangga ataupun domestik sehingga keberadaan sampah plastik semakin meningkat. Kantong plastik jenis kresek ternyata mengandung minyak, dengan menggunakan metode pirolisis dan didistilasi menjadi bahan bakar minyak. Setelah minyak didistilasi dan analisa meliputi nilai kalor pembakaran, titik nyala, kadar abu, kadar air dan analisa komposisi. Nilai kalor pembakaran didapat sebesar 10.541,75 Kcal/Kg. Titik nyala (flash point) tertinggi pada suhu 260oC dimenit ke 15 diperoleh sebesar 63,9oC pada titik nyala terendah didapat pada suhu 300oC dimenit ke 60 diperoleh sebesar 57,5oC. Kadar abu tertinggi diperoleh pada suhu 300oC dimenit ke 60 yaitu 0,26% dan kadar abu paling sedikit diperoleh pada suhu 2600C dimenit ke 15 yaitu 0,01 %. Kadar air terbaik diperoleh pada suhu 300oC dimenit ke 60 yaitu 0,01%. Hasil pengujian analisa komposisi menunjukkan persentase terbanyak adalah C12H24 yaitu sebesar 41,9 %. Dari semua variabel yang dipelajari suhu memberikan pengaruh yang paling nyata. Konstanta kecepatan reaksi dipengaruhi oleh suhu sesuai dengan persamaan Arrhenius, dengan nilai aktivasi energi 10.106,77 kj/mol.Item Pengolahan Limbah Plastik Polypropylene Sebagai Bahan Bakar Minyak (BBM) Dengan Proses Pyrolysis(2017-01-09) Praputri, Erti; Mulyazmi; Sari, Ellyta; Martynis, MunasPermasalahan pengolahan limbah di kawasan perkotaan saat ini mulai naik ke permukaan, hal ini disebabkan perubahan yang cepat dalam hal tatanan kehidupan sosial, ekonomi, politik dan budaya. Disamping itu juga disebabkan tidak seimbangnya antara produksi sampah dengan pengelolaannya. Limbah sampah plastik merupakan salah satu dilema dalam pengelolaan limbah yang terbanyak. Salah satu cara untuk mengembangkan pengolahan sampah plastik adalah dengan mengubahnya menjadi bahan bakar. Ini dapat dilakukan karena plastik adalah hidrokarbon yang mengandung monomer, dalam kelompok polimer. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengidentifikasi karakteristik minyak hasil pyrolysis sampah plastik jenis Polypropylene. Penelitian dilakukan dengan metode percobaan dengan membakar 200 gr sampel dan waktu operasi selama 30, 45, 60 dan 75 menit masing- masing dengan temperatur 200 oC, kemudian asap dikondensasi sampai menghasilkan bahan bakar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses konversi sampah plastik Polypropylene menjadi bahan bakar minyak pada temperatur 200oC mengandung senyawa dominan ikatan karbon C8-C11 yang merupakan ikatan karbon penyusun bahan bakar minyak jenis bensin. Sifat fisik minyak yang dihasilkan memiliki densitas 0,72 gr/m3 dan viskositas 0,5 cp dan waktu optimum untuk proses perengkahan sampah plastik menjadi bahan bakar yaitu 45 menit dengan perolehan minyak sebanyak 43 ml.