Browsing by Author "Nofrizal"
Now showing 1 - 13 of 13
Results Per Page
Sort Options
Item ANALYSIS OF THE CONSTRUCTION AND DESIGN OF FISHING GEAR DRIFT GILLNET ARE USED IN WATERS KUALA KAMPAR, KUALA KAMPAR SUB DISTRICTS, PELALAWAN DISTRICTS RIAU PROVINCE(2013-06-25) Khairi, Febria; Yusuf Syofyan; NofrizalThis research was conducted on 26 June – 5 July 2011 at Village Teluk, Kuala Kampar sub district, Pelalawandistrict in Riau Province. This research aims to examine the construction of drift gillnet fishing gear resulting in a drift gillnet new design. The Method used in this research is a survey method is by directly observing FISHING gear drift gillnet used by fishermen at Teluk Village. Characteristics nets studied and the data are compared according to the discussion of literature study that resulted in the design of fishing gear drift gillnet new. From the comparison there are several differences as follows: webbing; mesh size, the number of mesh size (MD and ML), weight and knot nets. Line rigging; structural line as well as the amount of line ris up and strap ris down below. Buoys; Amount buoys and distance installation. Ballast; Amount weights and distances installation. Peluntang; Amount bouys and distance installation.Item CONDITION OF PHYSIOLOGY FISH TILAPIA (OREOCHROMIS NILOTICUS) ARREST IN THE PROCESS OF USING TOOLS TO CAPTURE ACTIVELY MONITORED ELECTROCARDIOGRAPH (ECG)(2013-07-31) Armen, Wahyudi; Nofrizal; IsnaniahThe research was conducted in March 2013 with the object of Tilapia (Oreochromis niloticus). The research objects are counted by the number of heartbeats different current treatments. The purpose of this study was to determine the heart rate of tilapia (Oreochromis niloticus), a basic knowledge of predicting the rate of metabolism and respiration and heart rate also determine the activity of tilapia at different swimming speeds, in the process of catching up with the use of active fishing gear. The higher the flow rate used in tilapia fishes the heart rate up, and seen in the relative heart rate ranging from (1.1 to 3.78), a portrait that fish require a lot of energy so that the fish is also increasing the body's metabolisme.Item Dampak perubahan suhu lingkungan perairan terhadap perubahan kemampuan renang ikan jack mackerel (Trachurus japonicus) melalui pendekatan fisiologi(2017-06-07) NofrizalPengaruh perubahan suhu lingkungan perairan (10⁰C pada musim dingin, 15⁰C pada musim gugur dan semi, dan 22⁰C pada musim panas) terhadap kemampuan renang ikan jack mackerel (Trachurus japonicus) (Fork Length (FL):14,48±0,77 cm) diamati di dalam sebuah tangki berarus. Suhu air di dalam tangki aklimasi ikan selama percobaan dan tangki berarus dikendalikan dengan menggunakan pengatur suhu digital. Pada saat ikan berenang dengan variasi kecepatan yang berbeda dilakukan pula pengukuran laju detak jantung dengan menghubungkan sepasang eletroda enamel insulated tungsten pin yang ditanam pada bagian rongga pericardial ikan tersebut. Sepasang elekroda tersebut dihubungkan ke Elektrokardiograf melalui sebuah kawat tembaga halus dan bio-amplifier. Kemudian untuk menduga kecepatan renang maksimum ikan pada kondisi suhu perairan yang berbeda (10, 15, dan 22⁰C) diestimasi dengan menggunakan metode kontraksi otot minimum. Kontraksi otot diukur dengan menggunakan strain gages yang diberikan ransangan listrik 7 volt. Reaksi konstraksi otot terhadap ransangan listrik dapat di monitor pada layar electro-myograf. Hasil pengamatan menunjukan daya tahan dan kecepatan renang ikan jack mackerel menurun pada suhu lingkungan perairan yang lebih rendah (10⁰C) dari pada suhu lingkungan yang lebih hangat (15 dan 22⁰C). Kisaran kecepatan renang sustained swimming speed < 2,5FL/detik untuk suhu 10⁰C, < 3,4FL/detik untuk suhu 15⁰C, dan < 3,2FL/detik untuk suhu 22⁰C. Estimasi kecepatan renang maksimum berdasarkan metode minimum muscle contraction time menunjukkan kecepatan renang lebih lambat pada suhu 10⁰C, yaitu 10,1±2,2 FL/detik. Kecepatan renang maksimum tersebut meningkat menjadi 13,9.±2,9 FL/detik pada suhu yang lebih hangat (15⁰C) dan 13,9±3,2 FL/detik pada suhu 22⁰C. Aktivitas rata-rata laju detak jantung ikan juga menurun (25,3±5,7 detak/menit) pada suhu rendah (10⁰C), meningkat 38,9±11,1 detak/menit pada suhu yang lebih hangat (15⁰C) dan meningkat lebih tinggi 67,2±13,2 detak/menit pada suhu 22⁰C. Lebih lanjut, hubungan antara suhu lingkungan perairan, kemampuan renang ikan dan proses fisiologi T. japonicus didiskusikan secara mendalam dalam makalah iniItem Fatigue And Stress For Jack Mackerel (Trachurus Japonicus) During Capture Process By Ecg Monitoring(2016-04-04) Nofrizal; Ahmad, Muchtar; Arimoto, TakafumiA simulation experiment was conducted in the flume tank to investigate fish stress and physiological condition during swimming in active sampling methods through electrocardiograph (ECG) monitoring. Jack mackerel, Trachurus japonicus of 18.68±0.90 cm fork length (average ± S.D., n = 90) was forced to swim in the flume tank with the swimming speed levels of 1.09-9.12 FL/s at 10, 15 and 22°C respectively. The heart rate was measured by impleting a pair of electrode at pericardial cavity region of fish, which was conected to digital oscilloscope via an bio-amplifier. The highest stress level was occurred at vicinity of the maximum sustained and prolonged swimming speed. This indicated that the heart rate was increasing steadily to reach 3.60 times greater than control value for 10°C, 4.03 for 15°C, and 4.20 for 22°C. The recovery time for post-exercise was monitored to be the longest (up to 543 min) at these swimming speed levels. The physiological conditions of jack mackerels are discussed in relation to the cardiac activities during active sampling gear process.Item Management and Production Technology of The Traditional Dockyard in Bagan Siapiapi, Indonesia(2016-03-30) Nofrizal; Ahmad, Muchtar; Syaifuddin; Sukandi, FarianA series research activity was conducted on four traditional wooden dockyards in Bagan Siapiapi, Indonesia to be conscious production technology and management system of the traditional dockyard for producing wooden boat. Six respondents were interviewed from four traditional wooden dockyards, which as an owner of dock yard, foreman, and carpenter. The data of wooden boatbuilding skill, management of employee, material and tools for wooden boatbuilding, and quality assurance were collected and then those are described and analyzed. The results show that the productions of traditional wooden dockyards were decrease since 2007 to 2012 due to limited wooden material for boat’s construction. Wooden boatbuilding technology is traditionally carried out by the simple equipment, i.e. 82.4% of tools used manually by hand and 17.6% mechanical equipment with electric power. Boatbuilding skill was obtained by them from generation to generation. Almost all of boat construction was made of wood, which they obtained around Rokan Hilir, Rokan Hulu and Bengkalis Regency. Wood processing for boat construction is conducted by sunlight drying, whichever after coated by kerosene or diesel oil. Even though, the boat production generated by the traditional wooden dockyard still gets quality assurance, such as boat performance and leak test. Further, production technology and management of the traditional wooden boat dockyard in Bagan siapiapi are discussed detail in this paper.Item PENERAPAN TEKNOLOGI PEMBUATAN KAPAL FIBERGLASS PADA GALANGAN KAPAL TRADISIONAL DI BAGANSIAPI-API KABUPATEN ROKAN HILIR(2013-04-01) Nofrizal; Ahmad, Muchtar; Syaifuddin; Zain, JonnySemakin langkanya jenis kayu khusus sebagai bahan baku kapal kayu, mengakibatkan banyak galangan tradisional yang terancam tutup. Ini telah me-nimbulkan gejala deindustrialisasi maritim khususnya di bidang perkapalan di Provinsi Riau. Sedangkan penggunaan bahan alternatif seperti fiberglass menuntut peningkatan kompetensi tukang kapal agar menguasai teknik pembuatan dan pengolahan bahan baku baru serta keterampilan menggunakan peralatan yang berkaitan. Demi keberlanjutan usaha galangan kapal, maka pengenalan teknik pengolahan dan pembuatan kapal dengan bahan baku yang baru itu (fiberglass) perlu dilakukan, melalui program penerapan teknologi pembuatan kapal dengan bahan fiberglass pada galangan kapal tradisional. Perubahan teknologi ini tentu memicu pula perubahan pola pengelolaan usaha galangan kapal, yang pada gilirannya berdampak terhadap ekonomi usaha dan perekonomian wilayah tempatan. Fiberglass adalah suatu bahan buatan dalam pembuatan kapal dengan teknologi yang relatif sederhana. Karena dalam pembuatan kapal FRP (Fiberglass Reinforced Plastic) yang berbahan fiberglass itu tidak rumit, yakni dengan cara menempelkan fiberglass dengan resin yang dibentuk oleh cetakan atau kerangka kapal model. Dengan bahan dan cara seperti itu, jelas tidak memerlukan kemahiran yang canggih seperti membuat kapal dari kayu. Kapal dengan bahan fiberglass tidak memerlukan biaya perawatan khusus, konstruksi lebih ringan dan kuat, bahan baku mudah didapat, serta pembuatannya relatif mudah, karena tidak memerlukan peralatan khusus dan berteknologi tinggi. Hanya saja banyak pemilik galangan beranggapan bahwa mengembangkan usaha pembuatan kapal dengan fiberglass memerlukan peralatan berteknologi tinggi sehingga teknik pembuatannya sulit dikuasai. Sedangkan untuk keberlanjutan usaha galangan kapal tradisional bahan fiberglass merupakan suatu solusi cerdas yang dapat digunakan mengatasi kelangkaan bahan baku kapal kayu. Pengenalan dan penerapan teknologi pembuatan kapal berbahan fiberglass perlu ditinjau dari berbagai aspek (teknologi, manajerial, dan ekonomi), yang merupakan factor berpengaruh terhadap pengembangan usaha galangan kapal tradisional. Jadi suatu tindakan yang bijaksana patut dilakukan, dengan tujuan meningkatkan tarap hidup dan perekonomian masyarakat melalui perubahan teknologi bahan kapal, manejemen usaha galangan kapal, yang membawa dampak terhadap pembangunan perekonomian wilayah.Item Penerapan Teknologi Pembuatan Kapal Fiberglass Pada Galangan Kapal Tradisional Di Bagansiapi-Api Kabupaten rokan Hilir(2013-05-14) Nofrizal; Ahmad, Muchtar; Syaifudin; Zain, JonnySemakin langkanya jenis kayu khusus sebagai bahan baku kapal kayu, mengakibatkan banyak galangan tradisional yang terancam tutup. Ini telah meninribulkan gejala delndustrlalisasi maritim khususnya dl bidang perkapalan di Provinsi Riau. Sedangkan penggunaan bahan alternatif seperti fiberglass menuntut pentngkatan kompetensi tukang kapal agar menguasai teknik pembuatan dan pengolahan bahan baku baru serta keterampilan menggunakan peralatan yang berkaitan. Demi keberlanjutan usaha galangan kapal, maka pengenalan teknik pengolahan dan pembuatan kapal dengan bahan baku yang baru itu (fiberglass) perlu dilakukan, melalui program penerapan teknologi pembuatan kapal dengan bahan fiberglass pada galangan kapal tradisional. Perubahan teknologi ini tentu memicu pula perubahan pola pengelolaan usaha galangan kapal, yang pada gilirannya berdampak terhadap ekonomi usaha dan perekonomian wilayah tempatan. Fiberglass adalah suatu bahan buatan dalam pembuatan kapal dengan teknologi yang relatif sederhana. Karena dalam pembuatan kapal FRP (Fiberglass Reinforced Plastic) yang berbahan fiberglass itu tidak rumit, yakni dengan cara menempelkan fiberglass dengan resin yang dibentuk oleh cetakan atau kerangka kapal model. Dengan bahan dan cara seperti itu, jelas tidak memerlukan kemahiran yang canggih seperti membuat kapal dari kayu. Kapal dengan bahan fiberglass tidak memerlukan biaya perawatan khusus, konstruksi lebih ringan dan kuat, bahan baku mudah didapat, serta pembuatannya relatif mudah, karena tidak memerlukan peralatan khusus dan berteknologi tinggi. Hanya saja banyak pemilik galangan beranggapan bahwa mengembangkan usaha pembuatan kapal dengan fiberglass memerlukan peralatan berteknologi tinggi sehingga teknik pembuatannya sulit dikuasai. Sedangkan untuk keberlanjutan usaha galangan kapal tradisional bahan fiberglass merupakan suatu solusi cerdas yang dapat digunakan mengatasi kelangkaan bahan baku kapal kayu. Pengenalan dan penerapan teknologi pembuatan kapal berbahan fiberglass perlu ditinjau dari berbagai aspek (teknologi, manajerial, dan ekonomi), yang merupakan factor berpengaruh terhadap pengembangan usaha galangan kapal tradisional. Jadi suatu tindakan yang bijaksana patut dilakukan, dengan tujuan meningkatkan tarap hidup dan perekonomian masyarakat melalui perubahan teknologi bahan kapal, manejemen usaha galangan kapal, yang membawa dampak terhadap pembangunan perekonomian wilayah.Item PENGARUH MODIFIKASI ALATTANGKAP PANGING TONDA DENGAN PENGGUNAAN JENIS MATA PANGING BERKAIT GANDA (DOUBLE HOOK) DAN BERKAIT TIGA (TRIPLE HOOKj TERHADAP HASIL TANGKAPAN(2012-12-02) NofrizalTujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan hasil tangkapan dari tiga bentuk mata pancing yang berbeda, yaitu mata pancing berkait tunggal {single hook), mata pancing berkait ganda {double hook) dan mata pancing berkait tiga {triple hook). Sehingga dapat diketahui mata pancing yang paling efektif digunakan untuk pancing tonda. Sedangkan masalah utama yang melatar belakangi penelitian ini iaiah sering lolosnya ikan setelah atau sedang memakan umpan dan mata pancing, sehingga umpan tersebut habis tetapi mata pancing gagai terkait pada mulut ikan. Oleh karena itu timbul beberapa asumsi permasalahan terhadap alat tangkap tradisional (lama), diantaranya; kurang efektifnya mata pancing tunggal yang biasa digunakan oleh nelayan setempat selama ini, sehingga hasil tangkapan banyak yang lotos, kecilnya peluang terkaitnya mata pancing tunggal pada ikan dan rendahnya hasil tangkapan pancing tonda persetting. Diharapkan dengan menambah jumlah kait pada mata pancing dapat meningkatkan peluang terkaitnya ikan yang memakannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode experimental fishing. Dimana ketiga bentuk mata pancing diujicobakan dilapangan untuk menemukan jenis mata pancing yang terbaik dengan hasil tangkapan yang optimal untuk perikanan pancing tonda. Sedangkan rancangan percobaan Rancangan Acak Lengkap dengan tiga perlakuan (ketiga jenis mata pancing). Selanjutnya data hasil tangkapan dianalisis dengan menggunakan analisis of variance (ANOVA) untuk melihat perbedaan hasil tangkapan. Berdasarkan analisa data hasil tangkapan dari ketiga bentuk mata pancing secara statistik dapat diambil kesimpulan bahwa mata pancing tonda dengan mata pancing berkait satu (single hook), mata pancing berkait dua (double hook) dan mata pancing berkait tiga (triple hook) tidak memperlihatkan adanya pengaruh secara nyata terhadap hasil tangkapan. Namun dilihat dari total hasil tangkapan, jenis mata pancing berkait tiga lebih banyak hasil tangkapannya bila dibandingkan dengan jenis mata pancing berkait satu dan berkait dua. Jenis ikan yang bernilai ekonomis tinggi yang tertangkap selama penelitian yaitu ikan tongkol (Euthynnus pelamis) sebanyak 38 ekor (34,23%) pada mata pancing berkait satu, 33 ekor (29,27%) pada mata pancing berkait dua dan 40 ekor (36,84%) pada mata pancing berkait tiga. Pada mata pancing berkait tiga hasil tangkapan lebih banyak antara lain disebabkan gerakkan mata pancing ini lebih aktif bergerak di dalam perairan dan posisinya di dalam perairan lebih dalam, karena massa lebih berat sehingga ikan tongkol lebih dahulu menjangkaunya.Item PERAN KAJIAN KEMAMPUAN DAN TINGKAH LAKU RENANG IKAN BAUNG (HEMIBAGRUS SP) UNTUK TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN DAN USAHA BUDIDAYA(2012-10-30) Nofrizal; Ahmad, MuchtarPenelitian kemampuan dan tingkah laku renang ikan baung (Hemibagrus spp) merupakan penelitian dasar untuk pengembangan metode penangkapan ikan dan teknik budidaya ikan baung di air deras. Daya tahan dan kecepatan renang ikan diuji dalam swimming chanel flume tank sehingga mendapatkan data tentang karakteristik kemampuan renang ikan baung. Informasi dan data tentang karakteristik kemapuan renang akan disajikan dalam bentuk ”swimming curve”, yang berguna untuk mengetahui kondisi fisiologis ikan ketika melakukan aktivitas renang. Kondisi fisiologis tersebut meliputi proses metabolisme dan respirasi. Informasi ini sangat berguna untuk mengetahui kecepatan arus ideal di dalam usaha budidaya ikan di dalam keramba. Untuk usaha penangkapan, swimming curve juga dapat digunakan untuk memprediksi kecepatan maksimum renang ikan. Kecepatan maksimum renang ikan sangat diperlukan untuk menduga peluang ikan baung lolos dan menghindar dari alat penangkapan ikan selama proses penangkapan.Item Peran kajian kemampuan dan tingkah laku renang ikan baung (Hemibagrus sp) untuk teknologi penangkapan ikan dan usaha budidaya(2012-10-30) Nofrizal; Ahmad, MuchtarSwimming speed and endurance of baung (Hemibagrus sp)(FL = 16.13 ±1.14 cm) observed in swimming channel. Swimming speed has negative correlation to the endurance time. The endurance time was decreased when the swimming speed increased. Sustained swimming speed was less than 2.5 BL/s, corresponded to 40.3 cm/s and burst swimming speed was up to 10.5 BL/s, corresponded to 169.4 cm/s. Prolonged swimming speed was 2.5-10.5 BL/s (40.3-169.4 cm/s). Sustained swimming speed are recommended for fish-farming in aquaculture cage. Burst swimming speed was illustrated swimming speed of fish to escape and avoid the gear in capture process.Item Prosiding Seminar Nasional Pelestarian Lingkungan 2018(wahyu sari yeni, 2019-01-10) Sukendi, Sukendi; Saam, Zulfan; Yusni Ikhwan, Siregar; NofrizalSektor pariwisata sebagai kegiatan perekonomian telah menjadi andalan potensial dan prioritas pengembangan bagi sejumlah negara. Keberadaan pariwisata di Indonesia merupakan salah satu penunjang perekonomian yang memilki prospek yang cerah, tetapi hingga dewasa ini belum memperlihatkan peranan yang sesuai dengan harapan dalam proses pembangunan di Indonesia. Industri wisata merupakan suatu sumber pemasukan devisa yang penting untuk negara berkembang yang memiliki kekayaan sumber daya alam dan budaya yang unik dan tinggi. Indonesia merupakan suatu bentang kepulauan terbesar di dunia.Pemanfaatan kekayaan hayati dan budaya telah menjadikan Indonesia sebagai salah satu tujuan wisata dunia. Dimana potensi untuk pengembangan pariwisata di Indonesia masih tidak terbatas. Provinsi Riau merupakan salah satu wilayah di Pulau Sumatera yang pengembangan ekowisatanya masih cukup lambat, apabila dibandingkan dengan beberapa sektor-sektor yang lain. Provinsi Riau juga memiliki potensi wisata yang cukup menarik dan dapat dikembangkan menjadi salah satu wilayah kunjungan wisata di kawasan Sumatera Daratan. Salah satu potensi yang dapat dikembangkan dari beberapa jenis wisata tersebut adalah wisata alam diantaranya Wisata Alam Taman Nasional Bukit Tiga Puluh di Kabupaten Indragiri HuluItem Sektor Perikanan Merupakan Salah Satu Industri Andalan Kemaritiman(2017-06-07) NofrizalMakalah ini mengambarkan bagaimana kondisi dan prospek industri perikanan Indonesia sebagai salah satu bagian industri kemaritiman di dunia. Studi literatur digunakan dalam pengumpulan data dalam makalah ini. Untuk memperkaya analisis maka, survei juga dilakukan terhadap mahasiswa di Jepang, Korea, dan Indonesia untuk melihat presepsi dan kebiasaan mereka mengkosumsi produk perikanan. Kebiasaan dalam mengkosumsi produk perikanan mahasiswa di Jepang setiap minggunya berkisar 26-29% dari total responden yang disurvei. Sedangkan kebiasaan makan produk perikanan untuk mahasiswa Indonesia berkisar antara 23- 28% dari total responden. Kebiasaan makanan produk perikanan terendah dari ketiga negara tersebut ialah Korea. Dari 102 orang mahasiswa sebagai responden, 29% tidak pernah mengkosumsi produk perikanan dalam seminggu. Peningkatan konsumsi masyarakat dunia akan produk perikanan tentunya akan memberikan dampak besar terhadap meningkatnya produksi perikanan tangkap Indonesia, yang mana di tahun 2011 sebesar 5.332.862 ton dan 2012 sebesar 5.420.247 ton. Hal ini memungkinkan Indonesia sebagai salah satu negara maritim menjadi produser perikanan tangkap laut nomor dua di dunia setelah Cina. Bahkan, Indonesia pada tahun yang sama bisa mengalahkan beberapa Negara besar seperti Amerika Serikat, Peru Rusia dan lain sebagainya.Item Swimming Exercise Impact on Cardiac Activities of Jack Mackerel (Trachurus japonicus) and Tilapia (Oreochromis niloticus) by Electrocardiograph Measurement(2016-08-28) NofrizalNinety jack mackerels (18.68±0.90 cm, Fork Length (FL) (average ± S.D., n = 90) and twenty nile tilapias (14,80±1,20 cm, n = 20) were forced to swim in swimming channel of flume tank at various swimming speed level as 20.40-147.00 cm/s, which corresponded to 1.09-9.12 FL/s at 10, 15 and 22°C respectively for jack mackerel and 5.97-47.73 cm/s, which corresponded to 0.37-3.85 FL/s for nile tilapia. The heart rate was measured by impleting a pair of electrode at pericardial cavity region of both fish, which was conected to digital oscilloscope via an bio-amplifier. The highest stress level was occurred at vicinity of the maximum sustained and prolonged swimming speed. This indicated that the heart rate of jack mackerel was increasing steadily to reach 3.60 times greater than control value for 10°C, 4.03 for 15°C, and 4.20 for 22°C in prolonged swimming speed. The incremental of heart rate was reach 3.85 times greater than control value at 25°C for tilapia. The recovery time for post-exercise was monitored to be the longest (up to 543 min) at these swimming speed levels for jack mackerel. The incremental of heart rate in relation to swimming speed level are discussed deeply in this paper.