SWL-Mathematics and Natural Sciences
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing SWL-Mathematics and Natural Sciences by Issue Date
Now showing 1 - 20 of 227
Results Per Page
Sort Options
Item KORELASI KADAR ERITROMISIN YANG DITENTUKAN SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI DENGAN POTENSI HAYATI(2013-07-01) Bali, SubardiTelah diteliti korelasi penentuan kadar eritromisin secara kromatografi cair kinerja tinggi dibandingkan dengan penentuan potensi hayati secara mikrobiologi. Penentuan secara kromatografi cair kinerja tinggi dengan kolom Capcell Pak C18 UG120 ukuran diameter 4,6 mm dan panjang 250 mm, dan fase gerak campuran dapar kalium fosfat dibasa 0,02 M pH 9,0 : asetonitril (50 : 50), kecepatan alir 1 ml/menit dan detektor UV-Vis pada λ 205 nm dan temperatur 50°C. Sedangkan potensi hayati diuji terhadap bakteri Micrococcus luteus ATCC 9341 dengan metode difusi. Setelah dilakukan validasi untuk ketepatan, presisi dan linieritas untuk metode KCKT rata-rata peroleban kembali (recovery) 99,77 %, rata-rata basil analisis dengan hasil sebenarnya 0,2236 %, rata-rata selisih secara statistik 0,1814 %, SD 0,5111, RSD 0.6125 % dan r = 0,9993 dan Potensi Hayati rata-rata recovery 101,16 %. rata-rata hasil analisis dengan basil sebenarnya 0,9617 %, rata-rata selisih secara statistik 0,2920 %, SD 1,554, RSD 1,5361 % dan r = 0,9994. Dari uji t-student tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara koefisien korelasi luas kromatogram KCKT dengan koefisien korelasi diameter hambatan Potensi Hayati. Ketervariasian dari hasil penentuan kadar eritromisin dengan metode KCKT dengan nasil yang diperoleh menggunakan Potensi Hayati tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Hasil percobaan menunjukkan ternyata terdapat korelasi antara kadar eritromisin dengan KCKT dan Potensi Hayati yaitu dengan naiknya kadar eritromisin akan menyebabkan baik luas kromatogram maupun diameter daerah hambatan akan bertambah dengan koefisien korelasi r = 0,9976. Dari basil penelitian ini menunjukkan hahwa ternyata penentuan kadar eritromisin dengan metode KCKT memberikan hasil yang ketepatan dan presisinya baik.Item KANDUNGAN LOGAM BERAT (TIMBAL, KADMIUM), AMONIAK, NITRIT DALAM AIR MINUM ISI ULANG DI PEKANBARU(2013-07-01) Bali, SubardiTelah dilakukan penelitian sifat fi sis dan sifat kimia logam berat (Pb dan Cd), amoniak, dan nitrit dari sampel air baku dan air minum isi ulang (AMIU) di depot AMIU Pekanbaru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa air baku dan AMIU yang dihasilkan, secara kimia masih bersifat asam. Air baku dan AMIU mengandung logam berat yang sangat tinggi untuk logam Pb berkisar antara 0,11-0,55 ppm untuk air baku dan 0,11-1,87 ppm untuk air minum isi ulang. Sedangkan untuk logam Cd berkisar antara 0,22-0,52 ppm untuk air baku dan 0,44-0,54 ppm untuk AMIU. Untuk kadar amoniak baik untuk air baku maupun untuk AMIU tidak terdeteksi, sedangkan untuk nitrit untuk air baku dan AMIU secara berturut-turut 0,18-0,28 ppm dan 0,04-0,28 ppm. Hasil ini menunjukkan bahwa kandungan logam Pb dan Cd dalam AMIU melebihi standar dan amoniak dan nitrit masih berada dibawah standar yang ditetapkan oleh KEPMENKES RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002.Item ANALISIS TEMBAGA, SENG DAN pH DALAM AIR MINUM PDAM CABANG BENGKALIS(2013-07-01) Itnawita; Bali, SubardiUntuk memenuhi kebutuhan akan air minum Pemerintah Kabupaten Bengkalis mendirikan Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM) yang sumber air bakunya adalah air gambut yang terletak di Desa Wonosari Timur, Kecamatan Bengkalis. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa belum adanya pemeriksaan secara kontinyu terhadap kualitas air yang dihasilkan oleh PDAM Cabang Bengkalis. Penentuan kandungan tembaga dan seng menggunakan spektrofotometer UV-Vis, untuk tembaga menggunakan metoda neokuproin sedangkan seng dengan metoda ditizon. Hasil analisis menunjukkan kandungan tembaga dan seng dalam air baku secara berturut-turut 0,0120 mg/L dan 0,0483 mg/L, dalam air produksi tidak terdeteksi dan 0,0193 mg/L dan dalam air distribusi tidak terdeteksi dan berkisar 0,0096-0,0193 mg/L. Hasil ini menunjukkan kandungan tembaga dan seng dalam air minum PDAM Cabang Bengkalis masih berada dibawah kadar maksimum yang diperbolehkan berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No.82 Tahun 2001tentang kriteria mutu air dan KEPMENKES RI No. 907/ MENKES/SK/VII/2002 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum, sedangkan pHnya berada dalam rentang pH yang ditetapkan.Item ANALISIS KANDUNGAN FORMALDEHID DALAM MINUMAN YOGHURT PADA KEMASAN PLASTIK POLYETHYLEN TEREFTALATE (PET) DAN HIGH DENSITY POLYETHYLEN (HDPE)(2013-07-01) Bali, Subardi; Hilda Sari, Amelia; Hanifah, AbuPolyethylene tereftalate (PET) dan high density polyethylene (HDPE) merupakan bahan kemasan yang biasa digunakan untuk minuman yoghurt. Kemasan ini memiliki kelemahan, karena terjadinya migrasi zat monomer pada plastik ke dalam minuman selama penyimpanan. Salah satu kemungkinan monomer yang dapat terbentuk adalah formaldehid akibat aktivitas mikroorganisme dan asam yang tinggi selama waktu penyimpanan. Konsumsi makanan yang terkontaminasi formaldehid secara terus menerus dapat mengakibatkan kerusakan hati, ginjal, jantung dan berpeluang terkena penyakit kanker. Penelitian bertujuan untuk menentukan kandungan formaldehid dalam minuman yoghurt yang dikemas dengan plastik PET dan HDPE berdasarkan variasi waktu penyimpanan. Analisis kandungan formaldehid dilakukan berdasarkan variasi waktu penyimpanan (dalam kulkas bersuhu 40C) mulai awal waktu pemasaran 0 hari sampai 70 hari. Penentuan kandungan formaldehid dilakukan dengan spektrofotometer UV-Vis (570 nm) dengan menggunakan Reagen Schiff’s. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama penyimpanan berpengaruh terhadap kandungan formaldehid dalam minuman yoghurt. Kandungan formaldehid dalam minuman yoghurt yang disimpan selama 70 hari menunjukkan hasil yang tertinggi kemasan plastik PET (1,488 mg/L) dan HDPE (3,250 mg/L). Nilai ambang batas (NAB) kandungan formaldehid dalam bahan makanan dan minuman yang diperbolehkan berdasarkan IPCS (International Programme on Chemical Safety) dan tiga lembaga organisasi di PBB (ILO, UNEP dan WHO) adalah 1 mg/L. Dengan demikian, kadungan formaldehid yoghurt pada kemasan PET telah melebihi NAB setelah penyimpanan lebih dari 60 hari. Kandungan formaldehid dalam minuman yoghurt pada kemasan HDPE telah melebihi NAB setelah penyimpanan lebih dari 30 hari.Item METODE ANALISIS KUANTITAF ERITROMISIN STEARAT SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS SETELAH PENAMBAHAN GENTIAN VIOLET(2013-07-01) Bali, Subardi; WestiThe research about validation of quantitative analysis method of erythromycin stearate using spectrophotometry UVVis after added of gentian violet has been carried out. The measurement was done at wavelength 637 nm in methanolborate buffer (40:60). Result show that the mean of recovery was 100,826% (w/w), the difference of level after several measurement was 0,637% and difference mean statistically was 0,159%, SD 1,751 and KV 1,736%, the regression equalization y = -0,0456 + 0,001347; regression (r) 0,999, Sy/x 0,0099, limit of detection was 20,668 μg/ml and limit of quantitative was 68,894 pg/ml. The quantitative analysis of erythromycin stearate tablet observed that the mean of recovery was 99,176% (w/w), SD 0,958 and KV 1,736%. The result of the experiment showed that this method was valid as quantitative analysis method for erythromycin stearate.Item PENGARUH KETEBALAN ELEKTRODA TERHADAP NILAI KAPASITANSI SPESIFIK DAN "RETAINED RATIO" SERBUK GERGAJI KAYU KARET UNTUK PEMBUATAN SUPERKAPASITOR(2014-02-14) Yanuar; Iwantono; Taer, Erman; Andriani, RisaTelah dilakukan penelitian mengenai efek ketebalan dan "retained ratio" pada elektroda karbon dari serbuk gergaji kayu karet. Elektroda karet dibuat dalam bentuk pelet melaiui proses karbonisasi dan aktivasi fisika dengan gas CO2 pada temperatur konstan yaitu 800°C, dimana sampel dari serbuk gergaji dilakukan dengan proses awal yaitu pra-karbonisasi pada temperatur 280°C. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh pengukuran sifat fisik dan sifat elektrokimia. [i] pengukuran sifat fisik, meliputi: pengukuran persentase susut massa dari sampel pada tahap pra-karbonisasi yaitu sebesar 26,63%, densitas rata-rata pada proses karbonisasi dan aktivasi yaitu sebasar: 0,71 gr/cm' dan 0,68 gr/cm^dan luas permukaan BET yaitu sebesar: 390,79 cm^/gr. [ii] pengukuran sifat elektrokimia menggunakan metoda voltamogram siklis (CV), meliputi: pengukuran nilai kapasitansi spesifik tertinggi yaitu: 111,39 F/gr pada ketebalan 0,6 mm dan pengukuran nilai "retained ratio" tertinggi yaitu: 25,22% pada ketebalan 0,4 mm. Hasil ini menunjukkan bahwa sebuk gergaji kayu karet (SGKK) merupakan bahan yang memiliki potensi untuk dijadikan bahan dasar dalam pembuatan superkapasitor. Kata kunci : Serbuk gergaji kayu karet (SGKK), karbon aktif, Luas permukaan (BET), Kapasitansi spesifik dan Superkapasitor.Item EVALUASI NILAI TAHANAN INTERNAL MODUL PANEL FOTOVOLTAIK (PV) BERDASARKAN PEMODELAN KURVA I(V) NORMAL LIGHT DAN DARK CURRENT(2014-02-14) Yanuar; Umar, Lazuardi; Rahmondia; SetiadiPeneliiian ini beriujuan mengevaluasi nilai tahanan internal seri dari modul fotovoltaik (PV) polikristal silicon Hooray MCP-2 berdasarkan pemodelan kurva arus dan tegangan l(V)- Penentuan tahanan internal modul fotovoltaik (solar sel) dilakukan untuk mengetahui kualitas dan unjuk kerjanya. yang diukur pada dua kondisi yaitu pada kondisi normal light dan kondisi dark current. Arus dan tegangan diperoleh dengan memvariasikan tahanan beban pada penyinaran dan suhu konstan, yang menghasilkan kurva l(V) pada normal light dan dark current. Berdasarkan pemodelan kurva l(V) diperoleh parameter - parameter modul fotovoltaik yaitu , Lpmax dan Vmax dimana nilai gradiennya ditentukan berdasarkan persamaan Wagner yaitu .sebesar - 7.084V/A (normal light) dan sebesar -21.618 V/A (dark current). Sementara arus dan tegangan maksimum diperoleh dari penentuan titik daya maksimum dari modul (Maximum Power Point). Hasil perhitungan tahanan internal .seri pada modul fotovoltaik silikon polikristal Hooray MCP-2 diperoleh nilai sebesar 1.41 Ohm. Nilai ini menjadi nilai parameter unjuk kerja fotovoltaik dan akan mengalami perubahan selama pengoperasianItem STUDY ON UTILIZATION OF PALM OIL FLY ASH AS A FILLER FOR THERMOSET NATURAL RUBBER(2014-02-14) Bahruddin; Helwani, Zuchra; Saktiani, Lili; ; Yanuar; Satoso,RahmatPalm oil fly ash (POFA) as solid waste produced from crude palm oil industries consist of quite high of silica (more than 50% w/w). This study aimed to compare the properties and morphology of thermoset natural rubber (TNR) with POFA, silica, carbon black (CB), and mixture of POFA-CB fillers. The filler content used is 30 phr (per hundred rubbers). The process of making the compound was conducted by using a roll mill at room temperature and a maximum roll rotational speed of 20 rpm. Zinc oxide 5 phr, stearic acid 2 phr, mercaptodibenzothiazyldisulfide (MBTS) 0.6 phr, and Sulfur of 3 phr were used as curative agents. Trimethylquinone (TMQ) 1 phr was used as an antioxidant. Commercial minarex 2.5 phr was used as a plasticizer. Vulcanization process was carried out at a temperature of 150 °C and a pressure of 50 kg/cm^ using a hot press. Morphology was observed using a scanning electron microscope (SEM). Measurement of tensile properties was carried out using universal testing machine (UTM) according to ASTM D412-06a standard. The results indicated that the use of POFA as a filler could potentially produce TNR with quite good morphology, tensile properties and water absorption properties. A mixture of POFA-CB with a mass ratio of 50/50 (w/w) produced the thermoset with the value of 18.5 MPa of tensile strength, 1600% of elongation at break, and 1.2 MPa of elastic modulusItem OPTICAL STUDY ON SPUN FILMS LEAD PHTHALOCYANINE (PbPe)(2014-02-14) Yanuar; AndiwantonoFilm nano-komposit lead phthalocyanine (pbpc) pertama dibuat dengan mengekspose gas h.s pada film turunan lipophilic lead phthalocyanine yang dibuat dengan teknik spincoating, terbentuknya lead Sulphide dikonformasi dengan pengukuran spektroskopi raman dan uv-vis. Perubahan spektrum pada 62.5-6.50cm-1 dan 1000-1400cm masing-masing berkaitan dengan vibrasi bending dan stretchin dan Phthalocyanine. Tampak bahwa terjadi perubahan spektrum yang cukup signifikan akibat eksposure gas h.s Tampak terjadi pergeseran puncak ganda q-band ke arah panjang gelombang pendek (680/745nm) dari Pergeseran pita absorbsi tersebut diperkirakan ukuran dari kluster pbs sekitar 2.24 nm.Item KEANEKARAGAMAN BUAH RIAU: POTENSI DAN PROSPEKNYA(2014-03-04) FitmawatiKeanekaragaman genetik dan ketersediaan bahan genetik adalah penentu keberhasilan program pemuliaan tanaman buah. Provinsi Riau memiliki kekayaan jenis buah yang melimpah, tercatat sekurangnya 8 jenis tanaman buah dan puluhan kultivar tersebar di hutan-hutan dan di pertanaman rakyat. Namun, seiring dengan tingginya laju deforestasi yang terus berlangsung terutama 2 dekade terakhir, dikhawatirkan telah terjadi erosi genetika plasma nutfah tanaman buah yang ada. Sehingga, eksplorasi, inventarisasi, karakterisasi dan pemetaan pola distribusi jenis dan kultivar-kultivar buah guna penyelamatan sumberdaya genetiknya perlu dilakukan. Di sisi lain disepakatinya AFTA (Asian Free Trade Area) atau zona perdagangan bebas Asia tahun 2010 ini menjadi tantangan dan kesempatan bagi pengembangan buah-buahan asli Indonesia umumnya, dan Riau khususnya. Terbukanya pasar Asia, memungkinkan ditingkatkanya ekspor buah. Di lain pihak AFTA juga membuka kemungkinkan buah-buahan impor merajai pasaran buah lokal. Untuk itu, perlu dilakukan penguatan potensi buah daerah, dengan menyediakan data base potensi buah Riau guna mendukung pengembangan kultivar-kultivar buah unggul yang mampu bersaing dan diminati di dalam maupun luar negeri. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran keanekaragaman jenis buah, potensi dan prospeknya. Kekayaan buah andalan Riau diantaranya Durian (Durio zyibethinus), Manggis (Garcinia mangostana), Nenas (Ananas comossus), Pisang (Musa sp., Cempedak (Arthocarpus champeden), Rambutan (Nephelium lappaceium), Dendan (Lansium domesticum), dan Tampuih (Baccaura sp.). Potensi kekayaan hayati Riau terutama buah-buahan yang mampu beradaptasi di dataran rendah dan lahan basah cukup besar ditandai dengan dijumpai banyak kultivar buah unggul baik yang sudah dirilis maupun belum seperti durian Ome (asal Kab.Kampar), durian Tembaga (asal Kab. Bengkalis), durian Belimbing (Asal Kab. Indra Giri Hulu), manggis Bawang (Kab. Bengkalis), Cempedak Kesumbo (Kab. Kampar) dan lain sebagainya. Keunikan durian Riau adalah kemampuannya berbuah di luar musim, sehingga berpotensi mengisi kekosongan pasar dalam dan luar negeri. Demikian halnya produksi manggis di kabupaten Bengkalis yang juga berbuah di luar musimnya yang memungkinkan nilai ekonominya dapat ditingkatkan apabila jalur eksportnya dapat dirintis dan terbuka yang akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan petani di RiauItem GENETICS DIVERSITY IN MANGO (Mangifera) SPECIES WITH OFF-SEASON FRUITING IN PEKANBARU, RIAU-INDONESIA(2014-03-04) Fitmawati; Rohayati, Suci; Syahdan, HermanAcross the Riau Province, Indonesia, the mango (Mangifera) shows a wide agroecological diversity and varietal wealth which can be exploited for off-season production. Mango various species are adaptable for fruit production with diverse seasons in this area. In mango, off-season production is based on the genotype, environment and chemical interaction imposed on the mango trees. Thus there is an ample scope in that area to work out specific mango cultivars for off-season production. Therefore, the said study was conducted during August 2010 to August 2011 with the objectives to investigate and characterize the off-season mango cultivars with existing soil of Pekanbaru City, Riau Province, Indonesia using genetic diversity and field survey as selection criterion. The relevant morphological, agronomic and anatomic data were analyzed with NTSYS-pc 2.02i program. Three different Mangifera species M. indica (with 32 cultivars), M. sumatrana (one cultivar) and M. odorata (one cultivar) were included in the study. However, 11 cultivars belong to M. Indica viz; arumanis, golek, manalagi, bapang, apel merah gedong gincu, cowasji patel, surkha panditlawa, inayat pasand, atu-atu, jamuna were found with superior fruit characteristics and bearing. These cultivars produced fruits for long time period (February to October). Based on similarity matrix, mango of Pekanbaru City has genetic similarity value of 0.21 to 0.87. Lowest similarity value was noticed in cultivar manalagi found in tampan-8 and cultivar gedong gincu originated in payung sekaki-4. However, highest similarity value was observed in cultivar manalagi found in bukit raya-4 and bukit raya-6. Cluster analysis manifested that genetic diversity in mango of Pekanbaru City was 13-64% with similarity level of 36-87% and formed seven main groups at 38% but not grouped on the basis of local islands.Item KEANEKARAGAMAN GENETIK MANGGIS (Garcinia mangostana L.) PULAU BENGKALIS MENGGUNAKAN PENANDA ISSR(2014-03-04) Fitmawati; Wahibah, Ninik Nihayatul; Aryantri, RisaManggis (Garcinia mangostana L.) memiliki nilai ekonomi tinggi dan saat ini menempati urutan pertama ekspor buah segar Indonesia dengan penambahan volume sebesar 10,7% per tahun. Sampai saat ini permintaan pasar buah manggis tetap tinggi, sehingga masih berpeluang untuk dikembangkan. Karena itu perlu dilakukan eksplorasi kekayaan plasma nutfah manggis. penelitian keanekaragaman genetik manggis secara molekuler terhadap 13 aksesi kandidat tetua manggis unggul Bengkalis tersebut. Studi genetik tanaman dapat dilakukan melalui analisis genetik kandidat tetua manggis unggul Bengkalis akan dilakukan dengan menggunakan penanda molekuler yaitu ISSR (Restriction Fragment Length Polymorphisme). Amplifikasi DNA dengan 6 primer ISSR menghasilkan 49 pita DNA yang bervariasi (300-1125 pb) terdiri atas 28 pita polimorfik dan 21 pita monomorfik. Hasil penelitian ini menunjukan variabilitas genetik yang cukup tinggi berdasarkan analisis klaster yang membentuk 2 klaster utama dengan koefisien kemiripan berkisar 63-94% dan keanekaragaman genetik 6-37%. Analisis komponen utama berdasarkan pita DNA ISSR dan kombinasi data morfologi dengan molekuler menunjukkan Keanekaragaman yang tinggi 96% dan 90 % pada 49 dan 152 karakter.Item POLYEMBRIONY STUDY OF MANGOES (Mangifera indica L.) cv.ARUMANIS SEEDLING BASED ON MORPHOLOGY AND DNA MARKERS(2014-03-04) Fitmawati; NAIPOSPOS; WAHIBAHArumanis cultivar (Mangifera indica L.) is a polyembriony mango indigenous from Indonesia and is the best cultivar that owned by Indonesia at this time. The characteristics of this cultivar are sweet, soft fiber, low water content, scented fragrance and color of yellow-orange fruit flesh (idiotype), with quality standards that become favorite of international customers (Fitmawati et al. 2009). The major problem in conventional plant breeding mango are the small number of seedlings obtained, the complex nature of panicula flowers, long life cycle, the high heterozygosity pollinate plants and low success rates because of the nature of self-sterile. The result is an excessive loss of quality fruit, due to pushing interest rates to be able to produce fruit lend more difficult than the mango crop. Besides the high heterozygosity mango seedlings caused difficulty obtained a uniform zygotic. cv. Arumanis reproduce through polyembryoni mechanisms, their seeds develop with fertilization called zigotic embryo and the others without fertilization called apomixes (non-zygotic). Apomicts progenies may have the same genotype as their mother plant. This research was aimed to analyze morphology characteristics and the DNA pattern among mother and polyembryoni progenies (zygotic and non-zygotic) and the DNA pattern among progenies (zygotic and non-zygotic).Item GENETIC DIVERSITY OF INDONESIAN MANGOES (MANGIFERA INDICA L.) USING RAPD MARKERS(2014-03-04) Fitmawati; Hartana, Alex; Purwoko, Bambang SMango was introduced to the Caribbean in the XVIIIth century and became a popular garden tree. A regional programme for the inventory and conservation of fruit genetic resources undertaken in the French West Indies allowed the collection of 128 land races of mango in the Guadeloupe archipelago and in Martinique. Labelled accessions were selected according to local names, location and morphology. Microsatellite markers were developed for studying genetic diversity within this sample and within the germplasm bank maintained in Guadeloupe (Cirad) and for detecting duplicates. Nineteen microsatellite markers were selected and used to analyse a total of 307 accessions from India, South-East Asia, Florida, Africa and the Caribbean. Diversity was high within the sample with a total number of 140 alleles displayed. Results demonstrated the presence of duplicates in the germplasm bank and among the collected accessions, helping genetic resources management. Nevertheless, collecting efficiency was satisfactory with 73% of the material displaying distinct genetic profiles. Dissimilarities were calculated and a diversity representation was constructed using Neighbour Joining methodology. Accessions clustered in accordance with their geographical origin and their known history. The collected Caribbean accessions displayed a high variability, but shared some specific alleles and clustered together along with cultivars grown in Central (Mexico) and South America (Colombia) introduced from the South-East Asia, but also with cultivars from former French colonies in the Indian Ocean, indicating two introduction routes of mango to the French West IndiesItem RAGAM GALUR GENETIC TERSELEKSI PENYAKIT TANAMAN CABE (CAPSICUM ANNUM) DARI PUPUK KOMPOS JERAMI PADA TANAH PMK(2014-03-05) Herman; Fitriana, Laily; Saputra, EdiSalah satu upaya untuk meningkatkan hasil tanaman cabe adalah dengan penanaman varietas yang tahan penyakit pada lingkungan tanaman. Pada saat ini kami ingin memulai dan menerapkan teknologi penanaman cabe secara kompesional terseleksi bebas dari penyakit yang berasal dari galur-galur tetua yang sehat dan lebih peka terhadap perubahan kondisi lingkungan terutama sekali penyakit. Dari populasi 128 pokok di tanam pada musim pertama, hanya hidup 103. Dari 103 hidup 8 pokok hidup yang sakit. Data diambil umur pokok cabai 45 HST. Dari beberapa genotip hasil penilaian memperlihatkan penampilan karakter melebihi salah satu dan atau keduanya. Terdapat beberapa karakteria yang melebihi dari apa yang diharapkan seperti berumur genjah. Berbatang satu, tinggi tanaman sedang, matang serentak, tipe kompak, bobot buah perpokok melebihi control. Selanjutnya galur terseleksi genotip ini dapat ditelaah lebih lanjut untuk dipertimbangkan menjadi genotif harapanItem HYBRID F1 KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) HASIL PERSILANGAN VARIETAS KENARI X KULTIVAR LOCAL KAMPAR(2014-03-05) Herman; Roslim, Dewi Indriyani; ZulkifliPemuliaan tanaman kacang hijau diawali dari pemilihan secara konvensional dan perkawinan silang diantara sesama kultivar liar dengan kultivar budidaya. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan variabilitas genetic pada tanaman kacang hijau. Penelitian dilakukan dengan melakukan persilangan antara kacang hijau varietas Kenari dengan kultivar local Kampar. Hasil persilangan mendapatkan 3 biji polong (1,6%). Ketiga biji F1tersebut akan ditanam untuk seleksiItem GENETICS DIVERSITY IN MANGO (MANGIFERA) SPECIES WITH OFF-SEASON FRUITING IN PEKANBARU, RIAU-INDONESIA(2014-03-05) Fitmawati; Rohayati, Suci; Herman; SyahdanAcross the Riau Province, Indonesia, the mango (Mangifera) shows a wide agroecological diversity and varietal wealth which can be exploited for off-season production. Various mango species are adptable for fruit production with diverse seasons in this area. In mango, off-season production is based on the genotype, environment and chemical interaction imposed on the mango trees, thus there is an ample scope in that area to work out specific mango cultivars for off-season production. Therefore, the studu was conducted during August 2010 to August 2011 with the objectives to investigate and characterize the off-season mango cultivars with existing soil of Pekanbaru City, Riau Province, Indonesia using genetic diversity and field survey as selection criterion. The relevant morphological, agronomic and anatomic data were analyzed with NTSYS-ps 2.02i program. Three different Mangifera spesies M. indica (with 32 cultivars), M. sumatrana (one cultivar) and M. odorata (one cultivar) were included in the study. However, 11 cultivars belong to M. indica Viz; arumanis, golek, manalagi, bapang, apel merah, gedong gincu, cowasji patel, surkha panditlawa, inayat pasand, atu-atu, jamuna ewre found with superior fruit characteristics and bearing. All of these cultivars produced fruits for long time period (February to October) or out-off season. Based on similarity matrix, mango of Pekanbaru city has Genetic similarity value of 0.21 to 0.87. Lowest similarity value noticed in cultivar manalagi found in tampan 8 and cultivar gedong gincu. However, highest similarity valuewas observed in cultivar manalagi found in bukit raya 4 and bukit raya 6. Cluster analysis manifested that genetic diversity in mango of Pekanbaru City was 13-64% with similarity level of 36-87%.Item SEKUEN GEN FERRITIN PARSIAL PADA VARIETAS PADI DARI PROVINSI RIAU TERKAIT HOMEOSTASIS FE PADA LAHAN RAWA PASANG SURUT(2014-03-05) Roslim, Dewi Indriyani; Herman; Nugraha, Fadel; Ardila, Yolla Putri; Wahibah, Ninik NihayatulIron is an essential micronutrient for plant growth and productivity. However, excess Fe is toxic, causing multiple damage to celluler structures. Commonly, tidal wetlands rice variety relative tolerance to waterlogged conditions and excess Fe. Mechanism of plants to tolerate the excess Fe is related to the action of ferritin protein. The objective of this study was to compare partial ferritin gene sequence between riau rice variety with national tidal wetlands rice variety, Siam Sintanur. This research was conducted through DNA extraction with CTAB method, amplification using forward primer OsFer_E5 and reverse primer OsFer_E8, sequencing, sequence analysis using BLAST and ClustalW program. There was a SNP (single nucleotide polymorphism) of partial ferritin gene sequence at base-114. IR64 and Siam Sintanur had base-Adenin while Bakung, Siputih, and Serei had base-Citosin at that position. Further investigations need to be doneItem EKSPORASI DAN KARAKTERISASI KEANEKARAGAMAN PLASMA NUTFAH MANGGA (MANGIFERA) DI SUMATRA TENGAH(2014-03-05) Fitmawati; Suwita, Anggi; Sofiyanti, Nery; HermanIdentifikasi dan karakterisasi adalah sebuah jembatan utama menuju pemanfaatan sember daya genetic tanaman dan konservasinya. Sumatera merupakan daerah hutan hujan tropis dengan keunikan bentangan dan aspek ekologisnya sehingga memiliki kekayaan hayati yang tinggi, salah satunya tanaman mangga. Namun, laju deforestasi hutan yang tinggi di Sumatera, khususnya bagian tengah menuntut perlunya dilakukan studi eksplorasi sumber daya hayati sebagai langkah awal konservasi. Keanekaragaman mangga di Sumatera adalah aspek penting dan menarik untuk dikaji karena ditemukan adanya karakter khusus yaitu kemampuan berbuah pada curah hujan tinggi. Karakter ini dapat digunakan sebagai sumber persilangan untuk perbaikan sifat tanaman mangga budidaya guna merakit bibit unggul yang beradaptasi dengan iklim basah. Eksplorasi keanekaragaman mangga di Sumatera tengah telah dilakukan dengan menggunakan metode survey, meliputi Provinsi Riau, Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Jambi. Hasil eksplorasi diperoleh 900 koleksi mangga yang terdiri dari delapan spesies mangga, antara lain M. indica, M.zelenica, M. odorata, M. laurina, M. foetida, M. quadrifida, M. torquendra dan M. kemanga.Item KEANEKARAGAMAN GENETIK UBI KAYU DI PROVINSI RIAU BERDASARKAN MORFOLOGI DAUN DAN BATANG(2014-03-05) Roslim, Dewi Indriyani; Herman; Chaniago, Murtiana; Restiani, RiniUbi kayu merupakan bahan pangan alternatif pengganti beras yang berpotensi untuk dikembangkan. Beberapa varietas ubi kayu diketahui telah beradaptasi dengan baik pada kondisi tanah di Provinsi Riau yang memiliki pH asam (yaitu di bawah 5) serta miskin hara mineral yang dibutuhkan oleh tanaman. Penelitian bertujuan mengeksplorasi ubi kayu dari provinsi Riau. Ubi kayu dieksplorasi dari kabupaten Rokan Hulu, Riau. Ubi kayu hasil eksplorasi kemudian ditanam di kebun Biologi FMIPA Universitas Riau untuk dievaluasi. Morfologi yang diamati meliputi bentuk daun; warna daun, tangkai daun, dan batang; diameter batang dan tangkai daun. Ubi kayu di Provinsi Riau memiliki keanekaragaman morfologi daun dan batang. Daun menjari dengan jumlah 5-9 jari. Warna daun berkisar hijau muda, hijau tua, atau belang kuning-hijau. Warna tangkai batang meliputi putih, kuning, atau merah. Penelitian ini merupakan titik awal pengembangan ubi kayu di Provinsi Riau