11.Seminar Nasional Teknik Kimia Topi Tahun 2016
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing 11.Seminar Nasional Teknik Kimia Topi Tahun 2016 by Author "Fadli, Ahmad"
Now showing 1 - 8 of 8
Results Per Page
Sort Options
Item 07Sintesis, Kinetika Reaksi dan Aplikasi Kitin dari Cangkang Udang: Review(2017-01-09) Afriani, Yesi; Fadli, Ahmad; Maulana, Subkhan; Karina, IkaKitin merupakan biopolimer yang banyak ditemukanpadacangkang eksoskeleton artropoda (kepiting, dan udang), insekta, alga, dinding sel fungi, danyeast.Sumberbahan baku yang biasa digunakan untuk sintesis kitin adalah cangkang udang dan cangkang kepiting.Kitin berasosiasi dengan mineral dan protein didalam cangkang maupun dinding sel. Oleh karena itu, untuk mendapatkan kitin perlu dilakukan proses demineralisasi dan deproteinasi. Kedua proses isolasi kitin tersebut bisa dilakukan dengan dua macam metode yaitu metode enzimatis dan metode kimiawi. Enzim protease dan fermentasi asam laktat digunakan di dalam metode enzimatis, sedangkan di dalam metode kimiawi digunakan senyawa asam dan basa. Kitin memiliki sifat antibakterial, non-toksik, biokompatibilitas, dan biodegradabilitas sehingga dimanfaatkan dalam berbagai bidang. Pemanfaatan kitin banyak diaplikasikan sebagai adsorben ion logam dalam pengolahan air, pengawet, aditif makanan, pewarna, pigmen dalam rekayasa limbah, imobilisasi enzim,dan anti kolesterol. Kitin juga mudah diolah sebagai gel, membran, fiber dan film. Di bidang biomedis kitin dan turunannya dapat digunakan sebagai drug delivery, pembalut luka, dan pendiagnosis kanker. Selain itu, kitin juga merupakan bahan baku utama untuk membuat kitosan yang memiliki banyak manfaat diberbagai bidang dan memiliki nilai jual yang tinggi. Hal tersebut tentu memerlukan kualitas kitin yang baik sehingga secara tidak langsung akan berdampak terhadap kitin dan produk turunan yang dihasilkannya. Kinetika reaksi merupakan tinjauan untuk mendapatkan produk yang optimal dengan menggunakan konstanta reaksi yang didapat sebagai acuan untuk kondisi proses. Pada sintesis kitin tinjauan kinetika reaksi tentu akan lebih mengoptimalkan proses serta menghasilkan produk dengan kualitas lebih baik sehingga berdampak positif terhadap produk turunan yang akan dihasilkan. Pada makalah ini kami akan memaparkan penelitian terbaru tentang sintesis kitin dari cangkang udang termasuk tinjauan kinetika reaksi yang terjadi serta aplikasi kitin di berbagai bidang kehidupan.Item Integrasi Koating Silika – Tembaga Kobal Oksida Berbasis Nitrat pada Substrat Aluminium yang Disintesis Melalui Rute Sol-gel Dip-coating: Sifat Absorptansi dan Emitansi(2016-11-30) Amri, Amun; Fadli, Ahmad; Zultiniar; Zakiah, WildaTelah berhasil disintesis koating silika - tembaga kobal oksida pada substrat aluminium menggunakan metode sol-gel dip-coating untuk aplikasi solar selektif absorber. Lapisan koating antirefleksi silika yang diperoleh dari proses kalsinasi gel tetraethyl orthosilicate (TEOS) melapisi lapisan underlayer tembaga kobal oksida yang diperoleh dari proses kalsinasi gel tembaga kobal berbasis nitrat. Hasil integrasi selanjutnya dikarakterisasi sifat optisnya berupa absorptansi () dan emitansi () secara berturut-turut menggunakan UV-Vis- Nir yang dilengkapi bola integrasi dan FTIR spectrophotometer. Pengaruh jumlah siklus pencelupan – pengeringan (ketebalan) antirefleksi silika terhadap sifat absorptansi dan emitansi dari lapisan hasil integrasi diperlajari. Secara umum terlihat bahwa nilai absorptansi berfluktuasi terhadap peningkatan jumlah siklus pencelupan – pengeringan, dengan nilai absorptansi tertinggi =86,1% ditunjukkan oleh koating silika dengan 3 kali siklus pencelupan-pengeringan. Meskipun demikian absorptansi optimum =82,4% ditunjukkan oleh koating silika dengan 5 kali siklus pencelupan-pengeringan. Nilai emitansi menurun dengan meningkatnya siklus pencelupan-pengeringan koating silika dengan nilai emitansi terendah =4,8% ditunjukkan oleh koating silika yang disintesis dengan 5 kali siklus pencelupan - pengeringan. Penambahan ketebalan antirefleksi silika berdampak positif menurunkan emitansiItem Konversi Kulit Kerang Darah (Anadara granosa) Menjadi Serbuk Hidroksiapatit(2016-11-30) Yenti, Silvia Reni; Ervina; Fadli, Ahmad; Amri, IdralHidroksiapatit (HA) dapat dibuat dari kulit kerang darah (Anadara granosa). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kecepatan pengadukan dan waktu reaksi terha dap karakteristik hidroksiapatit. Metode pembuatan hidroksiapatit untuk memperoleh hidroksiapatit dengan kemurnian tinggi, maka digunakan metode hidrotermal suhu rendah dengan kondisi operasi pada suhu 90˚C. Prosedur penelitian dimulai dengan mempersiapkan bahan baku kulit kerang yang di kalsinasi pada suhu 1000˚C selama 6 jam, kemudian diperoleh konsentrasi CaO hasil analisa AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer) adalah 76,2%. dengan mereaksikan 36,9 gr NH4H2PO4 dilarutkan dalam 600 mL aquadest lalu ditambahkan CaO dari kulit kerang sebanyak 39,37 gr pada kecepatan pengadukan 100 rpm, 200 rpm, 300 rpm serta waktu reaksi 5 menit sampai 150 menit. Campuran direaksikan pada suhu sintesis 90˚C sampai terbentuk pasta. Pasta tersebut dikeringkan didalam oven pada suhu 120˚C selama 12 jam dan dikalsinasi pada suhu 900˚C selama 1 jam. Hasil penelitian yang menunjukkan hasil terbaik diperoleh dari kecepatan pengadukan 300 rpm adalah hidroksiapatit dengan fraksi massa 95%. Pengaruh kecepatan pengadukan adalah semakin besar kecepatan pengadukan, maka fraksi massa yang diperoleh akan semakin tinggi. Sedangkan waktu reaksi berpengaruh terhadap peningkatan hidroksiapatit, dengan semakin lama waktu reaksi menyebabkan terjadinya peningkatan CaO yang terkonversi menjadi hidroksiapatit.Item Pembuatan Cellular Glass dari Fly Ash Pabrik Kelapa Sawit(2016-11-30) Akbar, Fajril; Fadli, Ahmad; Ismawati, Heni; Sihombing, JessicaCellular glass adalah material insulasi termal yang tidak mudah terbakar, memiliki stabilitas termal rendah dan tahan terhadap bahan kimia. Cellular glass dapat dihasilkan menggunakan bahan baku abu terbang (fly ash) dan limbah pecahan kaca dengan penambahan dolomite sebagai foaming agent. Tujuan penelitian ini adalah membuat cellular glass dan menentukan komposisi penambahan foaming agent terbaik pada cellular glass yang dihasilkan. Cellular glass dibuat dengan metode foaming. Tahapan awal, Fly ash pabrik kelapa sawit dikalsinasi dengan suhu 600ºC selama 4 jam. Kemudian limbah pecahan kaca digiling menggunakan crusher sampai berbentuk powder. Selanjutnya fly ash dan limbah pecahan kaca serta dolomite diayak dengan menggunakan ayakan 100 mesh. fly ash 50% massa, glass powder 50% massa dan dolomite dengan variasi 0, 4, 8, 12, 16, dan 20% massa dicampurkan di dalam 32% massa larutan NaOH sampai terbentuk slurry. Slurry diaduk selama 30 menit. Selanjutnya slurry dikeringkan dalam oven pada suhu 105ºC selama 12 jam hingga terbentuk green bodies. Green bodies kemudian disintering pada suhu 900ºC selama 30 menit. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil terbaik adalah dengan komposisi fly ash 50% massa, glass powder 45% massa, dan dolomite 8% massa. Karakteristik cellular glass yang dihasilkan adalah Bulk density 1,041 gr/cm3, shrinkage 12,281%, porosity 58,738% dan compressive strength 2,877 MPa.Item Pengaruh Waktu Sintering terhadap Sifat Mekanik Tricalcium Phosphate (TCP) Berpori yang Dibuat dengan Metode Protein Foaming-Starch Consolidation(2016-11-30) Fadli, Ahmad; Helwani, Zuchra; Pratama, TeddyTricalcium phosphate (TCP) berpori merupakan material sintetik yang dapat digunakan sebagai tulang implan. Pembuatan TCP berpori ini dapat dilakukan dengan metode Protein Foaming-Starch Consolidation yang menggunakan kuning telur sebagai agen pembentuk pori. Tujuan penelitian ini untuk mempelajari pengaruh waktu sintering terhadap sifat mekanik TCP berpori yang dihasilkan serta karakteristik TCP berpori. Penelitian ini dimulai dengan mencampur bubuk TCP, kuning telur, darvan 821A dan starch. Slurry diaduk menggunakan stirrer dengan kecepatan 150 rpm selama 3 jam. Setelah itu, slurry dimasukkan kedalam cetakan dan dipanaskan dalam oven dengan suhu 180oC selama 1 jam. Kemudian sampel dilepas dari cetakan dan dimasukkan kedalam furnace untuk proses burning pada suhu 600oC selama 2 jam dan sintering pada suhu 1100oC selama 1, 2, dan 3 jam. Ukuran pori TCP berpori yang diperoleh sebesar 37-110 μm. Kuat tekan yang diperoleh sebesar 1.72 MPa pada porositas sebesar 71.50% dan kuat tekan turun menjadi sebesar 1.05 MPa pada porositas sebesar 81.7%. Semakin lama waktu sintering maka kuat tekan dari TCP berpori yang dihasilkan semakin besar dan porositas yang dihasilkan semakin kecilItem Pengembangan Kitosan Terkini pada Berbagai Aplikasi Kehidupan: Review(2016-11-30) Thariq, M. Reizal Ath; Fadli, Ahmad; Rahmat, Annisa; Handayani, RaniKitosan merupakan senyawa turunan dari hasil proses deasetilasi kitin yang banyak terkandung didalam hewan laut seperti udang dan kepiting. Kitosanmemiliki banyak manfaat dalam berbagai bidang kehidupan, beberapa diantaranya dalam bidang kesehatan seperti bahan baku dalam pembuatan biomaterial dan dalam bidang lingkungan seperti adsorben sebagai aplikasidalam atom penjerap atau atom pengikat untuk logam-logam berat kemudian dalam bidang ilmu pengetahuan sebagai koleksi data dari pemodelan kinetikareaksi pembuatan kitosan.Bahan baku utama pembuatan kitosan adalah cangkang hewan-hewan laut yang didalamnya mengandung kitin, seperti cangkang udang dan cangkangkepiting. Cangkang hewan laut mengandung senyawa kitin yang saling berikatan dengan mineral dan protein. Kitosan dapat disintesis dengan dua metode. Metode pertama secara enzimatis dengan menggunakan bantuan mikroba dan metode kedua secara kimia dengan bantuan bahan-bahan kimia. Secara garis besar sintesis kitosan dari kedua metode melewati beberapa proses seperti proses deproteinasi yaitu proses penghilangan protein yang ada pada bahan baku, proses demineralisasi yaitu proses pelepasan mineral yang masih terikat dalam bahan baku dan proses deasetilasi yaitu proses penghilangan atau pemutusan gugus asetil. Setiap metode memiliki kelebihan dan keuntungan masing-masing yang akan mempengaruhi kualitas kitosan yang dihasilkan. Aplikasi dari kitosan dalam bidang biomaterial diantaranya sebagai bahan baku pembuatan komposit kitosan- hidroksiapatit yang merupakan senyawa yang digunakan untuk pelapisan tulang.Sedangkan dalam bidang lingkungan, kitosan dapat diaplikasikan sebagai atom penjerap atau pengikat logam-logam berat seperti timbal, tembaga, kromium, dan raksa. Dalam paper ini akan dipaparkan tentang sintesis kitosan dan pemanfaatan kitosan sendiri pada berbagai bidang aplikasi kehidupan serta pemodelan kinetika reaksi.Item Sintesis Kitosan Dari Cangkang Udang(2016-11-30) Fadli, Ahmad; Ervina; Drastinawati; Huda, FeblilKitosan merupakan polimer rantai panjang yang disusun oleh monomer-monomer glukosamin (2-amino-2-deoksi-D-glukosa). Biopolimer ini disusun oleh dua jenis amino yaitu glukosamin (2-amino-2-deoksi-D-glukosa, 70-80%) dan N-asetil glukosamin (2-asetamino-2- deoksi-D-glukosa, 20-30%). Tujuan penelitian ini adalah mempelajari pengaruh waktu reaksi pada proses deasetilasi terhadap karakteristik kitosan. Cangkang udang yang telah dibersihkan kemudian dikeringkan di dalam oven dengan suhu 105oC untuk menghilangkan kadar airnya. Penghilangan protein dilakukan dengan mereaksikan serbuk cangkang dengan NaOH pada rasio berat cangkang udang dengan volume larutan NaOH 1:20. Kemudian disaring dengan kertas saring untuk diambil residunya dan dicuci menggunakan akuades sampai pH netral. Proses demineralisasi dilakukan dengan mereaksikan serbuk cangkang udang hasil proses deproteinasi dengan HCl 1 N dengan rasio berat kulit udang dengan volume larutan NaOH 1:15. Endapan hasil penyaringan dikeringkan dalam oven pada suhu 100 0C selama 4 jam. Karakteristik kitosan yang diperoleh dari pengaruh rasio massa kitin dengan volume larutan NaOH 1:20 pada proses deasetilasi menghasilkan kitosan dengan konsentrasi 86,02%. Waktu reaksi menjadi faktor yang berpengaruh dalam menghasilkan kitosan dengan konsentrasi tinggi. Diperoleh waktu reaksi optimum yang akan menghasilkan kitosan berkonsentrasi tinggi adalah 3 jam.Item Teknologi Microcarrier di dalam Aplikasi Biomedik: Review(2016-11-30) Fadli, Ahmad; Rahmi, Dwi Yerlis; Huda, Feblil; Pertiwi, Megawati DwiMicrocarrier adalah matriks pendukung yang merupakan teknik kulturisasi sel di dalam bioreaktor.Seiring dengan perkembangan bioteknologi microcarrier menjadi teknologi yang penting untuk produksi vaksin, protein rekombinan, antibodi, enzim, dan hormon.Berdasarkan sifat fisiknya microcarrier dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu microcarrier padat dan microcarrier cair.Salah satu faktor penting dalam produksi microcarrier adalah material yang digunakan.Sumber material microcarrier dapat berupa material sintetis maupun biomaterial.Meskipun microcarrier dari material sintesis memiliki reproduktifitas dan sifat mekanis yang baik namun kurang dapat mengenali sel, yang berdampak pada adhesi dan pertumbuhan sel serta suhu sterilisasi yang tinggi.Selain itu microcarrier dapat berbentuk microporous ataupun macroporous.Microporous carrier memililki pori sangat kecil sehingga tidak bisa dimasuki oleh sel. Microporous carrier memungkinkan sel untuk membentuk lingkungan mikro di dalam beads.Namun ketika microcarrier ini sepenuhnya kofluen dapat terbentuk lingkungan yang berbeda di dalam dan di luar beads.Perkembangan terbaru dalam teknologi microcarrier adalah macroporous carrier. Ukuran pori rata – rata macroporuous carrier adalah 30 – 400 μm dengan porositas 60 – 99%. Pori yang besar ini memungkinkan sel dengan mudah masuk dan berkembang biak di dalam microcarrier. Melihat pentingnya teknologi microcarrier dalam bidang biomedis, maka pada makalah ini akan kami paparkan pengembangan microcarrier terbaru yang menggunakan bahan dasar keramik termasuk aplikasi microcarrier di dalam biomedik.