Potensi Beberapa Konsentrasi Ekstrak Akar Tuba (Derris Eliptica) Untuk Menekan Populasi Ulat Grayak (Spodoptera Litura F) Pada Tanaman Kedelai (Glycine Max L. Meriil)
No Thumbnail Available
Date
2015-07-05
Authors
Journal Title
Journal ISSN
Volume Title
Publisher
Abstract
Kedelai merupakan tanaman palawija yang berperan penting untuk
pemenuhan gizi masyarakat karena banyak mengandung protein, lemak dan vitamin.
Kebutuhan terus meningkat sedangkan produksi tidak mampu dalam mengimbangi
pennintaan. Salah satu yang yang mempengaruhi produksi tanaman kedelai adalh
tcrganggunya pertumbuhan dan perkembangan dalam budidaya tanaman kedelai
akibat dari serangan hama. llama yang menyerang tanaman kedalai adalah Ulat
grayak Spodoptera litura F. Ulat ini mampu menyerang tanaman muda dan tanaman
tua, sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman kedelai.
Kehilangan hsil tanaman akibat dari serangan ulat grayak Spodoptera litura F
mencapai 85 % dan dapat mengakibatkan kegagalan panen (puso).
Pengendalian hama oleh petani biasanya masih menggunakan insektisida
sintelis yang dapat menimbulkan dampak negatif pada lingkungan. Berkenibangnya
ras hama resisten terhadap insektisida, rejusensi hama, munculnya hama sekunder,
terbunuhnya musuh alami hama dan hewan bukan sasaran serta terjadinya
pencemaran lingkungan. Insektisida nabati merupakan pengendalian alternatif yang
bisa terapkan karena aman dan ramah lingkungan dalam pengendalian organisme
pengganggu tanaman (OPT). Salah satu tanaman yang mengadung insektisida nabati
adalah tanaman tuba. Tanaman tuba mempunyai bahan aktif yaitu rotenon yang
bersifat racun dan tersedia banyak di Indonesia dan biasanya tanaman tuba digunakan
untuk meracun ikan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekstrak akar tuba sebagai
pestisida nabati untuk mengendalikan hama ulat grayak Spodoptera litura F pada
tanaman kedalai. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium hama tumbuhan dan
Kebun percobaan organik (KPO) Fakultas Pertanian Universitas Riau pada juni
sanipai dcngan bulan September 2009. Untuk pengamatanya adalah awal kematian
ulat 0^"^)' persentase mortalitas harian ulat (%), persentase mortalitas kumulatif ulat
(%), Lethal time 50 % i]am). Lethal consentrasi 50 % (%), lama hidup larva setelah
pemberian perlakuan, perubalian tingkah laku dan morfologi ulat uji, jumlah helaian
daun dan suhu dan kelembaban tempat penelitian.
Hasil penelitian menunjukan bahwa potensi ekstrak akar tuba menyebabkan
awal kematian ulat 12 jam setelah aplikasi. Persentase mortalitas harian ulat 20%
lebih banyak menyebabkan kematian larva tiap hari. Persentase mortalitas kumulatif
tidak ada terjadi kematian ulat secara kumulatif 100% pada masing-masing
perlakuan. Lethal time 50 % ulat uji menunjukan 48 jam setelah aplikasi. Lethal
consentrasi 50%) mampu memubunuh 50 %> ulat uji dalam waktu 48 jam pada
konsentrasi 50 gram/liter air. Hal ini dikarenakan bahan aktif yang terkandung dalam
ekstrak akar tuba mampu sebagai insektisida nabati.
Description
Keywords
Konsentrasi Ekstrak Akar Tuba, Populasi Ulat Grayak