Browsing by Author "Hapsoh"
Now showing 1 - 20 of 40
Results Per Page
Sort Options
Item APLIKASI PUPUK ORGANIK DAN PERBAIKAN SISTEM BERTANAM, UPAYA MENGATASI PENYAKIT BERCAK DAUN PADA TANAMAN JAHE(2016-08-09) Barus, Asil; Hapsoh; Bayu, Eva SartiniKegagalan dalam bertanam jahe oleh masyarakat Dusun Sembilan Desa Pematang Johar dengan ciri daun mongering dan rimpang yang dihasilkan sedikit, diduga disebabkan oleh penyakit bercak daun yang disebabkan Phyllosticta zingiberi. Keadaan yang sama di Desa Lewiliyang Jawa Barat (komunikasi pribadi) dapat diatasi dengan bibit bebas penyakit, pupuk organik dan sistem bertanam secara terbuka (penyinaran >90%).Item Aplikasi Pupuk Organik Dengan Teknologi Mikrob Mendukung Pertanian Terpadu Berkelanjutan Berbasis Tanaman Pangan Pada Lahan Gambut(2017-06-08) Hapsoh; Wawan; Dini, Isna RahmaBeberapa tanaman pangan utama seperti padi dan kedelai telah dibudidayakan di tanah gambut. Meskipun produktivitas tanah gambut rendah yang disebabkan karena minimnya kandungan unsur hara baik makro maupun mikro yang tersedia untuk tanaman. Selama ini, pemberian bahan organik beserta amelioran dan pupuk organik menjadi salah solusi untuk mengatasi kekurangan unsur hara pada lahan gambut, namun seringkali mendorong aktivitas dekomposisi bahan gambut oleh mikrob dekomposer yang berdampak pada peningkatan emisi dan subsidensi. Padahal bahan organik dengan teknologi mikrob yang diaplikasikan pada tanah gambut dapat berfungsi sebagai sumber unsur hara bagi tanaman, selanjutnya sisa bahan organik yang belum terdekomposisi mampu mengkonvensasi kehilangan bahan gambut yang terdekomposisi. Dengan cara demikian, di satu sisi produktivitas tanaman dapat ditingkatkan karena tersedianya unsur hara, di sisi lain subsidensi dapat diminimalisir bahkan dapat ditiadakan. Bahan organik yang diberikan dapat berasal dari limbah tanaman pangan maupun perkebunan. Hal ini merupakan salah satu konsep pertanian terpadu secara in-situ di mana limbah salah satu tanaman dapat dimanfaatkan untuk tanaman yang lain. Maka, penelitian ini bertujuan untuk mengaplikasikan pupuk organik dengan teknologi mikrob pada tanaman pangan padi dan kedelai di lahan gambut sehingga dapat mengatasi berbagai permasalahan budidaya tanaman pangan di lahan gambut. Penelitian ini direncanakan selama 3 tahun dan terdiri atas 6 tahap percobaan yaitu: Tahap 1: Isolasi mikrob dari serasah tanaman (akasia, kelapa sawit, padi) di tanah gambut dan uji ketahanan mikrob yang terisolasi pada pH rendah; Tahap 2: Pengujian optimasi pertumbuhan mikrob pada beberapa bahan organik; Tahap 3: Pengujian isolat sebagai dekomposer pada bahan baku limbah (padi, kedelai, dan TKKS); Tahap 4: Pengujian cara aplikasi langsung mikrob sebagai dekomposer limbah organik pada tanaman padi dan kedelai; Tahap 5: Pengujian cara aplikasi kompos dan aplikasi langsung pada tanaman padi dan kedelai pada skala petak (pengujian water level); Tahap 6: Pengujian cara aplikasi pupuk organik kompos dan aplikasi langsung pada tanaman padi dan kedelai pada skala lapangan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sebuah teknologi tepat guna yang dapat digunakan oleh masyarakat petani untuk mengaplikasikan pupuk organik dengan teknologi mikrob pada tanaman padi dan kedelai yang ditanam di lahan gambut.Item Effect Various Combination of Organic Waste on Compost Quality(2016-07-29) Hapsoh; Gusmawartati; Yusuf, MuhammadMunicipal solid waste and agricultural waste have different ratio C/N and nutrient contents. They can be used as compost row materials. The purpose of the research was to get an optimum combination of both wastes to improve compost quality, to meet the Indonesian National Standard 19-7030-2004. Composting process use pots. The treatments were twelve combination of municipal solid waste (garbage market, household waste, restaurant waste) and agricultural waste (rive straw, empty fruit bunches of oil palm, cassava peel, banana skin) with a ratio of 1:1 and enriche by chicken manure, cow manure, wood ash and cellulolytic microorganisme. The treatment were replicated three times. The results showd that the nutrients content of compost were 0.77 to 1.19% nitrogen, 0.23 to 0.30% phosphorus, 0.46 to 0.69% potassium and 15.48 to 34.69% organic matter. The combination of agricultural waste and municipal solid waste affected the quality of compost. Compost that meets SNI 19-7030-2004 is a combination of rice straw+market waste that contains 1.12% nitrogen, 0.28% phosphorus, 0.63% potassium, ratio C/N 19.50, pH 7.42, and organic matters 37.65%.Item Growth Analysis Of Soybean Varieties At Dry Land With Application Of Nitrogen Sources(2016-07-28) Hasanah, Yaya; Nisa, Tengku Chairun; Hapsoh; Hanum, HamidahSoybean is annual major crops in the world and important legumes in food security. Increased soybean production can achieve through increased in the intensity of soybean cultivation and expansion of soybean cultivation to marginal lands such as dry land. Nitrogen is a limited nutrient at dry land. The objective of this research was to determine the growth analysis of three soybean varieties on dry land with application of Nitrogen sources. Research using randomized block design with 2 factors and 3 replications. The first factor is soybean varieties (Anjasmoro, Wilis and Sinabung). The second factor is the sources of N consists of without application of N, Urea 50 kg/ha, Bradyrhizobium sp., manure 10 tons/ha and combinations of Bradyrhizobium sp. + manure 5 tons/ha. The research result shown that Anjasmoro variety significantly increased the relative growth rate and net assimilation rate 5-6 WAP compared with Sinabung and Wilis. Application of Bradyrhizobium sp. significantly increased the plant growth rate and relative growth rate 5-6 WAP compared with other N treatments. Combination of Bradyrhizobium sp. and manure 5 tons/ha on Anjasmoro variety tent to increase the net assimilation rate 5-6 WAP.Item GROWTH AND YIELD RESPONSES OF GINGER (Zingiber officinale Rosc.) TO SOLID ORGANIC FERTILIZER AND COMPOSITION OF PLANTING MEDIA(2016-07-28) Hapsoh; Hasanah, Yaya; Rahmawati, NiniThe objective of the research was to study the response of ginger (Zingiber officinale Rosc.) grown in baskets system, in terms of growth and yield to the application of solid organic fertilizer and composition of planting media. The research used Factorial Randomized Complete Block Design with 2 factors and 4 replications. The first factor was solid organic fertilizer which consisted of 2 treatments: without and with solid organic fertilizer. The second one was composition of planting media with 4 treatments which consisted of compost: sand=2:1; compost: paddy chaff= 2:1, top soil: cow manure: sand= 3:1:1 and top soil: manure: paddy chaff= 3:1:1. The results showed that solid organic fertilizers had promoting effects on ginger growth and yield as shown by increasing bud number and rhizome weight per plant. The mixture of top soil: manure:sand/paddy chaff of 3:1:1 was the best planting medium for zinger growthItem Hasil kedelai pada aplikasi Vermikompos dan Rock Phosphate(2016-07-28) Hapsoh; Meiriani; Wardana, AndikaPenelitian bertujuan untuk menguji pengaruh aplikasi vermikompos dan Rock Phosphate terhadap hasil kedelai. Penelitian dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan, menggunakan rancangan acak kelompok faktorial 2 faktor yaitu vermikompos (0 g/polibeg, 12 g/polibeg, 24 g/polibeg, 36 g/polibeg ) dan Rock Phosphate (0,4 g/polibeg, 0,8 g/polibeg, 1,2 g/polibeg). Parameter yang diamati adalah jumlah polong berisi, bobot kering akar, bobot kering tajuk, bobot kering biji per tanaman, bobot kering biji per plot dan bobot 100 biji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi vermikompos dan Rock Phosphate berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering akar, bobot kering tajuk dan bobot kering biji per plot. Hasil terbaik untuk produksi kedelai diperoleh pada kombinasi vermikompos 36 g/polibeg dan Rock Phosphate 0,8 g/polibegItem IbPE MADU HUTAN SIALANG AIR MOLEK KABUPATEN INDRAGIRI HULU PROVINSI RIAU ( 2013)(2016-08-09) Hapsoh; Gusmawartati; NazaruddinPotensi hasil hutan dari daerah Riau yang sangat memungkinkan untuk dikelola masyarakat umum adalah Madu Hutan. Populasi lebah madu di daerah Riau tersebar diberbagai wilayah. Wilayah yang kawasan hutannya paling banyak memproduksi madu liar adalah; Kabupaten Indragiri Hulu, Kabupaten Kuansing dan Kabupaten Pelalawan. UKM Al-Hikmah mendapatkan suplay madu hutan dari UKM Abdul Malik, selain dari daerah Indragiri Hulu, madu hutan yang diperoleh UKM mitra disuplay dari beberapa daerah Kuantan Sengingi dan Pelalawan oleh kelompok pengelola madu. Meskipun disuplay dari wilayah yang berbeda kualitas madu hutan yang dihasilkan tidak jauh berbeda. Hanya saja terdapat perbedaan dari fisik dan rasa. Selama ini pengelolaan madu hutan masih dilakukan secara tradisional. Kualitas madu hutan dari pedalaman Provinsi Riau dipasaran nasional cukup baik, tidak kalah dengan madu Sumbawa dan madu Arab. Akan tetapi dengan pengelolaan yang masih sangat sederhana sekali berdampak kepada penurunan kualitas madu yang telah dipanen dari hutan. Umumnya madu hutan yang baru dipanen mengandung kadar air lebih dari 24% (24-28%), sedangkan kadar air standar madu hutan yang ditentukan oleh JMHI adalah <24%. Demikian pula kadar air madu yang diperuntukan industri dan farmasi menuntut persentase yang sangat rendah yaitu 18%. Kadar air yang tinggi madu hutan sering kali nilai jualnya jatuh dipasaran atau dibeli dengan harga murah. Tidak hanya itu, madu dengan kadar air yang tinggi cenderung cepat rusak akibat terfermentasi sehingga tidak tahan lama. Hal ini tentunya menjadi permasalahan yang mendasar untuk kedepannya. Lebih jauh lagi untuk meningkatkan harga madu di pasaran. Oleh karena itu perlu dilakukan pendekatan kepada UKM supaya madu yang dihasilkan mendapat sertifikasi dari Aliansi Organik Indonesia (AOI) dan sertifikasi nasional Indonesia (SNI). Pelaksanaan pengabdian ini dilakukan dalam bentuk kegiatan partisipasif perguruan tinggi melalui pendekatan terhadap sumberdaya manusia yang ada di UKM mitra. Bentuk kegiatan dilakukan bertahap dan terdistribusi dalam tiga tahun. Kegiatan yang dilakukan ditahun pertama ini adalah 1) Pembuatan peralatan dan mesin produksi madu; alat pemeras & penyaring madu (UKM Al-Hikmah), 2) Pembuatan ruang khusus pengolahan madu (UKM Al-Hikmah). 3) Kegiatan bimbingan dan pelatihan antara lain; a) Pelatihan penggunaan peralatan produksi (alat pemeras manual). b) Pelatihan panen lestari dan higienis sesuai standar Internal Control System (ICS), beberapa materi yang diberikan dalam kegiatan bimbingan dan pelatihan ICS ini meliputi; prosedur pemanenan yang tepat, penggunaan peralatan yang higienis, pengetahuan kelestarian madu hutan dan konservasi. c) Pelatihan farmasi dan Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT). Kegiatan ini berdasarkan saran saat site visit diganti dengan pembuatan izin usaha madu dan SNI. d) Pelatihan Manajemen Keuangan dan Perusahaan. Hasil yang diperoleh hingga saat ini pengabdian telah membuat ruang khusus pengolahan madu, mesin pemeras dan penyaring. Pelatihan yang telah dilaksanakan panen lestari dan higienis sesuai Standar internal control system.Item IbPE MADU HUTAN SIALANG AIR MOLEK KABUPATEN INDRAGIRI HULU PROVINSI RIAU (2014)(2016-08-09) Hapsoh; Gusmawartati; NazaruddinPotensi hasil hutan dari daerah Riau yang sangat memungkinkan untuk dikelola masyarakat umum adalah Madu Hutan. Populasi lebah madu di daerah Riau tersebar diberbagai wilayah. Wilayah yang kawasan hutannya paling banyak memproduksi madu liar adalah; Kabupaten Indragiri Hulu, Kabupaten Kuansing dan Kabupaten Pelalawan. UKM Al-Hikmah mendapatkan suplay madu hutan dari UKM DUTAMAS, selain dari daerah Indragiri Hulu, madu hutan yang diperoleh UKM mitra disuplay dari beberapa daerah Kuantan Sengingi dan Pelalawan oleh kelompok pengelola madu. Meskipun disuplay dari wilayah yang berbeda kualitas madu hutan yang dihasilkan tidak jauh berbeda. Hanya saja terdapat perbedaan dari fisik dan rasa. Selama ini pengelolaan madu hutan masih dilakukan secara tradisional. Kualitas madu hutan dari pedalaman Provinsi Riau dipasaran nasional cukup baik, tidak kalah dengan madu Sumbawa dan madu Arab. Akan tetapi dengan pengelolaan yang masih sangat sederhana sekali berdampak kepada penurunan kualitas madu yang telah dipanen dari hutan. Umumnya madu hutan yang baru dipanen mengandung kadar air lebih dari 24% (24-28%), sedangkan kadar air standar madu hutan yang ditentukan oleh JMHI adalah <24%. Demikian pula kadar air madu yang diperuntukan industri dan farmasi menuntut persentase yang sangat rendah yaitu 18%. Kadar air yang tinggi madu hutan sering kali nilai jualnya jatuh dipasaran atau dibeli dengan harga murah. Tidak hanya itu, madu dengan kadar air yang tinggi cenderung cepat rusak akibat terfermentasi sehingga tidak tahan lama. Hal ini tentunya menjadi permasalahan yang mendasar untuk kedepannya. Lebih jauh lagi untuk meningkatkan harga madu di pasaran. Oleh karena itu perlu dilakukan pendekatan kepada UKM supaya madu yang dihasilkan mendapat sertifikasi dari Aliansi Organik Indonesia (AOI) dan sertifikasi nasional Indonesia (SNI). Pelaksanaan pengabdian ini dilakukan dalam bentuk kegiatan partisipasif perguruan tinggi melalui pendekatan terhadap sumberdaya manusia yang ada di UKM mitra. Bentuk kegiatan dilakukan bertahap dan terdistribusi dalam tiga tahun. Kegiatan yang dilakukan ditahun kedua ini adalah 1) Pembuatan peralatan dan mesin produksi madu; alat pemeras & penyaring madu (UKM Al-Hikmah) dan evaporator (UKM Al-Hikmah), 2) Pembuatan ruang khusus pengolahan madu (UKM DUTAMAS). 3) Kegiatan bimbingan dan pelatihan antara lain;pelatihan penggunaan peralatan produksi (alat evaporator). Hasil yang diperoleh hingga saat ini pengabdian telah membuat ruang khusus pengolahan madu (UKM DUTAMAS), mesin pemeras&penyaring dan evaporator (UKM AL HIKMAH). Pelatihan yang telah dilaksanakan penggunaan alat evaporator.Item IbPE MADU HUTAN SIALANG AIR MOLEK KABUPATEN INDRAGIRI HULU PROVINSI RIAU (2015)(2016-08-09) Hapsoh; Gusmawartati; NazaruddinPotensi hasil hutan dari daerah Riau yang sangat memungkinkan untuk dikelola masyarakat umum adalah Madu Hutan. Populasi lebah madu di daerah Riau tersebar diberbagai wilayah. Wilayah yang kawasan hutannya paling banyak memproduksi madu liar adalah; Kabupaten Indragiri Hulu, Kabupaten Kuansing dan Kabupaten Pelalawan. UKM Al-Hikmah mendapatkan suplay madu hutan dari UKM DUTAMAS, selain dari daerah Indragiri Hulu, madu hutan yang diperoleh UKM mitra disuplay dari beberapa daerah Kuantan Sengingi dan Pelalawan oleh kelompok pengelola madu. Meskipun disuplay dari wilayah yang berbeda kualitas madu hutan yang dihasilkan tidak jauh berbeda. Hanya saja terdapat perbedaan dari fisik dan rasa. Selama ini pengelolaan madu hutan masih dilakukan secara tradisional. Kualitas madu hutan dari pedalaman Provinsi Riau dipasaran nasional cukup baik, tidak kalah dengan madu Sumbawa dan madu Arab. Akan tetapi dengan pengelolaan yang masih sangat sederhana sekali berdampak kepada penurunan kualitas madu yang telah dipanen dari hutan. Umumnya madu hutan yang baru dipanen mengandung kadar air lebih dari 24% (24-28%), sedangkan kadar air standar madu hutan yang ditentukan oleh JMHI adalah <24%. Demikian pula kadar air madu yang diperuntukan industri dan farmasi menuntut persentase yang sangat rendah yaitu 18%. Kadar air yang tinggi madu hutan sering kali nilai jualnya jatuh dipasaran atau dibeli dengan harga murah. Tidak hanya itu, madu dengan kadar air yang tinggi cenderung cepat rusak akibat terfermentasi sehingga tidak tahan lama. Oleh karena itu perlu dilakukan pendekatan kepada UKM supaya madu yang dihasilkan mendapat sertifikasi nasional Indonesia (SNI). Pelaksanaan pengabdian ini dilakukan dalam bentuk kegiatan partisipasif perguruan tinggi melalui pendekatan terhadap sumberdaya manusia yang ada di UKM mitra. Bentuk kegiatan dilakukan bertahap dan terdistribusi dalam tiga tahun. Kegiatan yang dilakukan membuat ruang khusus pengolahan madu (Tahun I UKM Al Hikmah, Tahun II UKM DUTAMAS). Pembuatan peralatan dan mesin produksi madu: alat pemeras dan penyaring madu (Tahun I UKM Al Hikmah, Tahun II UKM DUTAMAS). Pembuatan evaporator vacuum (Tahun II UKM Al Hikmah, Tahun III UKM DUTAMAS). Pelatihan panen lestari dan higienis, penggunaan mesin pemeras, mesin penyaring dan evaporator vacuum. Bimbingan dan pelatihan produk bersih, quality control dan manajemen pemanasan. Izin produksi, packaging dan promosi online. Hasil yang diperoleh dari peningkatan kualitas dengan menurunkan kadar air madu menjadi 19,8% memenuhi standar SNI dan madu dapat disimpan lebih lama.Item Isoflavone characters of three soybean varieties under drought stress with application of nitrogen sources(2016-07-28) Hasanah, Yaya; Nisa, Tengku Chairun; Hapsoh; Hanum, HamidahHuman interest in soybean greathyincreasedin recent years due to the positive effects of secondary metabolites in soybean such as isoflavones for human health. Isoflavones are phytoestrogens worked as the antioxidant and chemopreventive agents for estrogenic compounds that can inhibit cell proliferation. Isoflvones also serves to prevent heart damage, osteoporosis and manaupose syndrome, prevent prostate, colon cancer and breast cancer. Daidzein, genistein and glycitein are the major isoflavones in soybean. A research about isoflavone characters of three soybean varieties under drought stress with application of Nitrogen sources was conducted in green house, Faculty of Agriculture,University of Sumatera Utara. The aim of the research was to study the effect of Nitrogen sources under drought stress on isoflavone characters of three soybean varieties. The experiment used a Factorial Randomized Block Design with three factors and three replications. The first factor was soybean varieties consisted of Anjsmoro, Wilis and Sinabung. The second factor was Nitrogen sources consisted of without N fertilizer application; Urea 50 kg/ha, Bradyrhizobium sp., cow manure 10 t/ha, rice straw compost 10 t/ha. The third factor was soil water content condition namely 50%, 60%, 70 and 80% of field capacity. The parameters observed were isoflavone characters consisted of genistein, daidzein, glycitein and isoflavone total. The result showed that Anjasmoro variety had the genistein, daidzein, glycitein and isoflavone total contents of soybean higher than Wilis and Sinabung. The Application of Nitrogen sources increased the genistein, daidzein, glycitein and isoflavone total contents of soybean compared without application of Nitrogen sources. There is a distinct pattern in the increase in the isoflavone total content in Anjasmoro, Wilis and Sinabung with increasing the drought stress, At Anjasmoro variety, increasing drought stress caused the lower of isoflavone total content, while the varieties Sinabung and Wilis are opposite pattern.Item Isoflavone content of soybean [Glycine max (L). Merr.] cultivars with different nitrogen souces and growing season under dry land conditions(2016-07-28) Hasanah, Yaya; Nisa, Tengku Chairun; Hapsoh; Hanum, HamidahThe objective of the research was to determine the best N nutrient management for isoflavone content in three soybean cultivars under dry land conditions. Two experiments were experiment I (June to September 2012 growing season) and Experiment II (October to December 2012 growing season). Experimental design was a randomized block design with 2 factors and 3 replications. The first factor was soybean cultivars (Anjasmoro, Wilis, Sinabung). The second factor was N source, with Urea (50 kg/ha), Bradyrhizobium sp., farmyard manure (10 ton/ha), a combination of Bradyrhizobium sp. + farmyard manure (5 ton/ha) and a control with no N. A combined analysis of variance was done to evaluate the production and the content of isoflavone in the two different growing seasons as affected by N source and cultivar. The parameters observed were the content of genistein, daidzein, glycitein and total isoflavone content. Results showed that the October to December growing season had higher genistein, daidzein, glycitein and total of isoflavones than the June to September growing season. The treatment cultivar Wilis plus Bradyrhizobium sp. grown at October to December growing season increased total isoflavone content more than other treatments.Item Isolasi Bakteri Selulolitik Asal Kulit Buah Durian di TPA Muara Fajar(2016-07-31) Hapsoh; Gusmawartati; Husnah, Ujang AlSelulosa merupakan salah satu bahan organik yang sulit sekali untuk dirombak,seperti misalnya pada kulit buah durian. Kulit buah durian merupakan limbah rumah tangga yang di buang sebagai sampah dan tidak memiliki nilai ekonomi. Kulit durian secara proporsional mengandung unsur selulosa yang tinggi (50-60%) dan kandungan lignin (5%) serta kandungan pati yang rendah. Karena memiliki kandungan selulosa yang tinggi, kulit durian memiliki kecenderungan adanya bakteri selulolitik yang berguna untuk merombak selulosa tersebut. Bakteri selulolitik memiliki kemampuan dalam menghidrolisis bahan-bahan dari alam yang mengandung selulosa menjadi produk yang lebih sederhana. Bakteri selulolitik memiliki peranan dalam proses dekomposisi selulosa secara enzimatik. Penelitian bertujuan untuk mengetahui bakteri yang dapat mendegradasi selulosa dan mengetahui potensi bakteri pendegradasi selulosa pada kulit buah durian. Sampel diperoleh dari TPA Muara Fajar. Isolasi dilakukan dengan metode pengenceran cawan tuang dan cawan gores menggunakan media yang mengandung Carboxymethyl cellulose (CMC). Pengamatan dilakukan secara morfologi dengan mengamati warna, bentuk, tepian dan elevasi bakteri. Hasil isolasi didapatkan 4 isolat (BKD MF1, BKD MF2, BKD MF3, BKD MF4) yang merupakan bakteri selulolitik asal kulit buah durian.Item Isolasi Bakteri Selulolitik Pendegradasi Limbah Jerami Padi di Lahan Gambut(2017-06-08) Hapsoh; Wawan; Dini, Isna Rahma; DwioraLahan gambut merupakan lahan yang dapat dimanfaatkan untuk usaha budidaya tanaman perkebunan maupun tanaman pangan. Beberapa lahan gambut dangkal di Provinsi Riau telah dilakukan usaha budidaya padi. Pada pasca panen padi yang dilakukan akan menghasilkan limbah jerami yang memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan organik dalam pembuatan pupuk organik dengan bantuan bakteri dekomposer seperti bakteri selulolitik. Perombakan jerami padi menjadi pupuk organik oleh bakteri selulolitik di lahan gambut memiliki kelemahan yaitu sulitnya bakteri tersebut mendekomposisi jerami di lahan gambut yang disebabkan karena pH tanah gambut yang masam. Oleh karena itu, dilakukan isolasi bakteri selulolitik pendegradasi limbah jerami padi yang dibudidaya di lahan gambut sehingga diperoleh bakteri selulolitik yang tahan asam. Bakteri selulolitik tersebut nantinya dapat dimanfaatkan untuk mendekomposisi jerami padi maupun bahan organik lainnya yang berasal dari lahan gambut. Berdasarkan hasil isolasi dan pengamatan morfologi secara mikroskopis melalui pewarnaan Gram diperoleh sebanyak tujuh isolat di antaranya yaitu tiga isolat berbentuk kokus Gram negatif, satu isolat berbentuk kokus Gram positif, dan tiga berbentuk basil Gram negatif. Selanjutnya dilakukan pengukuran indeks selulolitik untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam menghasilkan enzim selulase melalui zona bening yang terbentuk di sekitar koloni. Berdasarkan hasil pengamatan, indeks selulolitik yang dihasilkan oleh tujuh isolat di antaranya yaitu 0,5; 0,67; 1,33; 1,5; 2; 2; dan yang tertinggi sebesar 4 yang diperoleh dari bakteri berbentuk basil Gram negatifItem ISOLATION AND CHARACTERIZATION OF PEAT SOILS PHOSPHATE SOLVENT BACTERIA IN GIAM SIAK KECIL BIOSPHERE CONSERVATION-BUKIT BATU, BENGKALIS, RIAU(2016-08-19) Hapsoh; Gusmawartati; Prameswari, Di AjengPhosphate(P) is the essentialnutrientwhich has an important role in the process ofphotosynthesisand root development. Theavailability of this element is limited in thetropicalland. One of the alternative processestoimprove theefficiency ofphosphateavailabilityin the soil is using phosphate solventmicroorganisms. Phosphate solvent bacteria isone of the microorganismsthat has a rolein providing the P element for plants. This study aimstoobtain the phosphate solvent bacteria isolateanddetermine the potential of thebacteriain dissolvingphosphate. The result of the isolationand bacteria selection, purified by streak platemethodonPikovskaya media,obtained16 phosphate solvent bacteria isolates. The result of clear zone observationonPikovskayamedia, there are7isolatesthathavePSIindex≥2.5. Based on the result of morphology, physiology andbiochemistry observation, the selected phosphate solvent bacteria, categorized seems like to thegenus of Bacillus and Pseudomonas.Item Isolation Cellulolytic Bacteria Degradation Of Empty Fruit Bunch Of Oil Palm In Peatland(2017-06-08) Hapsoh; Wawan; Dini, Isna Rahma; Daspina, MaidiaThe using of a peatland as the food crops cultivationhave been motivate the part of an agriculture to more developing the agricultural innovations, such as the making of an organic fertilizer that can be used by the food crops in the peatland. An organic material that can be used as the raw material to make an organic fertilizer, which one it is the empty fruit bunch of oil palm (EFBP). It is something like the compost heap or the waste of oil palm trees, which is contain of cellulose with the result that the substrate for the growth of the cellulolytic bacteria. The election of EFBP as the source of the isolate is because there is many oil palm trees which is cultivated on the peat land and it is naturally degraded around the palm trees. The natural degradation of EFBP will require along time enough. Therefore, this study is purposed to isolating the cellulolytic bacteria from EFBP and to obtain bacteria that having a high cellulolytic index and also acid-resistant bacteria, and later could be used to remodel the EFBP itself as well as the other organic mater inthe peatland. Based on the isolation result and morphology observation according to gram coloring, it is obtained 12 isolates which there is 4 isolates that negative Gram cocci form, 1 isolate that positive Gram cocco form, 2negative Gram basil, 2 gram negative diplobasil, 2 positive Gram basil, 1 negative Gram basil. Furthermore to do the measuring of celulolytic is to know the ability of the bacteria of producing an cellulase enzyme that pass through the clear zone which is formed around the colony. Based on the observation, the highest amount of cellulolytic index is 7 which are obtained form the diplobasil shaped positive gram. The best time to apply the making of organic fertilizer which one is should be done on the third day of incubationItem KARAKTERISASI BAKTERI PELARUT FOSFAT TANAH GAMBUT CAGAR BIOSFER GIAM SIAK KECIL-BUKIT BATU BENGKALIS RIAU(2016-07-27) Hapsoh; Gusmawartati; Prameswari, Di AjengPhosphate is a macro nutrients required by plants in large quantities. Phosphate is the second essential nutrient after N which has an important role in the process of photosynthesis and root development. The availability of this element is limited in the tropical land, only about 0.1% of the total P available for plants because phosphate is chemically bonded and has a low solubility. One of the alternative processes to improve the efficiency of phosphate to overcome its low availability in the soil is using phosphate solvent microorganisms so that it can be absorbed by plants. Phosphate solvent bacteria, is one of the microorganisms that has a role in providing the P element for plants. This study aims to obtain the phosphate solvent bacteria isolate and determine the potential of the bacteria in dissolving phosphate. This research was conducted at the Soil Laboratory of the Faculty of Agriculture, University of Riau, in October 2013 to May 2014. The study was conducted experimentally and descriptively by using peat soils samples derived from Giam Siak Kecil Biosphere Conservatory-Bukit Batu.The result of the isolation and bacteria selection, purified by streak plate method on Pikovskaya media, obtain 16 phosphate solvent bacteria isolates. Based on the result of morphology, physiology and biochemitry observation, the selected phosphate solvent bateria, categorized seems like to the Bacillus sp. and Pseudomonas sp. genus.Item KOMPATIBILITAS ANTARA FUNGI MIKORIZA ARBUSKULAR DAN BEBERAPA GENOTIPE KEDELAI PADA DUA TINGKAT KEKERINGAN(2016-07-27) HapsohThe objective to the experiment was to identify the compatibility of VAM species and soybean to drought. Nine VAM species and were three soybean genotypes tested for their compatibility to two levels of drought. The levels were set up based on field capacity (FC) of soil moisture conditions : 80% FC and 60% FC. Results showed that at 80% FC VAM species, i.e. Gigaspora margarita, Glomus etunicatum, and Scutellospora calospora were more compatible than the others. At 60% FC, however, G. etunicatum was more compatible than the others. The highest infection rate of 93,33% was attained by Sindoro, the most tolerant soybean genotype. The positive role of VAM to overcome drought stress was more significant in the less tolerant than the more tolerant genotypes.Item MADU HUTAN POHON SIALANG DAN PENINGKATAN MUTU DENGAN TEKNOLOGI EVAPORATOR VAKUM(2016-07-24) Hapsoh; Gusmawartati; NazaruddinPotensi hasil hutan daerah Riau yang sangat memungkinkan untuk dikelola masyarakat umum adalah Madu Hutan. Populasi lebah madu di daerah Riau tersebar di berbagai wilayah. Wilayah yang kawasan hutannya paling banyak memproduksi madu liar adalah; Kabupaten Indragiri Hulu, Kabupaten Kuansing dan Kabupaten Pelalawan. UKM Al-Hikmah mendapatkan suplay madu hutan dari UKM Abdul Malik, selain dari daerah Indragiri Hulu, madu hutan yang diperoleh UKM mitra disuplay dari beberapa daerah Kuantan Sengingi dan Pelalawan oleh kelompok pengelola madu. Umumnya madu hutan yang baru dipanen mengandung kadar air lebih dari 24% (24-28%), sedangkan kadar air standar madu hutan yang ditentukan oleh JMHI adalah <24%. Demikian pula kadar air madu yang diperuntukan industri dan farmasi menuntut persentase yang sangat rendah yaitu 18%. Oleh karena itu perlu dilakukan pendekatan kepada UKM supaya madu yang dihasilkan mendapat sertifikasi dari Aliansi Organik Indonesia (AOI) dan sertifikasi nasional Indonesia (SNI). Pelaksanaan pengabdian ini dilakukan dalam bentuk kegiatan partisipasif perguruan tinggi melalui pendekatan terhadap sumberdaya manusia yang ada di UKM mitra. Pelatihan panen lestari dan higienis sesuai standar Internal Control System (ICS), beberapa materi yang diberikan dalam kegiatan bimbingan dan pelatihan ICS ini meliputi; prosedur pemanenan yang tepat, penggunaan peralatan yang higienis, pengetahuan kelestarian madu hutan dan konservasi.Item MADU HUTAN POHON SIALANG DAN TEKNOLOGI PRODUKSI MENUJU SERTIFIKASI SNI(2016-07-27) Hapsoh; Gusmawartati; NazaruddinMadu Hutan potensi hasil hutan daerah Riau yang sangat memungkinkan untuk dikelola masyarakat umum. Populasi lebah madu di daerah Riau tersebar di berbagai wilayah. Wilayah yang kawasan hutannya paling banyak memproduksi madu liar adalah; Kabupaten Indragiri Hulu, Kabupaten Kuansing dan Kabupaten Pelalawan. UKM Al-Hikmah mendapatkan suplay madu hutan dari UKM Abdul Malik, selain dari daerah Indragiri Hulu, madu hutan yang diperoleh UKM mitra disuplay dari beberapa daerah Kuantan Sengingi dan Pelalawan oleh kelompok pengelola madu. Umumnya madu hutan yang baru dipanen mengandung kadar air lebih dari 24% (24-28%), sedangkan kadar air standar madu hutan yang ditentukan oleh JMHI adalah <24%. Demikian pula kadar air madu yang diperuntukan industri dan farmasi menuntut persentase yang sangat rendah yaitu 18%. Oleh karena itu perlu dilakukan pendekatan kepada UKM supaya madu yang dihasilkan mendapat sertifikasi dari Aliansi Organik Indonesia (AOI) dan sertifikasi nasional Indonesia (SNI). Pelaksanaan pengabdian ini dilakukan dalam bentuk kegiatan partisipasif perguruan tinggi melalui pendekatan terhadap sumberdaya manusia yang ada di UKM mitra. Inovasi (pemberian) alat penyaring dan evaporator vacum kepada UKM binaan. Penyaring dibuat tiga tingkat dengan mesh yang rendah ke yang tinggi. Evaporator vacuum dibuat dalam bentuk bejana tekan beroperasi pada tekanan -60 cmHg dan temperatur ruang dipertahankan pada 38oC, yang dilengkapi dengan pengaduk berupa screw yang berputar sebesar 60 rpm. Pelatihan melalui kegiatan bimbingan operasional alat penyaring madu dan evaporator untuk madu hutan yang diproduksi sesuai kriteria SNIItem Microbial, Cellulolytic Isolation And Identification From Durian Leather Waste(2016-07-28) Hapsoh; Gusmawartati; Husnah, Ujang AlIsolation of microbial cellulolytic (cellulose decomposer) can grow naturally or intentionally given to accelerate the recast of organic material containing cellulose. This microbe has an important role in biogeochemical cycles and very responsive to the recycling of organic compounds. Durian’s peel is the household waste that being disposed as waste and has no economic value so that the recast of durian waste peel still occur naturally. Durian’s peel is one of the sources of cellulose which has not been utilized optimally. The research was aimed to obtain potentially cellulolytic microbial isolates derived from durian waste peel so that it can be utilized in recasting the cellulose either from the durian waste peel itselfs or other agriculture wastes. Cellulolytic microbes were isolated from durian shell waste that has naturally half decaying. The Microbes are grown in Carboxymethil microbial cellulose media (CMC) with some level of dilution. The Microbes’ isolation uses the scratch methods and pour-jelly methods. Cellulolytic microbial isolates was observed microscopically by gram staining. Microbes that can be isolated as much as seven isolates that four isolates of bacteria and three isolates of fungal. Based on results of the bacterial gram staining, two Gram negative bacteria and two Gram positive bacteria were obtained. The ability test of cellulolytic bacteria was tested qualitatively that seen from the resulting index cellulolytic bacterial isolates respectively of 3.9, 2.6, 2.8, 3.5 while the index cellulolytic generated by each of the fungi is 2.2, 1.8, 1.5. The larger the index cellulolytic generated, the greater the ability of microbes to degrade cellulose there