Browsing by Author "Utami, Tania Surya"
Now showing 1 - 3 of 3
Results Per Page
Sort Options
Item Pengaruh Suhu dan pH pada Medium Onggok dan Ampas Tahu dalam Produksi Asam Lemak Tak Jenuh dengan Menggunakan Aspergillus oryzae(2017-01-09) Niawati, Septi; Utami, Tania Surya; Arbianti, Rita; Hermansyah, HeriAsam lemak tak jenuh merupakan komponen penting dalam pemeliharaan fugsi otak. Salah satu sumber asam lemak tak jenuh yaitu fungi atau kapang. Penggunaan mikroorganisme dalam produksi asam lemak sangat dipengaruhi oleh kondisi kultur seperti suhu dan pH. Dalam penelitian ini, kapang Aspergillus oryzae dikultur pada medium limbah berupa onggok dan ampas tahu dengan menggunakan metode submerged fermentation dengan variasi suhu inkubasi yang berkisar antara 25-350C dan variasi pH 4-7. Ekstraksi lipid dilakukan dengan menggunakan metode ekstraksi sonikasi dengan pelarut etanol dan kemudian lipid dianalisis dengan menggunakan Gas Chromatography (GC). Hasil penelitian menunjukkan bahwa medium onggok mengandung 30,25% karbon dan 0,2% nitrogen, sedangkan pada medium ampas tahu mengandung 26,5% karbon dan 3% nitrogen. Berdasarkan hasil Gas Chromatography, suhu optimum dalam produksi asam lemak tak jenuh berada pada 300C dengan menghasilkan lipid sebesar 1,4 g/L yang mengandung 65,88 % asam lemak tak jenuh terdiri dari 1,28% ,MUFA dan 64,6 % PUFA atau 1,28% oleat, 53,9% linoleat and 10,7% gamma linolenat. Sementara itu, pH 4 menghasilkan asam lemak tak jenuh tertinggi dengan lipid sebesar 1,27 g/L yang terdiri dari 54,44% asam lemak tak jenuh dengan 1,84% MUFA dan 52,6% PUFA atau 1,84% oleat and 52,6% linoleat. Dengan demikian, Aspergillus oryzae berpotensi sebagai sumber alternatif asam lemak tak jenuh.Item POTENSI MICROBIAL FUEL CELL SEBAGAI PENGOLAH LIMBAH CAIR INDUSTRI TEMPE(2014-06-30) Utami, Tania Surya; Arbianti, Rita; Hardiyani, Sekar PuriLimbah cair industri pada umumnya akan disalurkan dan diolah di fasilitas tersentralisasi yang masih menggunakan metode pengolahan limbah cair konvensional. Teknologi konvensional ini tidak banyak diaplikasikan pada industri menengah ke bawah di Indonesia, karena proses pengolahan yang sulit serta membutuhkan biaya yang cukup besar dalam pelaksanaannya. Microbial Fuel Cell (MFC) merupakan teknologi pengolahan limbah cair yang menjanjikan karena dapat menghasilkan energi listrik sekaligus menurunkan kandungan organik dalam limbah. Pada penelitian ini digunakan reaktor MFC single-chamber tanpa membran penukar ion serta digunakan limbah model dan limbah industri tempe sebagai substrat. Potensi MFC dalam penelitian ini dilihat dari penurunan kadar Chemical Oxygen Demand (COD) dan tegangan listrik yang dihasilkan. Penelitian ini mendapatkan hasil tegangan listrik paling maksimum dari reaktor MFC volume limbah 2000 mL yang diberi hambatan luar sebesar 100 Ω yaitu sebesar 0,80 V dengan densitas daya 1,13 mW/m2 dan persentase penurunan kadar COD sebesar 33,12%. Kadar COD pada limbah tempe yang telah diolah belum memenuhi baku mutu yang ditetapkan yaitu Kep-51/MENLH/10/1995 tentang baku mutu limbah cair industri. Konsentrasi COD terkecil diperoleh pada pengolahan MFC bervolume reaktor 2000 mL yaitu 11211,33 mg/L sedangkan pada peraturan tersebut ditetapkan bahwa kadar COD yang memenuhi syarat baku mutu sebesar 300 mg/L.Item Produksi PUFA dari Aspergillus oryzae Berbasis Onggok Dan Ampas Tahu Dengan Variasi Konsentrasi Karbon Dan Rasio Karbon-Nitrogen(2017-01-09) Putri, Laras Ragil Kuncoro; Arbianti, Rita; Utami, Tania Surya; Hermansyah, HeriLemak menjadi nutrisi yang berperan penting dalam proses metabolisme. Sebanyak 60% nutrisi yang dibutuhkan untuk perkembangan otak adalah berupa lemak. Polyunsaturated Fatty Acid (PUFA) yang terdiri dari omega-3 (linoleate) dan omega-6 (linolenat), merupakan asam lemak esensial yang digunakan untuk menjaga bagian-bagian struktural dari membran sel, serta mempunyai peran penting dalam perkembangan otak. Kapang adalah salah satu mikroorganisme oleaginous yang potensial sebagai sumber alternatif penghasil PUFA. Peneliti menggunakan Aspergillus oryzae sebagai mikroorganisme penghasil PUFA. Produksi single cell oil (SCO) dari mikroorganisme terhambat pada biaya operasional yang mahal, sehingga perlu adanya pemanfaatan limbah untuk menekan biaya operasional. Oleh karena itu, dalam penelitian ini digunakan limbah industri yaitu onggok tapioka dan ampas tahu sebagai medium kultivasi. Penelitian ini dilakukan dengan melalui dua tahap kultivasi. Kultivasi tahap pertama dilakukan dengan menggunakan variasi konsentrasi karbon (2% w/w, 3% w/w, 4% w/w, 5% w/w, dan 6% w/w), sedangkan kultivasi tahap kedua dilakukan dengan menggunakan variasi rasio C/N (20:1, 30:1, 40:1, 50:1). Setiap tahap kultivasi dilakukan beberapa proses untuk memperoleh SCO antara lain yaitu, kultur medium cair, pemanenan, dan ekstraksi. Proses ekstraksi dilakukan menggunakan etanol sebagai pelarut food grade. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan PUFA dalam lipid A. oryzae meningkat seiring peningkatan konsentrasi karbon. Persentase PUFA tertinggi berada pada konsentrasi karbon 6% (w/w), yaitu sebesar 60,8% (w/w). Pada variasi rasio C/N, persentase PUFA dalam lipid A. oryzae relatif menurun seiring dengan peningkatan rasio C/N. Persentase PUFA tertinggi berada pada rasio 30:1, yaitu sebesar 56,1% (w/w).