11.Seminar Nasional Teknik Kimia Topi Tahun 2016
Permanent URI for this collection
Browse
Recent Submissions
Item A. Daftar Isi Seminar Nasional Teknik Kimia Teknologi Oleo Petrokimia Indonesia(2017-01-09) Akbar, FajrilItem Pengaruh Rasio Molar Minyak Goreng Bekas dan Methanol dalam produksi Biodisel dengan Menggunakan Katalis Heterogen Na2O/Fe3O4(2017-01-09) Irianty, Rozanna Sri; Komalasari; Edy SaputraPada penelitian ini telah berhasil mensitesis katalis basa heterogen Na2O/Fe3O4 dengan metode impregnasi basa. Katalis basa heterogen tersebut diaplikasikan untuk proses memproduksi biodiesel dari minyak goreng bekas. Katalis tersebut juga di karekterisasi dengan menggunakan XRD dan juga uji kebasaan dengan menggunakan indikator phenolphthalein. Dari hasil penelitian terlihat bahwa dengan variasi molar minyak goreng bekas dan methanol yaitu 1:10 dengan berat katalis 3%, suhu 60 oC, kecepatan putaran pengaduk 400 rpm. di dapatkan yield crude biodiesel lebih tinggi yaitu 95,45% di bandingkan dengan rasio 1:6 dan 1:8 yaitu sebesar 92,16 % dan 93,96 %. Sedangkan karakterisasi crude biodiesel yang didapat memiliki densitas (40°C) 866 kg/m3, viskositas kinematik (40°C) 4,401 mm2/s, titik nyala 170°C, angka asam 0,63 mg-KOH/g-biodieselItem Sintesis Katalis Ni/Silika-Alumina Dan Uji Kinerja Pada Perengkahan Katalitik Bio-oil Tandan Kosong Sawit(2017-01-09) Sunarno; Herman, SyamsuKeterbatasan jumlah minyak bumi dan meningkatnya penggunaan minyak bumi sebagai akibat dari meningkatnya kebutuhan akan energi menjadi alasan utama pentingya mencari sumber energi alternatif yang dapat diperbaharui. Biomassa berupa tandan kosong sawit yang melimpah terdapat di Indonesia, khususnya Riau. Biomassa ini dapat diproses menjadi bio-oil melalui proses pirolisis, namun produk ini belum dapat digunakan langsung sebagai bahan bakar transportasi, sehingga perlu upgrading bio-oil melalui proses perengkahan katalitik. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh impregnasi logam Ni (1 - 7 %) pada silika-alumina terhadap karakteristik katalis Ni/Silika-Alumina dan uji kinerja katalis pada proses perengkahan katalitik bio-oil tandan kosong sawit. Pembuatan katalis Ni/Silika- Alumina dilakukan dengan impregnasi pada suhu 800C selama 3 jam dlanjutkan dengan kalsinasi dan reduksi masing-masing pada suhu 5000C selama 2 jam. Sedangkan uji kinerja katalis dilakukan pada perengkahan katalitik suhu 5000C. Hasil menunjukkan makin tinggi konsentrasi Ni maka diameter pori dan luas permukaan katalis menurun, masing -masing dari 35,71 A dan 209, 783 m2/gram menjadi 32,70 A dan 188,527 m2/gram. Sedang pada uji kinerja katalis diperoleh hasil makin tinggi konsentrasi Ni maka yield produk oil makin turun yaitu dari 22,5 % menjadi 11,25 %, namun nilai kalornya naik dari 34,4 MJ/Kg menjadi 36,41MJ/Kg.Item Potensi Energi Teoritis dan Teknis dari Residu Pertanian di Kabupaten Kuantan Singingi(2017-01-09) Zalfiatri, Yelmira; Harun, Noviar; Wahyudin, Cecep IjangKabupaten Kuantan Singingi merupakan daerah yang memiliki kekayaan alam melimpah yang berpotensi sebagai sumber energi. Sumber energi terbaharukan berasal dari biomassa hutan, tanaman energi, residu pertanian dan limbah organik. Akan tetapi potensi energi terutama energi terbaharukan terutama residu pertanian, tidak terdata dengan baik dalam segi kualitas dan kuantitas. Tujuan dari penelitian menyediakan informasi mengenai potensi energi alternatif dari residu pertanian meliputi jenis, penyebaran dan jumlah. Data yang diperoleh merupakan data sekunder yang diperoleh dari instansi yang terkait seperti Badan Perencanaan Daerah, Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan, Dinas Perkebunan, Dinas Peternakan dan Dinas Kebersihan. Data sekunder diolah menggunakan metode Biomass Energy Europe sehingga diperoleh data primer dalam bentuk energi pontensial teoritis dan energi pontensial teknis. Total potensi teoritis energi biomassa dari residu pertanian di Kabupaten Kuantan Singingi adalah 4.226.308,23 GJ/tahun. Potensi energi tersebut berasal dari residu pertanian primer dan skunder sebesar 3.759.430,79 GJ/tahun (89%) dan kotoran hewan 466.877,44 GJ/tahun (11%), Sedangkan total energi teknis sebesar 1.514.203,99 GJ/tahun yang terdiri dari residu pertanian primer dan skunder sebesar 1.327.453,01 GJ/tahun (87,7%) dan kotoran hewan 186.750,98 GJ/tahun (12,3%).Item Pyrolysis Cangkang Sawit Menjadi Bio-Oil Menggunakan Katalis Ni/Lempung: Pengaruh Kandungan Logam Ni Katalis Terhadap Produk Bio Oil(2017-01-09) Bahri, Syaiful; Kesuma, Atika Zuharniaty; SunarnoMinyak bumi sebagai sumber energi fossil yang sifatnya tidak dapat diperbaharui (non renewable) produksinya terus menurun setiap tahun. Sebaliknya, konsumsi produk olahan minyak bumi itu sendiri semakin meningkat, sehingga perlu di usahakan energi alternatif. Bio-oil merupakan salah satu solusi energi alternatif non fossil yang dapat dimanfaatkan sebagai pengganti minyak bumi. Riau mempunyai luas lahan sawit dan produsen sawit terbesar di Indonesia. Hal ini berdampak terhadap limbah padat cangkang sawit yang dihasilkan. Bio-oil dapat dihasilkan melalui proses pirolisis biomassa cangkang sawit menggunakan katalis Ni/lempung. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kinerja katalis Ni/lempung (0%, 1%, 3%, dan 5% b/b) terhadap yield bio-oil yang dihasilkan serta mengkarakterisasi sifat fisika dan kimianya. Pada penelitian ini cangkang sawit ukuran - 40+60 mesh sebanyak 50 gram, katalis Ni/lempung 1,5 gram dan silinap 500 ml dilakukan pirolisis pada suhu 320oC. Dari hasil penelitian diperoleh yield optimum pada katalis 1% Ni/lempung, yaitu sebesar 68,50%. Sifat fisika yang diperoleh densitas 0,940 gr/ml, viskositas 9,677 cSt, angka keasaman 57,021 gr NaOH/gr sampel, nilai kalor 44,609 MJ/Kg, dan titik nyala 51ºC. Hasil analisis dengan GC-MS, komponen kimia dominan pada bio-oil adalah phenol 30,49%, 2-propanone 1,52%, furfural 3,46%, cyclohexane 5,56%, dan acetic acid 47,33%.Item Pengolahan Kantong Plastik Jenis Kresek Menjadi Bahan Bakar Menggunakan Proses Pirolisis(2017-01-09) Nasrun; Kurniawan, Eddy; Sari, InggitKantong plastik jenis kresek merupakan material yang sangat akrab dalam kehidupan manusia dan sudah dianggap sebagai bahan pokok kebutuhan rumah tangga ataupun domestik sehingga keberadaan sampah plastik semakin meningkat. Kantong plastik jenis kresek ternyata mengandung minyak, dengan menggunakan metode pirolisis dan didistilasi menjadi bahan bakar minyak. Setelah minyak didistilasi dan analisa meliputi nilai kalor pembakaran, titik nyala, kadar abu, kadar air dan analisa komposisi. Nilai kalor pembakaran didapat sebesar 10.541,75 Kcal/Kg. Titik nyala (flash point) tertinggi pada suhu 260oC dimenit ke 15 diperoleh sebesar 63,9oC pada titik nyala terendah didapat pada suhu 300oC dimenit ke 60 diperoleh sebesar 57,5oC. Kadar abu tertinggi diperoleh pada suhu 300oC dimenit ke 60 yaitu 0,26% dan kadar abu paling sedikit diperoleh pada suhu 2600C dimenit ke 15 yaitu 0,01 %. Kadar air terbaik diperoleh pada suhu 300oC dimenit ke 60 yaitu 0,01%. Hasil pengujian analisa komposisi menunjukkan persentase terbanyak adalah C12H24 yaitu sebesar 41,9 %. Dari semua variabel yang dipelajari suhu memberikan pengaruh yang paling nyata. Konstanta kecepatan reaksi dipengaruhi oleh suhu sesuai dengan persamaan Arrhenius, dengan nilai aktivasi energi 10.106,77 kj/mol.Item Karakterisasi Biobriket Campuran Kulit Kemiri Dan Cangkang Kemiri(2017-01-09) Rahman, Abdul; Kurniawan, Eddy; FauzanTerbatasnya persediaan minyak mengakibatkan kenaikan harga bahan bakar minyak diseluruh pelosok dunia. Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan sumber daya alternatif lain. Kulit dan cangkang kemiri dapat digunakan arang untuk bahan bakar setelah proses pirolisis dan baru dijadikan briket biomassa. Briket biomasa merupakan salah satu solusinya dengan tujuan menganalisa komposisi kulit kemiri, cangkang kemiri, tepung beras dan tar yang terbaik menghasilkan nilai panas pembakaran pada briket. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan biobriket arang adalah limbah kulit kemiri dan cangkang kemiri dengan perbandingan 100:0, 80:20, 60:40, 40:60, 20:80 dan 0:100 dengan menggunakan perekat tepung beras dan tar. Proses pembuatan biobriket terdiri dari pengeringan ba han baku, karbonisasi pada 450oC, penggilingan dan pengayakkan, pencampuran, pencetakan, pengeringan dan penentuan mutu briket. Penentuan mutu biobriket dengan menganalisa kadar air, kadar abu, zat menguap, karbon terikat dan nilai kalor. Nilai kalor kulit dan cangkang kemiri sebesar 3.218,7 kal/gr dan 4.087,3 kal/gr. Hasil penelitian analisa nilai kalor terbaik yaitu 6.170,1 kal/gr didapatkan pada komposisi cangkang kemiri dan kulit kemiri 100:0% menggunakan perekat tar. Kadar air terendah yaitu 12,5 % diperoleh pada komposisi cangkang kemiri 100 % dengan menggunakan perekat tepung beras. Kadar zat menguap paling tinggi yaitu 0,27% diperoleh pada komposisi 60:40 % dengan perekat tar. Kadar abu tetinggi diperoleh yaitu 7,72% pada komposisi 0:100% menggunakan perekat tepung beras. Sedangkan nilai karbon terikat tertinggi yaitu 94,76 didapatkan pada komposisi 40:60% dengan menggunakan perekat tepung berasItem Bioethanol dari Ampas Umbi Dahlia Sebagai Antiseptik(2017-01-09) Martynis, Munas; Sundari, Elmi; Praputri, ErtiBioetanol (C2H5OH) adalah cairan tidak berwarna yang merupakan hasil proses fermentasi gula dari sumber karbohidrat dengan menggunakan bantuan mikroorganisme. Kegunaan bioetanol selain sebagai bahan bakar juga dapat digunakan sebagai antiseptik. Jenis alkohol antipsetik adalah etanol (60 – 90%). Produksi bioetanol membutuhkan bahan baku biomassa yang memiliki kandungan karbohidrat seperti glukosa, pati, selulosa dan lignoselulosa. Salah satu contoh sumber lignoselulosa untuk bahan baku bioetanol tersebut adalah ampas umbi dahlia. Selama ini umbi dahlia yang dimanfaatkan adalah patinya sebagai tepung untuk membuat makanan, dan bahan baku untuk pengambilan inulinnya. Sedangkan ampasnya yang berjumlah sekitar 25% berat belum dimanfaatkan. Pada penelitian ini, metode yang dilakukan ada tiga tahap yaitu, pretreatmen, hirolisis dan fermentasi. Pretreatmen untuk mendegradasi lignin menggunakan NaOH 4%, setelah itu hidrolisis dengan asam asetat (CH3COOH) 2%, 3% dan 4% selama 30 menit, dan hasil hidrolisis difermentasi dengan ragi Saccharomyces cerevisiae 4%, 5% dan 6% selama 5 hari. Kemudian, memisahkan dengan distilasi sebagai pemurnian untuk untuk memperoleh konsentrasi yang tinggi pada suhu 800C. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bioetanol yang digunakan untuk antiseptik diperoleh paling banyak pada penambahan asam asetat 3%, Saccharomyces cerevisiae 6%, yaitu sebesar 67,5% dengan densitas 0,875 g/cm3. Hasil penelitian menunjukkan, konsentrasi ragi yang digunakan dapat mempengaruhi konsentrasi bioetanol yang dihasilkan, sedangkan besarnya nilai gula terfermentasi tidak menjamin bahwa konsentrasi bioetanol yang dihasilkan akan tinggi.Item Penyisihan Ion Logam Cu (II) dalam Larutan Menggunakan Fly Ash sebagai Adsorben (Ongoing Research)(2017-01-09) Darmayanti, Lita; Notodarmodjo, Suprihanto; Damanhuri, EnriFly ash merupakan limbah pembakaran batu bara yang banyak mengandung alumina dan silika yang berpotensi untuk dijadikan adsorben logam berat. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti kemungkinan pemakaian fly ash untuk menyisihkan ion logam Cu (II) dalam larutan. Fly ash didapatkan dari pembakaran batu bara pembangkit listrik pada salah satu pabrik tekstil yang ada di Kota Bandung. Percobaan adsorpsi dilakukan secara batch untuk mengetahui pengaruh dosis (1, 5, 10, 15, dan 20 mg/ml) dan konsentrasi awal ion Cu (25, 50, 75, 100, 125, 150, 175, 200, 225, dan 250 mg/l).Data isotermal dapat menggambarkan isoterm Langmuir dengan sangat baik. Kapasitas adsorpsi maksimum fly ash mencapai 5,9 mg Cu/g fly ash. Dosis fly ash yang dibutuhkan untuk penyisihan maksimum ion Cu (II) adalah 10 g/L dengan efisiensi penyisihan 56,6%. Hasil penelitian menunjukkan fly ash dapat digunakan sebagai adsorben yang murah dan efektif untuk menyisihkan ion Cu (II) dalam larutan.Item 07Sintesis, Kinetika Reaksi dan Aplikasi Kitin dari Cangkang Udang: Review(2017-01-09) Afriani, Yesi; Fadli, Ahmad; Maulana, Subkhan; Karina, IkaKitin merupakan biopolimer yang banyak ditemukanpadacangkang eksoskeleton artropoda (kepiting, dan udang), insekta, alga, dinding sel fungi, danyeast.Sumberbahan baku yang biasa digunakan untuk sintesis kitin adalah cangkang udang dan cangkang kepiting.Kitin berasosiasi dengan mineral dan protein didalam cangkang maupun dinding sel. Oleh karena itu, untuk mendapatkan kitin perlu dilakukan proses demineralisasi dan deproteinasi. Kedua proses isolasi kitin tersebut bisa dilakukan dengan dua macam metode yaitu metode enzimatis dan metode kimiawi. Enzim protease dan fermentasi asam laktat digunakan di dalam metode enzimatis, sedangkan di dalam metode kimiawi digunakan senyawa asam dan basa. Kitin memiliki sifat antibakterial, non-toksik, biokompatibilitas, dan biodegradabilitas sehingga dimanfaatkan dalam berbagai bidang. Pemanfaatan kitin banyak diaplikasikan sebagai adsorben ion logam dalam pengolahan air, pengawet, aditif makanan, pewarna, pigmen dalam rekayasa limbah, imobilisasi enzim,dan anti kolesterol. Kitin juga mudah diolah sebagai gel, membran, fiber dan film. Di bidang biomedis kitin dan turunannya dapat digunakan sebagai drug delivery, pembalut luka, dan pendiagnosis kanker. Selain itu, kitin juga merupakan bahan baku utama untuk membuat kitosan yang memiliki banyak manfaat diberbagai bidang dan memiliki nilai jual yang tinggi. Hal tersebut tentu memerlukan kualitas kitin yang baik sehingga secara tidak langsung akan berdampak terhadap kitin dan produk turunan yang dihasilkannya. Kinetika reaksi merupakan tinjauan untuk mendapatkan produk yang optimal dengan menggunakan konstanta reaksi yang didapat sebagai acuan untuk kondisi proses. Pada sintesis kitin tinjauan kinetika reaksi tentu akan lebih mengoptimalkan proses serta menghasilkan produk dengan kualitas lebih baik sehingga berdampak positif terhadap produk turunan yang akan dihasilkan. Pada makalah ini kami akan memaparkan penelitian terbaru tentang sintesis kitin dari cangkang udang termasuk tinjauan kinetika reaksi yang terjadi serta aplikasi kitin di berbagai bidang kehidupan.Item Perbandingan Efektivitas Proses One-stage dan Two-stage Coagulation dalam Menurunkan Zat Organik pada Air Gambut dengan Memanfaatkan Tanah Lempung sebagai Koagulan(2017-01-09) Elystia, Shinta; HS, Edward; Dewi, Aldita MeitriZat organik sulit disisihkan dari air gambut dengan proses one-stage coagulation (koagulasi biasa) karena fraksi hidrofobik (golongan humus) dan hidrofilik (non-humus seperti karbohidrat, protein dan lemak). Proses one-stage coagulation hanya mampu menyisihkan fraksi hidrofobik saja, sehingga dilakukan pengolahan dengan proses two-stage coagulation. Salah satu koagulan alami yang dapat dimanfaatkan yaitu tanah lempung. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efisiensi penyisihan zat organik dengan proses one-stage dan two-stage coagulation serta melihat perubahan gugus fungsi zat organik setelah proses dengan spektro IR. Penelitian menggunakan jar test dengan memvariasikan massa koagulan tanah lempung pada proses one-stage dan two-stage. Variasi massa koagulan pada proses one-stage yaitu 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 gr sedangkan pada proses two-stage dilakukan variasi perbandingan pembubuhan koagulan (koagulan I : koagulan II) yaitu 1/3:2/3, 1/2:1/2 dan 2/3:1/3 dari koagulan total. Dari hasil penelitian diperoleh efisiensi penyisihan tertinggi pada proses one-stage yaitu 63% dengan penggunaan massa 6 gr sedangkan pada proses two- stage efisiensi penyisihan mencapai 94% dengan penggunaan massa 5 gr pada perbandingan pembubuhan 2/3:1/3. Karakterisasi gugus fungsi dilakukan dengan spektro IR untuk melihat perubahan gugus fungsi hidrofobik dan hidrofilik zat organik setelah proses one-stage dan two-stage coagulation. Hasil yang diperoleh dari analisa spektro IR bahwa setelah proses proses one-stage, gugus fungsi yang terbaca hanya hidrofilik saja (seperti O- H alcohol) sedangkan setelah proses two-stage, gugus fungsi hidrofobik dan hidrofilliknya tidak terbaca (seperti C-O dari ester, eter, fenol dan C-C dari ikatan aromatik).Item Potensi Produksi Gas Metana Dari Kegiatan Landfilling di TPA Muara Fajar, Pekanbaru(2017-01-09) Sasmita, Aryo; Andesgur, Ivnaini; Rahmi, HerfiKota Pekanbaru merupakan kota besar dengan jumlah penduduk 1.038.118 jiwa pada tahun 2015, dengan pertumbuhan penduduk sebesar 2,63% per tahun. Jumlah penduduk yang besar tersebut memiliki konsekuensi di bidang pengelolaan lingkungan, salah satunya adalah besarnya timbulan sampah yang dihasilkan oleh aktivitas masyarakat Kota Pekanbaru. Berdasarkan data yang tercatat di TPA Muara Faja, besarnya sampah yang masuk ke TPA Muara Fajar, setiap bulannya mencapai 14.500 Ton. Proses degradasi material organik yang berasal dari sampah akan menghasilkan gas metana (CH4), CO2, sisa bahan toksik, dan bau. Gas metana dan gas CO2 merupakan gas rumah kaca yang berkonstribusi terhadap pemanasan global. Walaupun demikian gas metana dapat pula dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis seberapa besar produksi gas metana yang diproduksi dari proses pembuangan sampah di TPA secara landfilling dan berapa lama lagi TPA muara Fajar masih dapat beroperasi menampung sampah Kota Pekanbaru. Dilakukan survey untuk mengetahui besarnya timbulan sampah yang masuk ke TPA setiap harinya dan berapa luas lahan yang masih tersisa untuk menerima sampah kota. Dalam penelitian ini menggunakan software Landgem untuk menghitung produksi gas metana yang dihasilkan dari proses degradasi sampah TPA. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan perhitungan timbulan sampah yang masuk setiap hari, TPA Muara Fajar hanya dapat beroperasi menampung sampah Kota Pekanbaru hingga bulan Oktober 2018. Dari hasil perhitungan menggunakan program Landgem menunjukkan hasil bahwa produksi gas metana dari degradasi sampah terbesar pada tahun 2019 sebesar 1.331.487 m3/tahun dan gas tersebut akan habis pada tahun 2096.Item Pengolahan Limbah Plastik Polypropylene Sebagai Bahan Bakar Minyak (BBM) Dengan Proses Pyrolysis(2017-01-09) Praputri, Erti; Mulyazmi; Sari, Ellyta; Martynis, MunasPermasalahan pengolahan limbah di kawasan perkotaan saat ini mulai naik ke permukaan, hal ini disebabkan perubahan yang cepat dalam hal tatanan kehidupan sosial, ekonomi, politik dan budaya. Disamping itu juga disebabkan tidak seimbangnya antara produksi sampah dengan pengelolaannya. Limbah sampah plastik merupakan salah satu dilema dalam pengelolaan limbah yang terbanyak. Salah satu cara untuk mengembangkan pengolahan sampah plastik adalah dengan mengubahnya menjadi bahan bakar. Ini dapat dilakukan karena plastik adalah hidrokarbon yang mengandung monomer, dalam kelompok polimer. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengidentifikasi karakteristik minyak hasil pyrolysis sampah plastik jenis Polypropylene. Penelitian dilakukan dengan metode percobaan dengan membakar 200 gr sampel dan waktu operasi selama 30, 45, 60 dan 75 menit masing- masing dengan temperatur 200 oC, kemudian asap dikondensasi sampai menghasilkan bahan bakar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses konversi sampah plastik Polypropylene menjadi bahan bakar minyak pada temperatur 200oC mengandung senyawa dominan ikatan karbon C8-C11 yang merupakan ikatan karbon penyusun bahan bakar minyak jenis bensin. Sifat fisik minyak yang dihasilkan memiliki densitas 0,72 gr/m3 dan viskositas 0,5 cp dan waktu optimum untuk proses perengkahan sampah plastik menjadi bahan bakar yaitu 45 menit dengan perolehan minyak sebanyak 43 ml.Item Optimasi Sabun Logam Campuran (Li-Ca) Pada Pembuatan Pelumas Padat (Grease) Dari Palm Fatty Acid Destillate (PFAD)(2017-01-09) SukmawatiPalm Fatty Acid Destilate (PFAD) mempunyai potensi yang cukup tinggi untuk digunakan sebagai bahan baku pembuat produk-produk oleokimia salah satunya pelumas padat (grease). Hal ini disebabkan oleh komposisi asam lemak yang terdapat dalam PFAD tidak jauh berbeda dengan komposisi asam lemak yang terdapat dalam minyak sawit. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan formulasi pelumas padat (grease) dari PFAD dan sabun logam campuarn (Li-Ca) sebagai thickener yang memiliki karakteristik mendekati pelumas padat SNI dan mengetahui kualitas dari pelumas padat yang dihasilkan. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah PFAD, LiOH, Ca(OH)2, gliserol, fenol, dan stearat. Alat yang digunakan adalah hot plate, beaker glass, buret, erlenmeyer, neraca analitik, gelas ukur, dan stirer. Cara kerja penelitian yaitu membuat sabun logam campuran dengan mencampurkan PFAD serta LiOH dan Ca(OH)2 sebagai basa dengan rasio LiOH: Ca(OH)2 yaitu A1 = 90% : 10% dan , A2 = 80% : 20% . Kemudian membuat pelumas padat dengan mencampurkan sabun logam campuran (Li-Ca) dan PFAD dengan perbandingan komposisi yang telah ditentukan yaitu B1 (rasio sabun logam : PFAD) dengan komposisi A1: B1 = (90:10) : (90:10), A1: B2 = (90:10) : (80:20), A1: B3 = (90:10) : (70:30), A2: B1 = (80:20) : (90:10), A2: B2= (80:20) : (80:20), dan A2: B3= (80:20) : (70:30) serta menganalisa produk yang dihasilkan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh pelumas padat optimum yang sesuai standar SNI yaitu pada komposisi A2 : B3. A2 merupakan rasio LiOH : Ca(OH)2 yaitu 80% : 20% dan B3 yaitu rasio sabun logam : PFAD yaitu 70% : 30%. Diperoleh densitas 0.953 gr/ml, titik leleh (dropping point) 105oC, dengan nilai konsistensi NLGI 6Item Esterifikasi Asam Lemak Bebas Minyak Biji Karet Menggunakan Katalis Alumina Tersulfatasi(2017-01-09) Rahman, Elly Desni; Ulfah, Maria; Sari, Ellyta; Praputri, ErtiTelah dilakukan evaluasi kinerja katalis heterogen gamma alumina tersulfatasi pada esterifikasi asam lemak bebas minyak biji karet, dengan variasi perbandingan minyak terhadap methanol 0,6-1,2 v/v, konsentrasi katalis 1-2,33 %-b/v, dan suhu reaksi 50-70 oC. Karakterisasi katalis alumina tersulfatasi hasil pengembangan dianalisis dengan XRD. Pola difraktogram hasil analis XRD menunjukkan selain puncak gamma alumina juga muncul puncak yang spesifik terhadap spesies Al2(SO4)3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi rasio methanol/minyak maka asam lemak bebas sisa pada minyak akan semakin kecil. Konsentrasi katalis gamma alumina tersulfatasi sebesar 1,67%-b/v memberikan persentasi penurunan ALB paling cepat dan temperatur reaksi 60oC memberikan sisa kadar asam lemak bebas terkecil.Item Pengaruh Suhu dan pH pada Medium Onggok dan Ampas Tahu dalam Produksi Asam Lemak Tak Jenuh dengan Menggunakan Aspergillus oryzae(2017-01-09) Niawati, Septi; Utami, Tania Surya; Arbianti, Rita; Hermansyah, HeriAsam lemak tak jenuh merupakan komponen penting dalam pemeliharaan fugsi otak. Salah satu sumber asam lemak tak jenuh yaitu fungi atau kapang. Penggunaan mikroorganisme dalam produksi asam lemak sangat dipengaruhi oleh kondisi kultur seperti suhu dan pH. Dalam penelitian ini, kapang Aspergillus oryzae dikultur pada medium limbah berupa onggok dan ampas tahu dengan menggunakan metode submerged fermentation dengan variasi suhu inkubasi yang berkisar antara 25-350C dan variasi pH 4-7. Ekstraksi lipid dilakukan dengan menggunakan metode ekstraksi sonikasi dengan pelarut etanol dan kemudian lipid dianalisis dengan menggunakan Gas Chromatography (GC). Hasil penelitian menunjukkan bahwa medium onggok mengandung 30,25% karbon dan 0,2% nitrogen, sedangkan pada medium ampas tahu mengandung 26,5% karbon dan 3% nitrogen. Berdasarkan hasil Gas Chromatography, suhu optimum dalam produksi asam lemak tak jenuh berada pada 300C dengan menghasilkan lipid sebesar 1,4 g/L yang mengandung 65,88 % asam lemak tak jenuh terdiri dari 1,28% ,MUFA dan 64,6 % PUFA atau 1,28% oleat, 53,9% linoleat and 10,7% gamma linolenat. Sementara itu, pH 4 menghasilkan asam lemak tak jenuh tertinggi dengan lipid sebesar 1,27 g/L yang terdiri dari 54,44% asam lemak tak jenuh dengan 1,84% MUFA dan 52,6% PUFA atau 1,84% oleat and 52,6% linoleat. Dengan demikian, Aspergillus oryzae berpotensi sebagai sumber alternatif asam lemak tak jenuh.Item Produksi PUFA dari Aspergillus oryzae Berbasis Onggok Dan Ampas Tahu Dengan Variasi Konsentrasi Karbon Dan Rasio Karbon-Nitrogen(2017-01-09) Putri, Laras Ragil Kuncoro; Arbianti, Rita; Utami, Tania Surya; Hermansyah, HeriLemak menjadi nutrisi yang berperan penting dalam proses metabolisme. Sebanyak 60% nutrisi yang dibutuhkan untuk perkembangan otak adalah berupa lemak. Polyunsaturated Fatty Acid (PUFA) yang terdiri dari omega-3 (linoleate) dan omega-6 (linolenat), merupakan asam lemak esensial yang digunakan untuk menjaga bagian-bagian struktural dari membran sel, serta mempunyai peran penting dalam perkembangan otak. Kapang adalah salah satu mikroorganisme oleaginous yang potensial sebagai sumber alternatif penghasil PUFA. Peneliti menggunakan Aspergillus oryzae sebagai mikroorganisme penghasil PUFA. Produksi single cell oil (SCO) dari mikroorganisme terhambat pada biaya operasional yang mahal, sehingga perlu adanya pemanfaatan limbah untuk menekan biaya operasional. Oleh karena itu, dalam penelitian ini digunakan limbah industri yaitu onggok tapioka dan ampas tahu sebagai medium kultivasi. Penelitian ini dilakukan dengan melalui dua tahap kultivasi. Kultivasi tahap pertama dilakukan dengan menggunakan variasi konsentrasi karbon (2% w/w, 3% w/w, 4% w/w, 5% w/w, dan 6% w/w), sedangkan kultivasi tahap kedua dilakukan dengan menggunakan variasi rasio C/N (20:1, 30:1, 40:1, 50:1). Setiap tahap kultivasi dilakukan beberapa proses untuk memperoleh SCO antara lain yaitu, kultur medium cair, pemanenan, dan ekstraksi. Proses ekstraksi dilakukan menggunakan etanol sebagai pelarut food grade. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan PUFA dalam lipid A. oryzae meningkat seiring peningkatan konsentrasi karbon. Persentase PUFA tertinggi berada pada konsentrasi karbon 6% (w/w), yaitu sebesar 60,8% (w/w). Pada variasi rasio C/N, persentase PUFA dalam lipid A. oryzae relatif menurun seiring dengan peningkatan rasio C/N. Persentase PUFA tertinggi berada pada rasio 30:1, yaitu sebesar 56,1% (w/w).Item Teknologi High Pressure Thermal Processing (HPTP) Untuk Inaktivasi Spora Mikroorganisme Dalam Pangan(2017-01-09) Evelyn; Silva, FilipaSpora bakteri dan beberapa fungi tahan terhadap proses pasteurisasi sehingga dapat bergerminasi dan tumbuh dalam pangan. Selain dapat menyebabkan kerusakan pangan, pertumbuhan mikroba merugikan hingga jumlah tertentu pada pangan berpotensi menyebabkan penyakit pada manusia karena mengkonsumsi pangan yang telah mengandung toksin mikroba. Proses thermal konvensional pada suhu tinggi dapat menginaktivasi spora mikroba namun dapat merusak karakteristik sensoris dan nutrisi dari bahan pangan. High Pressure Thermal Processing (HPTP) adalah metode pengawetan pangan modern yang potensial untuk menginaktivasi spora mikroba serta dapat menjaga kualitas dan nutrisi bahan pangan. Pada penelitian ini, HPTP pada tekanan 600 MPa dan suhu 70°C atau 75°C selama 30 menit diaplikasikan untuk menginaktivasi spora bakteri Clostridium perfringens dalam slurry daging dan psikrotrofik Bacillus cereus dalam susu skim, spora fungi Byssochlamys nivea dalam puree buah strawberry dan Neosartorya fischeri dalam jus apel. Proses inaktivasi juga dibandingkan dengan metode thermal pada suhu dan waktu yang sama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa HPTP dapat menurunkan jumlah spora bakteri C. perfringens sebesar 2,5 log (75°C) dan B. cereus sebesar 5,3 log (70°C). Spora fungi B. nivea dan N. fischeri dapat direduksi masing-masing sebesar 2,8 log dan 4,3 log (75°C). Terlihat bahwa spora bakteri Clostridium perfringens mempunyai tingkat ketahanan yang paling tinggi, sementara spora bakteri Bacillus cereus memiliki tingkat resistensi yang paling rendah bahkan jika dibandingkan dengan spora fungi. Proses inaktivasi thermal menunjukkan hanya 0,5 log jumlah spora bakteri yang dapat direduksi, sedangkan spora fungi tidak ada yang tereduksi. HPTP merupakan teknologi yang lebih baik daripada metode thermal untuk mereduksi jumlah spora dalam bahan panganItem Pengaruh Effective Microoganisme (EM-4)Sebagai Bioaktivator Terhadap Kualitas Kompos Berbahan Dasar Limbah Padat Pabrik Minyak Kelapa Sawit(2016-11-30) Yenie, Elvi; Andesgur, IvnainiLimbah padat pabrik minyak kelapa sawit yang paling dominan berasal dari proses pengolahan di dalam pabrik berupa tandan kosong kelapa sawit (TKKS), cangkang, serat, lumpur dan bungkil. Disamping itu, limbah padat yang berasal dari pengolahan limbah cair berupa lumpur aktif dan abu yang berasal dari pembakaran TKKS di insinerator. Bahan baku yang digunakan adalah limbah padat pabrik minyak kelapa sawit seperti lumpur, abu, dan serat kelapa sawit serta sampah organik pasar sebagai penambahan sumber karbon. Tujuan penelitian ini adalahmempelajari pengaruh variasi bioactivator EM-4 sebesar 0,5%, 0,7%, 0,9% dankontrol pada proses pengomposan selama 21 hari terhadapkualitas kompos (N,P,K,Ca,Mg, pH, kadar air, temperatur), dan kompos yang dihasilkan dibandingkan dengan standar kualitas kompos yaitu SNI 19-7030-2004. Adapun hasil yang didapatkan adalah pengaruh penambahan bioaktivator EM4 pada 0,7% memberikan hasil yang terbaik yang ditunjukan dengan kandungan N-total 2,52%,P-total 0,97%, K-total 0,72%, Ca 0,49%, Mg 0,072%, pH 7,5 kadar air 29,67% dan temperatur 25 oC, serta kompos yang dihasilkan memenuhi standar kualitas kompos SNI 19-7030-2004. Pemanfaatan limbah padat pabrik minyak kelapa sawit merupakan salah satu solusi dalam pengendalian pencemaran lingkungan yang berkelanjutanItem Pengaruh Waktu Fermentasi Terhadap Pemanfaatan Limbah Dari Hasil Perternakan Kambing Sebagai Pestisida Cair(2016-11-30) Kurniawan, Eddy; Rahman, Abdul; Ginting, Ita NurainiSalah satu alternatif untuk menanggulangi tingginya serangan hama (organisme pengganggu tumbuhan) adalah dengan menggunakan pestisida alami. Pestisida urin kambing diyakini mempunyai efektifitas yang tinggi dan dampak spesifik terhadap organisme pengganggu. Bahan aktif urin kambing juga tidak berbahaya bagi manusia dan hewan. Selain itu, residunya terurai menjadi senyawa yang tidak beracun sehingga aman bagi lingkungan. Adapun penelitian ini mengkaji pengaruh waktu fermentasi, terhadap konsentrasi atau dosis pestisida cair 5 -10 ml/liter. Pembuatan pestisida cair, diperoleh dari limbah hasil peternakan (kambing), berupa limbah cair atau biasa disebut urin dan selanjutnya, menyiapkan bahan baku utama yaitu air kelapa, air cucian beras dan PHEPOX. Tahapan selanjutnya, merajang bahan -bahan penunjang tersebut sampai halus dengan perbandingan 1:3 dengan bahan utama. Setelah dirajang sampai halus di campurkan dengan urin yang telah dicampurkan dengan air kelapa, air cuci beras dan PHEPOX serta dilakukan fermentasi selama 7 hari,10 hari dan 13 hari Dari hasil fermentasi, diperoleh produk berupa pestisida cair yang dipergunakan untuk memberantas hama penyakit pada tanaman. Hasil penelitian diperoleh kondisi proses pembuatan pestisida cair dari urin kambing adalah volume 250 ml dengan waktu fermentasi 13 hari