PHKI-Agriculture

Browse

Recent Submissions

Now showing 1 - 3 of 3
  • Item
    Pengembangan Model Kesiapan Petani Kelapa Sawit Dalam Menghadapi Peremajaan Kebun (REPLANTING) Di Provinsi Riau
    (2015-05-04) Iyan, Ritayani; Ekwarso, Hendro; Taryono
    Kondisi lahan kebun petani kelapa sawit rata-rata sudah diatas 25 tahun dan sudah wajib untuk dilakukan peremajaan. Rata-rata setiap rumah tangga petani pada umumnya (70,83%) memiliki luas lahan kebun kelapa sawit yang telah memasuki usia tua sekitar 1- 2 Ha dengan bukti kepemilikan pada umumnya sertifikat (93,33%) dan SKT dari camat/lurah (5,83%), serta bukti lainnya (0,83%). Pada umumnya usia petani kebun kelapa sawit rakyat yang telah memasuki usia tua tidaklah dalam usia muda lagi. Sebagian besar (69,17%) usia mereka sudah diatas 41 tahun. selain itu, dengan tingkat pendidikan petani kelapa sawit pada umumnya Sekolah Menengah Pertama (SMP) ke bawah menyebabkan mereka relatif lebih cenderung untuk mendapatkan jenis pekerjaan yang kasar. Struktur aktivitas anggota keluarga yang sebagian besar (72,00%) berada pada usia sekolah dan hanya hanya sebanyak 28,00% dari anggota keluarga yang bekerja. Kondisi menambah beban petani dalam mengambil keputusan untuk melakukan peremajaan kebunnya yang telah memasuki usia tua. Selama ini para petani perkebunan kelapa sawit rakyat yang memasuki masa usia tua pada umumnya telah tergabung dalam kelompok tani sekaligus sebagai anggota koperasi. Berbagai upaya telah dilakukan petani bersama pengurus koperasi dan pemerintah desa dalam menghadapi peremajaan kebun kelapa sawit rakyat. Namun demikian pada umumnya koperasi dan kelompok tani serta petani belum ada keputusan yang bersifat kolektif tentang bagaimana model peremajaan yang disepakati bersama. Selama masa tunggu praktis petani tidak memperoleh pendapatan dari lahan yang diremajakan. Namun petani harus tetap melakukan pengeluaran terutama untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Disisi lain, tidak semua petani memiliki sumber penghasilan lainnya yang memadai untuk dapat menjaga pola konsumsinya. Kondisi ini tentunya menjadi masalah bagi petani dalam dihadapi masa tunggu. Pola konsumsi selama ini yang cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya pendapatan petani pada saat masih produktif akan sulit untuk dirubah dalam waktu seketika. Maka, harapan terbesar menutupi dissaving adalah dari sumber pendapatan selain lahan perkebunan yang sedang diremajakan.
  • Item
    Pengkayaan Pupuk Organik Dengan Teknologi Mikrob Untuk Mendukung Pertanian Terpadu Yang Berkelanjutan
    (2015-04-16) Hapsoh; Gusmawartati
    Sampah kota (sampah pasar, rumah tangga dan restoran) dan limbah pertanian (tandan kosong kelapa sawit, jerami, kulit pisang, dan kulit singkong) dapat dijadikan bahan baku pupuk organik. Pertanian terpadu merupakan pertanian yang menggabungkan pertanian (tanaman), peternakan dan perikanan dengan memperhatikan wawasan lingkungan. Kombinasi dari ketiga komponen tersebut dapat saling mendukung untuk menghasilkan produk yang aman bagi kesehatan manusia, hewan dan alam itu sendiri. Kebutuhan utama untuk menghasilkan produk pertanian adalah unsur hara sebagai sumber nutrisi. Untuk kegiatan tersebut sangat dianjurkan pupuk organik. Pupuk organik dapat diproduksi secara in-situ maupun ex-situ dengan memanfaatkan limbah sebagai bahan baku dan dapat diperkaya dengan teknologi mikrob. Produk yang dihasilkan dari dekomposisi bahan organik secara konvensional biasanya mempunyai kandungan unsur hara rendah, sehingga untuk aplikasinya diperlukan dalam jumlah besar. Pupuk organik yang ada baik yang diperkaya dengan mikrob sudah banyak di pasaran namun belum banyak yang teruji melalui penelitian. Penelitian ini direncanakan selama 3 tahun dan terdiri atas 7 tahap percobaan yaitu: Tahap I: penentuan bahan baku pupuk organik yang memberikan kadar hara tinggi, tahap II: identifikasi mikrob pendekomposisi yang sudah ada (MOS), isolasi dan uji potensi mikrob pendekomposisi tahap III: penentuan bahan pendekomposer pupuk organik yang alami dan efektif (Tahap I-III tahun I). Tahap IV-VI tahun II, tahap IV : isolasi dan uji potensi mikrob pemerkaya satu pupuk organik (mikrob penambat Nitrogen non-simbiotik), tahap V: isolasi dan uji potensi mikrob pemerkaya dua pupuk organik (mikrob pelarut Fosfat), tahap VI: aplikasi pupuk organik yang diperkaya pada percobaan pot (sedang berjalan) dan tahap VII (Tahun III): percobaan lapangan untuk komoditas tanaman perkebunan, pangan dan hortikultura. Dari hasil penelitian ini diharapkan paket teknologi produksi pupuk organik yang berkualitas dan ramah lingkungan. Teknologi mikrob dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara bagi tanaman, sehingga dapat mengurangi jumlah aplikasinya. Paket teknologi ini nantinya dapat diterapkan ditingkat petani tanaman pangan, hortikultura maupun perkebunan, sehingga cita-cita pertanian berkelanjutan dapat terwujud.
  • Item
    Evaluasi Daya Gabung dan Heterosis Hibrida Hasil Persilangan Half Diallel Lima Genotipe Cabai (Capsicum annum L.) di Lahan Gambut
    (2015-03-31) Armaini; Deviona; Wardati
    Dalam rangka perakitan varietas baru dilakukan hibridisasi lima genotype secara half diallel yang berguna untuk mengintrogesikan gen pengendali sifat toleransi ke tetua unggul. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan daya gabung umum dan daya gabung khusus hibrida di lahan gambut. Penelitian dilakukan secara eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok terdiri dari 15 genotipe hasil persilangan half diallel 5 tetua cabai dengan 3 ulangan. Karakter yang diamati adalah parameter kuantitatif yaitu tinggi tanaman, tinggi dikotomus, diameter batang, lebar tajuk, umur berbunga, umur panen, panjang buah, diameter buah, bobot per buah dan bobot buah per tanaman. Data yang diperoleh dianalisis dengan ANOVA, karakter genotype F1 yang berpengaruh nyata dianalisis lanjut dengan Duncan’s New Multiple Range Test (DNMRT) taraf 5 %. Selanjutnya dilakukan analisis daya gabung umum (DGU) dan daya gabung khusus (DGK). Hasil Penelitian menunjukkan bahwa genotype C5 memiliki nilai daya gabung umum terbaik untuk karakter diameter batang, diameter buah, bobot per buah dan bobot buah pertanaman, genotype C159 memiliki nilai daya gabung umum terbaik pada karakter tinggi tanaman, tinggi dikotomus dan lebar tajuk dan genotype C 120 memiliki nilai daya gabung umum terbaik untuk karakter panjang buah. Kombinasi persilangan yang memiliki nilai daya gabung khusus tinggi untuk karakter hasil adalah genotype C5 X C120.