Browsing by Author "Muhardi"
Now showing 1 - 7 of 7
Results Per Page
Sort Options
Item Analisa Kekuatan Daya Dukung Pondasi Tiang Berulir Dengan Jumlah Dan Jarak Pemasangan Plat Ulir Bervariasi Sebagai Metode Peningkatan Daya Dukung Pondasi Tiang Pada Lapisan Tanah Gambut(2015-12-15) Fatnanta, Ferry; Satibi, Syawal; MuhardiSecara umum pesisir timur Sumatera merupakan daerah yang didominasi oleh lapisan tanah gambut yang relatif tebal, sehingga lapisan tanah tersebut mempunyai daya dukung rendah. Oleh sebab itu, untuk mendukung beban bangunan digunakan pondasi tiang. Tipe pondasi yang digunakan adalah cerocok. Namun saat ini penggunaan cerocok mengalami kesulitan disebabkan kayu yang digunakan untuk bahan cerocok sulit diperoleh dan melanggar peraturan lingkungan hidup. Selain pertimbangan tersebut, agar lebih ekonomis, direncanakan pondasi tiang tidak harus mencapai tanah keras. Kekuatan daya dukung mengandalkan gesekan antara permukaan pondasi dengan tanah. Untuk meningkatkan gaya gesek tersebut adalah dipasang ulir (ulir). Penggunaan pondasi tiang ulir sudah banyak digunakan untuk berbagai lapisan tanah lunak. Namun belum secara terperinci penggunaan pondasi ulir pada tanah gambut atau tanah organik. Oleh sebab itu, pada penelitian ini dilakukan studi mengenai daya dukung pondasi tiang ulir di lapisan tanah gambut. Penelitian ini bersifat uji eksperimen laboratorium dengan skala full scale. Kolam pengujian dibuat ukuran 6m x 2,5m dan kedalaman 1,80 m, diisi tanah gambut. Pondasi tiang dibuat dari pipa baja diameter 6cm, tebal plat ulir 5mm. Pada setiap pondasi tiang dipasang jumlah plat ulir bervariasi, yaitu 1, 2 dan 3 plat. Dimensi plat ulir dibuat seragam, yaitu diameter 35cm. Sedangkan jarak pemasangan plat ulir adalah 20cm; 30cm dan 50cm. Penelitian dilakukan dengan hipotesa bahwa pemasangan plat ulir akan lebih meningkatkan daya dukung pondasi tiang dibandingkan pondasi tiang tanpa ulir. Namun sejauh mana pengaruh variasi jarak pemasangan dan jumlah plat ulir yang berbeda dalam meningkatkan daya dukung pondasi tiang tersebut. Ini menjadi topik penelitian yang menarik.Item Kajian Kekuatan Daya Dukung Pondasi Tiang Berulir (Helical Piles) Sebagai Metode Peningkatan Daya Dukung Pondasi Tiang Pada Lapisan Tanah Lunak di Pesisir Provinsi Riau(2016-02-10) Fatnanta, Ferry; Satibi, Syawal; MuhardiSecara umum topografi Provinsi Riau merupakan daerah dataran rendah dan agak bergelombang dengan ketinggian pada beberapa kota yang terdapat di Wilayah Provinsi Riau antara 2 – 91 m diatas permukaan laut. Daerah tersebut didominasi oleh lapisan tanah lunak. Oleh sebab itu untuk mendukung beban bangunan diperlukan . Kebanyakan tipe yang digunakan adalah cerocok. Namun pada saat ini penggunaan cerocok mengalami kesulitan disebabkan kayu yang digunakan untuk bahan cerocok melanggar peraturan lingkungan hidup. Supaya lebih ekonomis, pondasi tiang direncanakan tidak harus mencapai tanah keras. Jadi kekuatan daya dukung mengandalkan kekuatan geser antara permukaan pondasi dengan tanah. Pada pondasi tiang konvensional, permukaan pondasi relatif halus, sehingga kekuatan gesek antara permukaan pondasi dengan tanah tidak signifikan. Salah satu cara untuk meningkatkan kekuatan geser tersebut adalah dipasang plat helik (plat ulir). Oleh sebab itu, pada penelitian ini dilakukan kajian mengenai daya dukung Berulir (Helical Pondasi tiang) pada tanah lunak daerah pesisir Propinsi Riau. Kajian tersebut meliputi kinerja berulir secara tunggal (single pondasi tiang) maupun secara kelompok (group pondasi tiangs). Pada penerapan berulir pada tanah lunak masih meninggalkan beberapa gap informasi yang belum terjawab, yaitu seberapa besar konstribusi peningkatan kekuatan daya dukung berulir apabila dibandingkan biasa (tak berulir) pada lapisan tanah lunak di daerah Provinsi Riau; apakah penempatan dan jumlah helical bearing plate yang telah dilaksanakan selama ini sudah optimal, dan bagaimana pengaruh perbedaan dimensi helical pada satu pondasi tiang terhadap kekuatan daya dukung helical pondasi tiang axial tekan pada tanah lunak. Kontribusi penelitian tersebut adalah memberikan alternatif pemilihan pada tanah lunak kepada para konsultan atau kontraktor; memberikan solusi pengganti cerocok kayu dan sebagai rujukan untuk pemanfaatan tiang pancang, dalam pengembangan serta penggunaannya sebagai salah satu solusi permasalahan yang terjadi pada tanah lunak. Untuk menjawab tujuan penelitian tersebut di atas, maka pada studi ini disusun suatu metodologi penelitian sebagai berikut. Pertama dibuat kolam pengujian yang diisi dengan material lapisan tanah lunak yang diambil dari kawasan pesisir Provinsi Riau. Kedua, dibuat pondasi tiang helical dengan 1, 2 dan 3 helix. Jarak helix dibuat variasi 1,5D dan 2D, dimana D diameter helix terbesar. Diameter helix dibuat bervariasi, pondasi tiang dipasang helix diameter sama, diameter terkecil dan diameter terbesar serta pondasi tiang dipasang diameter diameter bervariasi. Pemasangan helix, diletakkan pada bagian atas pondasi tiang dan bagian bawah pondasi tiang secara bergantian. Tahap 1 dilakukan uji tekan dan tarik untuk menentukan kapasitas daya dukung pondasi tiang helical tersebut. Hasil pengujian menunjukkan bahwa pemberian plat ulir dapat meningkaatkan daya dukung tiang mencapai 2,90 – 5,65 kali lebih besar dibandingkan tanpa plat ulir. Pemberian plat ulir memberikan peningkatan daya dukung, namun masih dipengaruhi oleh penempatan jarak plat ulir. Jarak makin rapat, 20cm memberikan daya dukung lebih besar dibandingkan oleh jarak 50cm atau 30cm. Secara umum, diamater plat lebih besar diharapkan memberikan daya dukung lebih besar. Kondisi sama juga terjadi pada pondasi tiang tipe LLL-30cm memberikan daya dukung lebih besar dibandingkan tipe LMS-30cm. Karena luas plat LLL lebih besar dibandingkan tipe LMSItem KARAKTERISTIK FISIS DAN MEKANIS ABU SAWIT (PALM OIL FUEL ASH) DALAM GEOTEKNIK(2013-08-26) Yuliana, Rizqi; Muhardi; Ferry, FatnantaPOFA is an agrowaste ash which is produced from fibers, nut shells, and empty fruit bunches when burnt at temperatures of about 800-10000C in boiler. The production of POFA is rising every year, it is disposed for landfills, now become an important environmental disposal issue. A large area is required for the disposal of these POFA waste materials. The landfill of POFA is the problem for the palm oil industry when it is not reused for any work. POFA contains a large amount of silicon dioxide with high pozzolanic reactivity and has high potential to be used in any engineering work. This research examined POFA characteristics in geotechnical application and its influence by curing periods on 0, 7 and 28 days. In this paper, physical and mechanical characteristics of POFA in geotechnical work will be shown. The chemical composition of POFA prove the existence of SiO2, Al2O3, Fe2O3 and CaO as important substances supporting pozzolan reaction during cured. The result shows that the characteristic of POFA has similar behaviour with sands. Coefficient of permeability decreased during curing periods. Besides, cohesion shear strength, angle of friction, cohesion undrained, and CBR value are improve during curing periods.Item Karakteristik Kimia, Fisis dan Mekanis Abu Dasar dalam Aplikasi Geoteknik(2015-12-15) Muhardi; Fatnanta, Ferry; Maharani, Mei SarahAbu dasar adalah sisa hasil proses pernbakaran batu bara yang bcrada pada dasar tungku, rnerupakan limbah. Perbedaan perlakuan terhadap batu hara rnernbuat variasi kandungan dari abu batu bara. Penelitian ini bertujuan untuk rnengetahui karakteristik kirnia dan tlsis abu dasar untuk dimanfaatkan dalarn aplikasi geoteknik dan melihat pengaruh terhadap pertambahan waktu pada 7, 28 dan 56 hari terhadap karakteristik mekanis. Pengujian kornposisi kirnia dilakukan unluk rnengetahui kandungan kimia yang berpcran dalam reaksi pozzolan selarna masa perneraman. Hasil pcnguiian karakteristik fisis rnenunjukkan bahwa abu dasar mcrniliki kemiripan periluku seperti pasir. Terjadi perubahan scperti pengurangan nilai permeabilitas. angka pori. dan indeks pernarnpatan seiring dengan bertambahnya waktu, Selain itu terjadi peningkatan waktu konsolidasi. sudut gcscr. kohesi. dan nilai CBR seiring dengan bertambahnya waktu pemeramanItem Perbaikan Tanah Lunak Di Pesisir Riau Dengan Metoda Kolom Dari Campuran Abu Terbang Dan Abu Dasar(wahyu sari yeni, 2017-07-22) Muhardi; Fatnanta, Ferry; Satibi, SyawalPosisi Propinsi Riau yang berada di daerah pesisir dan dataran rendah menyebabkan sebagian besar daerahnya mempunyai tanah dasar yang lunak, umumnya berupa endapan lumpur, lanau, lempung dan gambut dengan perilaku yang bervariasi. Selain itu, semakin terbatasnya lahan untuk pembangunan menimbulkan masalah dalam pembangunan konstruksi. Salah satu diantaranya badan jalan yang harus dibangun di atas tanah lunak. Masalah yang timbul pada badan jalan yang dibangun di atas tanah lunak diantaranya terjadi kerusakan dini pada struktur akibat kelongsoran dan penurunan pondasi (kegagalan daya dukung). Agar konstruksi yang dibangun di atas tanah lunak tidak terganggu kestabilannya, maka perlu dilakukan perbaikan. Diantara metode-metode perbaikan tanah yang sedang berkembang saat ini, salah satunya adalah dengan membuat kolom-kolom seperti tiang pancang. Metoda kolom merupakan kolom-kolom vertical dari batu atau pasir, semacam tiang-tiang pancang tetapi dari bahan-bahan lepas tanpa bahan pengikat semen atau lainnya yang dipadatkan. Saat ini penggunaan batubara di perusahaan-perusahaan besar pulp and paper di Pro[insi Riau semakin meningkat volumenya, karena harga yang relatif murah dibandingkan bahan bakar minyak untuk industri. Penggunaan batubara sebagai sumber energi pengganti BBM, disatu sisi sangat menguntungkan namun disisi yang lain menimbulkan masalah, salah satunya adalah banyak menghasilkan limbah abu batu bara yang tidak termanfaatkan. Kalangan industri hanya menimbun sisa pembakaran batubara ini dalam areal pabrik. Hal ini lama kelamaan menimbulkan masalah semakin terbatasnya lahan untuk penumbukan polutan padat tersebut. Dari hasil pengujian pembebanan pada tanah gambut, terjadi peningkatan kekuatan daya dukung tanah gambut setelah diperkuat dengan kolom fly ash dan bottom ash. Semakin besar diameter kolom yang digunakan dengan jarak spasi yang sama, daya dukung kolom tersebut semakin besar. Semakin rapat jarak antar kolom (spasi) yang diuji, daya dukung kolom tersebut semakin besar. Membandingkan hasil pengujian pola segitiga dengan pola segiempat yang digunakan, daya dukung kolom yang ditanam dengan pola segitiga lebih kecil daripada yang ditanam dengan pola segiempat. Kolom yang menggunakan pola segitiga lebih stabil daripada kolom berpola segiempat terhadap beban dinamik. Hasil pengujian kolom dari campuran fly ash dan bottom ash ini membuktikan bahwa spasi dan diameter pemasangan kolom pada tanah lunak menentukan besarnya area replacement rasio. Semakin besar spasi maka area replacement ratio akan menjadi semakin kecil, sedangkan semakin besar diameter kolom, maka area replacement ratio akan semakin besar. Semakin besar area replacement ratio maka kenaikan atau perbaikanyang terjadi pada tanah lunak semakin besar.Item SISTEM PENGAMBILAN KEPUTUSAN (DECISSIONSUPPORT SYSTEM, DSS) PERBAIKAN DAN PEMELIHARAAN LERENG BERDASARKAN PROSEDUR MANAJEMEN ASET(2012-11-07) Sandyavitri, Ari; Muhardi; Burhanuddin; Sucipto Wijaya, Andi; Zulfi, Albert; Wibisono, GunawanThe simulation of Decision Support Systems (DSS) based on the Assets Management procedure (in managing rock slopes systematically) was demonstrated in this paper. Rock fall Hazard Rating System (RHRS) and Rock fall Mitigation Cost Estimate (RMCE) methods were applied in this paper to mapping, evaluate, and analyze rock fall hazard at the road section of Pekanbaru- Bukittinggi KM 75 to KM 115. Two major elements are subjects to investigate as follow; (i) technical aspect; and (ii) economy one. Based on the RHRS criteria, there should be the riskiest slopes and potential rock fall hazard be prioritized to be managed, they are slopes at KM 80.2 (left), KM 77 and KM 10.3 with RHRS values of 581, 542 and 420 points. The higher RHRS value of the slope the riskiest the slope to the road users. RMCE considers economy aspect to be put into consideration together with RHRS values. Cost estimate for managing rock fall is divided with RHRS is known as cost risk (CR). The CR may comprehensively assist process of DSS for managing the slopes within the road section above by offering flexible options such as; prioritizing the riskiest slopes with moderate CR values eg. Slopes of KM 109.3, KM 77 and KM 80.2 with the BR values of 200.000, 351.000, and 312.000 respectively; or prioritizing the rock fall hazard slopes with the lowest CR values (eg. CR below300.000) for slopes at KM. 109.5, 109.3, 112 dan 80.23.For the first option, it may yield 3 slopes can be repaired, and at second option it may repair 4 slopes.Item Tahanan Cabut Tulangan Bajapada Tanah Berpasir(2016-03-07) Fatnanta, Ferry; Muhardi; Putra, HadiyanPertama kali metode perkuatan tanah tersebut menggunakan potongan logam sebagai perkuatan tanah pada struktur perkuatan tanah. Jenis teknik perkuatan tanah tersebut sangat cocok digunakan pada struktur dinding penahan tanah, struktur jalan, fondasi jembatan dan perbaikan lereng. Penggunaan tulangan baja sebagai perkuatan tanah menunjukkan bahwa selain struktur lebih stabil dan pemasangan lebih mudah, namun juga mampu mengurangi deformasi dalam arah vertikal dan lateral. Pasir bergradasi baik (SW) digunakan pada studi ini. Alasan penggunaan pasir gradasi baik sebagai media uji karena pasir gradasi baik merupakan material yang seharusnya digunakan sebagai material timbunan pada dinding penahan tanah, selain alasan tersebut di atas, pasir bukan merupakan tanah kohesif, jadi kekuatan geser tanah tersebut tidak dipengaruhi oleh kadar air. Sifat studi ini merupakan pengujian skala laboratorium. Pada pengujian tahanan cabut ini menggunakan tulangan baja diameter 10mm. Pengujian tarik tulangan baja dilakukan pada arah longitudinal, arah transversal, dalam bentuk persegi dan segi tiga serta kombinasi bentuk persegi dan segi tiga. Pada setiap pengujian tarik tersebut dilakukan pada kondisi OMC (optimum water content) dan tegangan normal terhadap baja tulangan tersebut adalah overburden tanah. Dari berbagai variasi bentuk baja tulangan, hasil pengujian menunjukkan bahwa bentuk persegi mempunyai tahanan cabut yang paling besar dibandingkan tahanan cabut bentuk lainnya, sedangkan bentuk longitudinal memberikan tahanan cabut yang paling rendah.