LRP-Engineering
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing LRP-Engineering by Author "Aman"
Now showing 1 - 3 of 3
Results Per Page
Sort Options
Item PENGARUH TEMPERATUR PADA PIROLISIS TANDAN KOSONG SAWIT(TKS) MENJADI BIO-OIL DENGAN KATALIS HZSM-5(2013-03-22) Aman; SunarnoUntuk mengatasi permasalahan ketergantungan Indonesia pada bahan bakar fosil sudah saatnya melakukan pengembangan sumber bahan bakar alternatif terbarukan. Salah satu bahan bakar terbarukan adalah bio oil yang dapat dihasilkan melalui proses pirolisis. Untuk memperoleh bio oil yang berkualitas perlu pirolisis katalitik. Tujuan penelitian ini adalah menentukan pengaruh temperature pirolisis dengan katalis HZSM-5 terhadap yield bio oil dan menentukan karakteristik fisika dari bio oil yang dihasilkan. Pirolisis tandan kosong sawit dilakukan pada temperature 290,300,310,320"C dengan rasio berat katalis HZSM- 5/biomassa 2%. Jumlah biomassa tandan kosong sawit yang dimasukkan dalam reaktor adalah 50 gram dan silinap sebagai termo oil sebanyak 1 liter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makin tinggi temperature pirolisis maka jumlah yield makin naik, dengan yield tertinggi 73,6% pada suhu 320^C. Bio oil yang diperoleh mempunyai densitas 1.008 gr/ml, viskositas 12.63 cp, titiknyala 49 C.Item Produksi Asap Cair Sebagai Pengawet Bahan Pangan Pengganti Formalin Yang Berbasis Limbah Padat Sawit(2015-07-29) Padil; Aman; SunarnoSalah satu hal yang menghambat pemasaran savvit Indonesia di pasar Eropa adalah isu masalah lingkungan. Kesan yang timbui bahwa industri sawit Indonesia meriisak lingkungan sengaja dimunculkan oleh mereka sebagai alat untuk menerapkan trade barrier. Oleh sebab itu upaya perbaikan management harus diarahkan pada terbentuknya suatu sistem management. Lingkungan termasuk didalamnya teknik zero waste management (Dole. 1989) pada seluruh tahap kegiatan sampai dapat mencapai predikat ecolabelliiy. Salah satu ruang lingkup program untuk menghasilkan teknik zero waste adalah Memanfaatkan Limbah Padat Industri Sawit Menjadi Produk Yang Bernilai Ekonomis. Limbah padat sawit tersebut pada hakekatnya hanya limbah, ternyata merupakan sumber senyawa-senyawa yang penting dari hasil pirolisis konstituen kayu seperti selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Kelompok-kelompok terpenting dari senyawa tersebut meliputi fenol, karbonil, asam, furan, alkohol, ester, lakton dan hidrokarbon aromatik polisiklik (Hamm,1977). Fenol mempunyai sifat antibakteri dan antioksidasi.Item Produksi Asap Cair Sebagai Pengawet Bahan Pangan Pengganti Formalin Yang Berbasis Limbah Padat Sawit(2013-01-12) Padil; Aman; SunarnoSalah satu hal yang menghambat pemasaran sawit Indonesia di pasar Eropa adalah isu masaiah lingicungan. Kesan yang timbul bahwa industri sawit Indonesia merusak iingkungan sengaja dimunculkan oieh mereka sebagai alat untuk menerapkan trade barrier. Oieh sebab itu upaya perbaikan management harus diarahkan pada terbentuknya suatu sistem management. Lingkungan termasuk didalamnya teknik zero waste management (Dole. 1989) pada seluruh tahap kegiatan sampai dapat mencapai predikat ecolabelliiy. Salah satu ruang lingkup program untuk menghasilkan teknik zero waste adalah Memanfaatkan Limbah Padat Industri Sawit Menjadi Produk Yang Bernilai Ekonomis. Limbah padat sawit tersebut pada hakekatnya hanya limbah, ternyata merupakan sumber senyawa-senyawa yang penting dari hasil pirolisis konstituen kayu seperti selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Kelompok-kelompok terpenting dari senyawa tersebut meliputi fenol, karbonil, asam, furan, alkohol, ester, lakton dan hidrokarbon aromatik polisiklik (Hamm,1977). Fenol mempunyai sifat antibakteri dan antioksidasi. Dua senyawa utama yang diketahui mempunyai efek bakterisidal / bakteriostatik adalah fenol dan asam-asam organik yang dalam kombinasinya, kedua senyawa tersebut bekerja sama secara efektif mengontrol pertumbuhan mikroba (Pszezola,1995). Yangjuga menarik, proses pirolisis komponen kayu yang dihasilkan akan mengandung senyawa karsinogenik (benzopyren) kira-kira 10 ppm atau lebih kecil, j'ika asap cair yang dihasilkan dilewatkan kolom adsorpsi. (Padil, 2005; Plascheke, 2003). Disamping itu yang menarik juga adalah asap cair yang digunakan pada konsentrasi 6,5 g/kg dapat memperpanjang fase lag S.aureus sejumlah lOVml selama 4 hari pada suhu 30°C (Maga,1987).Sedangkan menurut Freheim et al. (1980), asap cair dengan konsentrasi 1000 ppm dapat menghambat S.aureus, dengan konsentrasi 2500 ppm dapat menghambat E.coli dan dengan konsentrasi 10.000 ppm menghambat S.cerevisiae. Dan jika asap cair dikombinasikan dengan NaCl efektif dalam mencegah pertumbuhan dan produksi toksin spora Clostridium botulinum tipe A dan E pada beberapa spesies ikan yang disimpan pada suhu 25^C selama 7 dan 14 hari.