Browsing by Author "Gussyafri"
Now showing 1 - 4 of 4
Results Per Page
Sort Options
Item Analisa Karakteristik Beton Dengan Varian Cangkang Sawit - Batu Pecah(2013-04-17) Kurmiawandy, Alex; GussyafriItem KARAKTERISTIK ABU TERBANG PADA STABILITAS HRS-WC(2013-05-06) GussyafriBahan pengisi (filler) pada HRS-WC sangat dibutuhkan untuk menambah kadar aspal agar campuran aspal panas mempunyai durabilitas tinggi dan mencegah terjadinya bleeding dengan batasan nilai minimal stabilitas 800 kg dan batasan rongga pori 3 – 5 %. Karakteristik filler yang mempunyai jumlah permukaan yang luas sangat mendukung penyerapan aspal. Material filler untuk bahan HRS-WC biasanya didapatkan dari abu batu dan sangat sulit diproduksi. Sebagai bahan alternatif, abu terbang terbang hasil dari pembakaran kulit kayu pada pengolahan bubur kertas PT. RAPP mempunyai karakteristik bahan filler. HRS-WC adalah jenis aspal campuran panas durabilitas tinggi karena mempunyai kadar aspal dan filler yang lebih banyak dibandingkan aspal campuran panas jenis lainnya. Pada penelitian ini dibuat 60 unit sampel, untuk melihat pengaruh penambahan abu terbang pada HRS-WC yang dicampur dengan variasi abu terbang 0 %, 6 %, 10 % dan 12 % dan variasi aspal 5 %, 5,5 %, 6 %, 6,5 % dan 7 %. HRS-WC dengan 0 % abu terbang (tanpa abu terbang) menghasilkan stabilitas 1267 kg dan rongga pori 8,201 %, HRS-WC dengan 6 % abu terbang menghasilkan stabilitas 1000 kg dan rongga pori 3,633 %, HRS-WC dengan 10 % abu terbang menghasilkan stabilitas 1033 kg dan rongga pori 3,558 %, HRS-WC dengan 12 % abu terbang menghasilkan stabilitas 1300 kg dan rongga pori 3,786 %. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa abu terbang sebesar 6 %, 10 % dan 12 % dapat dipergunakan sebagai filler pada HRS-WC.Item Optimalisasi Fungsi Laboratorium Kayu untuk Pemanfaatan Potensi Sisa Kayu Olahan dan Limbah Padat Kayu Sawit(2013-04-18) Syafruddin; Fakhri; Gussyafri; Riyawan, EkoHasil samping pengolahan kayu dari log menjadi kayu gergajian menghasilkan limbah serbuk kayu yang banyak. Penelitian bertujuan untuk memanfaatkan serbuk kayu gergajian untuk bahan baku papan partikel bermotif untuk metode altematif pembuatan kayu ukir. Jenis serbuk yang dipakai adalah serbuk halus dan kasar, resin yang digunakan adalah jenis resin Epoxy. Proporsi resin divariasikan 0,5; 1,0; dan 1,5 bagian terhadap serbuk kayu. Hasil penelitian diperoleh bahwa proporsi campuran 1 : 1 serbuk kasar dan 1,5 : 1 untuk serbuk halus menghasilkan kekuatan dan kekokohan. Produk papan partikel motif dapat dimanfaatkan untuk altematif pengganti produk kayu ukir manual untuk mempersingkat proses dan waktu produksi. Pendahuluan.Item Optimalisasi Fungsi Laboratorium Kayu untuk Pemanfaatan Potensi Sisa Kayu Olahan dan Limbah Padat Kayu Sawit(2015-07-05) Syafruddin; Fakhri; Gussyafri; Riyawan, EkoSebagai salah satu bahan konstruksi, kayu merupakan sumber bahan baku yang bersifat dapat diperbami, pemanfaatannya sebagai bahan konstruksi sudah sangat lama, jauh sebelum berkembangnya teknologi beton dan baja. Disamping tuntutan arsitektural, kayu memiliki beberapa keuntungan antara lain; mempunyai kekuatan yang tinggi, merupakan bahan struktur yang ringan, tersedia di pasaran, ramah lingkungan serta mudah dalam pelaksanaan. Kebutuhan kayu olahan untuk kebutuhan dalam negeri terus meningkat karena semakin bertambahnya penduduk. Menurut Susetyowati dkk. (1998), setiap tahun rata-rata lebih dari 3 juta m3 kayu gergajian digunakan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan perumahan, gedung dan lain sebagainya. Disisi lain, untuk memperoleh kayu gergajian bermutu baik dan ukuran yang relatif besar semakin sulit ditemui di pasaran karena semakin menipisnya produk kayu hutan alam. Hal tersebut diperkuat oleh Syafi'i (1998), bahwa dimasa mendatang diperkirakan potensi kayu dan luas hutan alam di Indonesia semakin menyusut, diameter kayu semakin kecil serta semakin banyak pasokan bahan baku kayu dari produk Hutan Tanaman Industri (HTI). Berdasarkan data statistik kehutanan pada tahun 2005 diperoleh data produksi kayu HTI jauh lebih banyak dibandingkan pasokan kayu hutan alam, yakni sebesar 13.58 juta m3 lahan HTI sedangkan dari hutan alam hanya sebesar 9,33 juta m3 (Anonim, 2006).