P - Engineering
Permanent URI for this community
Browse
Browsing P - Engineering by Subject "abu terbang"
Now showing 1 - 4 of 4
Results Per Page
Sort Options
Item Geopolimer Sebagai Material Infrastruktur Berkelanjutan Di Lingkungan Gambut(2016-03-07) Olivia, MonitaRawa gambut merupakan lingkungan tanah organik dengan kadar air tinggi, daya dukung rendah dan derajat keasaman tinggi. Struktur beton di lingkungan asam rentan mengalami kerusakan jangka panjang akibat asam-asam organik dan non-organik seperti asam humat dan asam sulfat dapat menyerang kalsium pada beton membentuk garam, meningkatkan porositas, menurunkan kekuatan beton, serta berpotensi mempercepat korosi tulangan pada beton. Ketahanan konstruksi di lingkungan asam, seperti tanah gambut, merupakan permasalahan infrastruktur dengan dampak signifikan karena material yang digunakan sebaiknya ekonomis dan memiliki durabilitas tinggi. Geopolimer dihasilkan dari proses geopolimerisasi bahan kaya silikat dan alumina, seperti abu terbang dan abu sawit, menggunakan larutan aktivator. Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa material geopolimer memiliki sifat fisik dan mekanik yang sebanding dengan material berbasis semen OPC (Ordinary Portland Cement), serta tahan terhadap lingkungan agresif seperti suhu tinggi, lingkungan asam dan air laut. Tulisan ini mengkaji potensi geopolimer sebagai material untuk aplikasi infrastruktur di lingkungan asam rawa gambut. Material geopolimer memiliki ketahanan lebih tinggi terhadap lingkungan asam karena memiliki ikatan aluminosilikat yang stabil dan tidak mudah bereaksi langsung dengan senyawa asam di lingkungan gambut.Item KARAKTERISTIK ABU TERBANG PADA STABILITAS HRS-WC(2013-05-06) GussyafriBahan pengisi (filler) pada HRS-WC sangat dibutuhkan untuk menambah kadar aspal agar campuran aspal panas mempunyai durabilitas tinggi dan mencegah terjadinya bleeding dengan batasan nilai minimal stabilitas 800 kg dan batasan rongga pori 3 – 5 %. Karakteristik filler yang mempunyai jumlah permukaan yang luas sangat mendukung penyerapan aspal. Material filler untuk bahan HRS-WC biasanya didapatkan dari abu batu dan sangat sulit diproduksi. Sebagai bahan alternatif, abu terbang terbang hasil dari pembakaran kulit kayu pada pengolahan bubur kertas PT. RAPP mempunyai karakteristik bahan filler. HRS-WC adalah jenis aspal campuran panas durabilitas tinggi karena mempunyai kadar aspal dan filler yang lebih banyak dibandingkan aspal campuran panas jenis lainnya. Pada penelitian ini dibuat 60 unit sampel, untuk melihat pengaruh penambahan abu terbang pada HRS-WC yang dicampur dengan variasi abu terbang 0 %, 6 %, 10 % dan 12 % dan variasi aspal 5 %, 5,5 %, 6 %, 6,5 % dan 7 %. HRS-WC dengan 0 % abu terbang (tanpa abu terbang) menghasilkan stabilitas 1267 kg dan rongga pori 8,201 %, HRS-WC dengan 6 % abu terbang menghasilkan stabilitas 1000 kg dan rongga pori 3,633 %, HRS-WC dengan 10 % abu terbang menghasilkan stabilitas 1033 kg dan rongga pori 3,558 %, HRS-WC dengan 12 % abu terbang menghasilkan stabilitas 1300 kg dan rongga pori 3,786 %. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa abu terbang sebesar 6 %, 10 % dan 12 % dapat dipergunakan sebagai filler pada HRS-WC.Item PENGARUH pH DAN WAKTU AGING TERHADAP PROSES PRESIPITASI SILIKA DARI FLY ASH SAWIT DENGAN MENGGUNAKAN CO2(2013-05-04) P, Utama; Fermi; SopianAbu terbang (fly ash) industri sawit merupakan limbah yang cukup potensial untuk dimanfaatkan secara kimia yaitu dengan mengambil unsur silikanya dan dimanfaatkan menjadi produk yang bernilai tinggi yaitu silika presipitasi. Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh pH dan waktu aging terhadap proses presipitasi. Silika presipitasi dihasilkan dengan terlebih dahulu mengekstraksi abu sawit dengan pelarut sodium hydroxide (NaOH) untuk mendapatkan natrium silikat (Na2SiO3). Ekstraksi dilakukan pada suhu 105 0C dan kecepatan pengadukan 300 rpm selama 4 jam. Filtrat hasil ekstraksi digunakan sebagai sampel untuk tahap presipitasi. Sebanyak 1600 mL ekstrak silika dipresipitasi di dalam reaktor 2000 mL, dimana kondisinya dijaga pada suhu 400C, kecepatan pengadukan 300 rpm serta dialirkan gas CO2 sebesar 0,4 Liter/menit. Variasi pH dilakukan dengan cara pengambilan sampel sebanyak 30 mL setiap 15 menit kemudian dianalisa pH dan konsentrasi silika di larutan. Dari analisa, pH yang dicapai 12,4; 12,1; 10,7; 9,6; 9,2; 8,9; dan 8,5. Hasil Optimum diperoleh saat pH mencapai 9,2 yaitu sebesar 97,56% silkca terpresipitasi. Dari hasil variasi pH, diperoleh pH optimum yang memberikan silika terpresipitasi maksimum. Pada kondisi operasi yang sama dilakukan proses presipitasi untuk mengetahui pengaruh waktu aging. Proses dihentikan ketika pH larutan mencapai 9,2. Kemudian variasi waktu aging dilakukan dengan cara penngambilan sampel sebanyak 30 mL pada saat 0, 30, 60, 90 dan 120 menit kemudian dianalisa konsentrasi silika di larutan. Hasil optimum diperoleh pada menit ke 60 yaitu sebesar 99,38% silika terpresipitasi.Item PENGARUH SUHU DAN WAKTU PADA EKSTRAKSI SILIKA DARI ABU TERBANG (FLY ASH) BATUBARA(2014-06-30) Aman; Utama, Panca SetiaAbu terbang (Fly ash) batu bara merupakan limbah pembakaran batu bara yang yang mempunyai kadar silika yang tinggi. Silika abu terbang ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sumber silika dengan cara ekstraksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui suhu dan waktu optimum proses ekstraksi silika dari abu terbang batu bara. Ekstraksi silika dilakukan dengan mereaksikan natrium hidroksida (NaOH) dengan abu terbang dalam reaktor untuk mendapatkan natrium silikat (Na2SiO3). Suhu ekstraksi diatur dengan menggunakan heating mantel yaitu pada suhu 85, 95, 1050C dan sampel diambil sebanyak 25 ml pada 2, 4, 6, 8 jam setelah suhu yang diinginkan tercapai. Variabel tetap pada penelitian ini adalah ratio padat – cair 6:1 dan kecepatan pengadukan 300rpm. Hasil ekstraksi silika disaring sehinggga didapatkan filtrat (natrium silikat) dan cake (sisa abu ekstraksi). Proses ekstraksi pada 4 jam pada suhu 1050C menghasilkan konversi silika yang optimum yaitu 3,08%. Untuk mengetahui kemurnian silika maka dilakukan presipitasi silika dari natrium silika, sehingga diperoleh kemurnian silika yaitu 43,07%.