6.Seminar Nasional Teknik Kimia Topi Tahun 2012
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing 6.Seminar Nasional Teknik Kimia Topi Tahun 2012 by Author "Ahmad, Adrianto"
Now showing 1 - 6 of 6
Results Per Page
Sort Options
Item Efisiensi Penyisihan Chemical Oxygen Demand (COD) Limbah Cair Pabrik Sagu dan Produksi Biogas Menggunakan Bioreaktor Hibrid Anaerob Pada Kondisi Start Up(2013-05-15) Lestari, Azian; Ahmad, Adrianto; Zahrina, IdaPerkembangan industri pati sagu diikuti dengan peningkatan limbah cair sagu yang dihasilkan. Dalam memproduksi pati sagu dibutuhkan 20.000 liter air per ton sagu, yang mana 94% air tersebut akan menjadi limbah cair sagu. Limbah cair sagu ini memiliki nilai COD (Chemical Oxygen Demand) mencapai 100.000 mg/l. Kondisi ini akan berdampak negatif terhadap lingkungan apabila tidak dikelola dengan baik. Salah satu cara menurunkan kandungan COD yaitu dengan menggunakan bioreaktor hibrid anaerob. Kondisi Start up merupakan salah satu kondisi yang penting dalam pengolahan limbah cair menggunakan bioreaktor hibrid anaerob, karena pada kondisi ini terjadi pengembangbiakan mikroorganisme untuk mencapai tunak. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan kajian terhadap kondisi start up bioreaktor hibrid anaerob dengan mengamati paramter COD dan biogas yang dihasilkan. Penelitian ini dilakukan dengan laju alir 2 l/hari pada suhu ruang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efisiensi penyisihan COD yang terbesar diperoleh 92% dengan pH operasi 6,2 serta produksi biogas sebesar 14982 ml/hari. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa start up bioreaktor hibrid anaerob berlangsung selama 57 hari.Item Efisiensi Penyisihan Chemical Oxygen Demand (COD) Limbah Cair Pabrik Sagu Menggunakan Bioreaktor Hibrid Anaerob Pada Kondisi Tunak Dengan Variabel Laju Pembebanan Organik(2013-05-17) lestyana kusuma, Yatri; Ahmad, Adrianto; YelmidaKabupaten kepulauan meranti memproduksi sagu 450.000 ton/tahun. Dalam memproduksi tepung sagu di butuhkan 20.000 liter air/ton sagu, jadi dapat diperkirakan air yang dibutuhkankan 9.000.000 kl air/tahun, yang mana 94 % air tersebut akan menjadi limbah cair, sehingga limbah cair yang dihasilkan dalam produksi sagu sekitar 8.460.000 kl air/tahun atau 23000 kl air/hari. Limbah cair tersebut memiliki konsentrasi COD yang tinggi, hal ini menyebabkan kandungan oksigen terlarut di dalam air menjadi rendah. Salah satu cara menurunkan konsentrasi COD ini dengan menggunakan bioreaktor hibrid anaerob. Tujuan dari penelitian ini untuk menyisihkan COD dan menentukan efisiensi penyisihan COD optimal dalam pengolahan limbah cair sagu pada kondisi tunak.Volume kerja bioreaktor hibrid yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 10 L dengan dimensi panjang 40 cm, lebar 26 cm, dan tinggi 24 cm. Dilakukan variasi laju pembebanan organik yaitu 12,5 kgCOD/m3hari dengan laju alir 2,5 L/hari ; 16,7 kgCOD/m3hari dengan laju alir 3,3 L/hari; 25 kgCOD/m3hari dengan laju alir 5 L/hari; 50 kgCOD/m3hari dengan laju alir 10 L/hari. Masing-masing laju pembebanan organik dioperasikan sampai diperoleh keadaan tunak berdasarkan data COD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efisiensi penyisihan COD terbesar diperoleh pada pengoperasian laju pembebanan organik 12,5 kgCOD/m3hari sebesar 90 %. Dengan demikian, perancangan sistem bioreaktor hibrid anaerob bermedia batu dapat direalisasikan untuk mewujudkan suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah limbah secara efektif dan efisien.Item Kajian Aklimatisasi Proses Pengolahan Limbah Cair Pabrik Sagu Secara Anaerob(2013-05-15) Priyono, Agus; Ahmad, Adrianto; BahruddinKabupaten Kepulauan Meranti terkenal sebagai salah satu penghasil tepung sagu terbesar di Indonesia. Kabupaten Kepulauan Meranti memproduksi 440.000 ton tepung sagu/tahun. Setiap 1 ton tepung sagu menghasilkan 200.000 liter limbah cair sagu/ton tepung sagu, sehingga diperkirakan akan menghasilkan limbah cair sagu 88.000.000 liter/tahun. Limbah cair sagu memiliki komposisi bahan organik yang tinggi, sehingga jika dibuang ke perairan maka akan menyebabkan pencemaran air dan menurunkan kualitas perairan. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan penanganan secara anaerob. Pengolahan secara anaerob pada dasarnya atas bantuan bakteri. Bakteri perlu dilakukan proses pembibitan dan aklimatisasi sebelum dilakukan pengolahan anaerob. Penelitian ini bertujuan menentukan pengaruh waktu aklimatisasi terhadap produksi biogas, pH, konsentrasi biomassa (VSS), dan kinetika pertumbuhan. Penelitian dilakukan menggunakan bioreaktor anaerob dengan volume 20 L pada kondisi operasi suhu ruang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses aklimatisasi berlangsung selama 11 hari dan pH rata-rata 7,2. Konsentrasi biomassa rata-rata selama proses aklimatisasi sebesar 0,212 g/L. Biogas yang dihasilkan rata-rata sebesar 1895 mL/hari, sedangkan laju pertumbuhan spesifik (μ) sebesar 0,0931. Dengan demikian, bakteri anaerob dapat digunakan pada proses pengolahan limbah cair sagu.Item Pengaruh Konsentrasi Starter Pada Pembuatan Kompos Dari Limbah Serat Buah Sawit dengan Teknologi Biofertilizer(2013-05-15) Shahila, Nila; Ahmad, Adrianto; WisrayettiLimbah padat yang di hasilkan oleh industri kelapa sawit di Indonesia mencapai 15,20 juta ton limbah/ tahun. Salah satunya berupa limbah serat buah sawit, apabila tidak di kelola dengan baik akan mencemari lingkungan. Salah satu penanganan limbah tersebut dengan mengubahnya menjadi pupuk kompos. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh konsentrasi starter pada proses pengomposan dan mendapatkan rasio C/N optimum pada pembuatan kompos dengan teknologi biofertilizer. Biofertilizer merupakan salah satu teknologi yang memanfaaatkan mikroorganisme dalam proses pengomposan untuk meningkatkan kesuburan tanah dengan kandungan mikroorganisme berupa nutrisi. Penelitian berlangsung dalam 4 tahap. Tahap pertama adalah persiapan starter, tahap kedua adalah persiapan substrat berupa limbah padat serat buah sawit dengan ukuran 2cm, tahap ketiga adalah persiapan bioreaktor menggunakan 5 buah bioreaktor dan tahap keempat adalah proses pengomposan dengan variasi konsentrasi starter 0%, 10 %, 20%, 30% dan 40%. Selama proses pengomposan dilakukan pengukuran pH, temperatur, kadar air dan aerasi pada masing-masing bioreaktor dilakukan setiap 3 hari. Pengomposan dilakukan dengan proses aerob. Hasil penelitian menunjukkanbahwa, konsentrasi starter 0% diperoleh nitrogen sebesar 0.94, 10% sebesar 1.09, 20% sebesar 1.31, 30% sebesar 0.83, dan 40% sebesar 1.07. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, nilai optimum untuk kebutuhan nitrogen pada proses pengomposan terdapat pada konsentrasi starter 20% yang dapat mempercepat aktivitas mikroorganisme dengan nilai rasio C/N sebesar 10.45 pada hari ke 60 dengan konsentrasi starter 20% . Dengan demikian, nilai rasio C/N yang didapat sesuai dengan standar kualitas kompos SNI 19730-2004.Item Pengaruh Laju Pembebanan Organik terhadap Produksi Biogas dari Limbah Cair Sagu Menggunakan Bioreaktor Hibrid Anaerob(2013-05-15) Yunitamel, Lusy; Ahmad, Adrianto; Zahrina, IdaProduksi sagu di Kabupaten Kepulauan Meranti dapat mencapai 450.000 ton pertahun. Peningkatan produksi pati sagu diikuti dengan peningkatan jumlah limbah cair sagu yang dihasilkan. Dalam memproduksi pati sagu dibutuhkan 20.000 liter air per ton sagu, yang mana 94% air tersebut akan menjadi limbah cair. Limbah cair tersebut mempunyai kadar COD yang tinggi yaitu sebesar 50.000 mg/L dan berpotensi untuk dikonversi menjadi biogas. Salah satu cara pengolahan limbah cair sagu tersebut menjadi biogas dengan menggunakan bioreaktor hibrid anaerob yang merupakan penggabungan antara sistem pertumbuhan tersuspensi dan sistem pertumbuhan melekat. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan laju pembebanan organik optimum dengan produksi biogas yang tinggi menggunakan bioreaktor hibrid anaerob bervolume kerja 10 L dan menggunakan media batu. Penelitian ini memvariasikan laju pembebanan organik yaitu 12,5; 16,7; 25 dan 50 kgCOD/m3hari dan dikondisikan pada suhu ruangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju pembebanan organik berpengaruh terhadap produksi biogas. Produksi biogas optimum yaitu pada laju pembebanan organik 25 kgCOD/m3hari, biogas yang dihasilkan pada saat tunak yaitu pada hari ke 12 sebesar 41.600 ml.Item Penyisihan Kandungan Padatan Limbah Cair Pabrik Sagu Dengan Bioreaktor Hibrid Anaerob Pada Kondisi Start-up(2013-05-15) Ul Fadhli, Taufiq; Ahmad, Adrianto; YelmidaLimbah cair sagu meningkat seiring dengan perkembangan industri sagu di Indonesia. Limbah cair sagu bersifat asam, berbau busuk dan memiliki konsentrasi padatan yang tinggi. Padatan adalah salah satu parameter dalam mengidentifikasi tingkat pencemaran suatu limbah cair. Padatan limbah cair pabrik sagu dapat berupa padatan organik dan anorganik. Padatan organik umumnya dapat didegradasi oleh mikroorganisme, sementara padatan anorganik sulit didegradasi oleh mikroorganisme. Oleh karena itu, limbah cair sagu ini perlu penanganan terlebih dahulu sebelum dibuang ke badan air atau perairan. Penanganan padatan dari limbah cair pabrik sagu dapat dilakukan secara anaerob menggunakan bioreaktor hibrid anaerob bermedia batu. Keberhasilan bioreaktor ini dalam mengolah limbah cair tergantung pada strategi melakukan start-up bioreaktor. Penelitian ini bertujuan untuk menyisihkan dan mendapatkan tingkat penurunan kandungan padatan limbah cair sagu pada kondisi start-up. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses start-up bioreaktor hibrid anaerob berlangsung selama 57 hari dengan WTH 2 L/hari, kondisi operasi suhu ruang dan pH rata rata 6,0. Efisiensi penyisihan TS sebesar 63 %, TVS sebesar 43 %, TSS sebesar 60 % dan VSS sebesar 61 %. Hal ini menunjukkan bahwa bioreaktor hibrid anaerob bermedia batu baik dalam menyisihkan kandungan padatan limbah cair pabrik sagu.