Keanekaragaman Jenis Serangga Di Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu

Abstract

Serangga menyusun sekitar 64% ( 950.000 spesies) dari total spesies flora dan fauna yang diperkirakan ada dibumi ini ( Grombridge, 1992). Dengan jumlah spesies dan individu yang besar maka serangga memegang peranan yang sangat penting dalam suatu ekosistem. Diantara peran tersebut adalah : herbivore, predasi, parasitisme, dekomposisi, penyerbukan, Serangga herbivore merupakan factor penyebab utama dalam kehilangan hasil, baik secara langsung memakan jaringan tanaman atau sebagai vector dari pathogen tanaman (Kirk-Spriggs 1990). (Speight et. Al., 1999). Serangga pada umumnya mempunyai peranan yang sangat penting bagi ekosistem, baik secara langsung maupun tidak langsung. Tanpa kehadiran suatu serangga, maka kehidupan suatu ekosistem akan terganggu dan tidak mencapai suatu keseimbangan. Peranan serangga dalam ekosistem diantaranya adalah sebagai pollinator, decomposer, predator (pengendali hayati), parasitoid (Pengendali pollinator secara hayati), hingga sebagai bioindikator bagi suatu ekosistem. Umum serangga tidak berperan langsung pada proses polinasi, serangga hanya bertujuan memperoleh nectar dari bunga yaitu sebagai sumber makanannya. Namun dalam hal ini serangga memiliki peran yang sangat penting, secara tidak sengaja polen atau serbuk sari menempel dan terbawa pada tubuh serangga hingga polen tersebut menempel pada kepala putik bunga lain dan terjadilah proses polinasi. Seperti disampaikan oleh Satta et al., (1998) dalam laporannya bahwa lebah local memiliki peranan penting pada proses polinasi dari bunga Sulla ( Hedysarum conorarium L) didaerah Mediterania. Lebah local anggota ordo Apidae ( A. mellifera) dan ordo Anthoporidae(E. mumida mampu meningkatkan prosentase terjadinya polinasi silang serta meningkatkan produksi biji tanaman sulla. Williams I.H. (2002) juga menambahkan dalam laporannya bahwa lebih dari 140 spesies tanaman di Eropa, diuntungkan dengan adanya peran serangga dalam proses penyerbukan atau polinasi. Lebah atau serangga jenis lain secara tidak sengaja membawa pollen dari satu bunga ke bunga lainnya, sehingga sangat membantu proses polinasi. Penting dalam proses dekomposisi terutama di tanah. Kotoran atau feases dari hewan dapat mengakibatkan pencemaran terhadap padang rumput. Tinja sapi yang dibiarkan di permukaan tanah dapat mematikan atau memperlambat pertumbuhan tanaman rumput, serta menyebabkan tanaman disekitarnya kurang disukai ternak sapi. Selain itu kotoran atau tinja tersebut dapat pula sebagai tempat meletakkan telur bagi vector pembawa pernyakit, merupakan tempat hidup bagi larva parasit pada saluran pencernaan ruminansia. Namun denga keberadaan beberapa spesies kumbang pendekomposisi tinja, maka hal tersebut dapat diminimalisir (Shahabuddin, et al., 2005) Kumbang yang bersipat dekompomposer biasanya merupakan anggota dari ordo Coleoptera, dan family Scarabaeidae, yang lebih dikenal sebagai kumbang tinja. Kumbang ini memiliki perilaku makan dan reproduksi yang dilakukan di sekitar tinja, dengan demikian kumbang tinja ini sangat membantu dalam menyebarkan dan menguraikan tinja sehingga tidak menumpuk di suatu tempat. Aktifitas ini secara umum berpengaruh terhadap struktur tanah dan siklus hara sehingga juga berpengaruh terhadap tumbuhan disekitarnya. Dengan membenamkan tinja, kumbang dapat memperbaiki kesuburan dan aerasi tanah, serta meningkatkan laju siklus nutrisi. Dekomposisi tinja pada permukaan tanah, oleh kumbang tinja menyebabkan penurunan pH tanah setelah 9 minggu dan meningkatkan kadar nitrogen, yodium, fosfor, magnesium, dan kalsium sampai 42-56 hari setelah peletakan tinja. Predator dalam kehidupan di suatu ( Gallante, E. Garcia, A.M,. 2001). Ekosistem, serangga juga berperan sebagai agen pengendali hayati, kaitannya dalam predasi. Serangga berperan sebagai predator bagi mangsanya baik nematode, protozoa, bahkan serangga lain. Seperti yang dilaporkan oleh Marheni(2003) bahwa, wereng mencapai 19- 22 famili dan parasitoid 8-10 famili. Predator- predator tersebut cocok untuk pengendalian wereng batang coklat karena kemampuannya memangsa species lain (polyfag) sehingga ketersediaannya di alam tetap terjaga walaupun pada saat populasi wereng tersebut rendah atau diluar musim tanam. Dari hasil penelitiannya, dapat diketahui bahwa predator Paradosa pseudoanulata merupakan predator yang paling efektif dalam menekan populasi wereng batang coklat dan intensitas serangan terhadap padi. Dalam Santoso(2007) melaporkan pula bahwa terdapat sejenis lalat Diatracophaga striatalis ( Lalat Jatiroto), dimana larvanya dapat menyerang dan memangsa hama penggerek Chilo yang berada dalam lubang tebu dan menghisap cairan haemolimpnya sampai mati kering. Dari uraian tersebut, dapat kita ketahui bahwa serangga predator sangat membantu atau berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Serangga parasitoid adalah serangga yang berperan sebagai parasit serangga lain yang merugikan manusia atau ternak. Spalangia endius dan S. nigroaenea serta Pacchyrepoideus vindemiae merupakan parasitoid yang menyerang pupa lalat rumah dan lalat kandang untuk kehidupan larva dan pupanya, sedangkan dewasanya hidup bebas (Koesharto, 1995). Pada kehidupan parasitoid secara umum makanannya berupa nectar dan haemolim inang. Haemolim inang digunakan dalam pembentukan dan pematangan telur sedangkan nektar diperlukan sejak awal sebagai sumber energy. Berbeda dengan dipteral yang memiliki alat penusuk pada proboscisnya, parasitoid termasuk dalam ordo Hymenoptera tidak dapat menembus kulit puparium cairan haemolom diperoleh dari rembesan yang keluar waktu bioindikator menusukan ovipositor ke dalam pupa lalat ( Stireman, et al., 2006) Serangga merupakan hewan yang sangat sensitive responsive terhadap perubahan atau tekanan pada suatu ekosistem dimana dia hidup. Penggunaan serangga sebagai bioindikator kondisi lingkungan atau ekosistem yang ditempatinya telah lama dilakukan. Jenis serangga ini mulai banyak diteliti karena bermanfaat untuk mengetahui kondisi kesehatan suatu ekosistem. Serangga kuatik selama ini paling banyak digunakan untuk mengetahui kondisi pencemaran air pada suatu daerah, diantaranya adalah beberapa spesies srangga dari ordo Ephemerotepa, Diptera, Trichoptera dan Plecotera yang kelimpahan atau kehadirannya mengindikasikan bahwa lingkungan tersebut telah tercemar, karena serangga ini tidak dapat hidup pada habitat yang sudah tercemar. Adapun untuk serangga daratan(‘teresterial insect’) studi sejenis telah banyak dilakukan pada berbagai kawasan hutan di berbagai Negara termasuk di kawsan hutan tropis (Shahabuddin, 2003). Ditambahkan oleh Wardhani (2007) dalam laporannya bahwa, larva Odonta juga berpotensi sebagai bioondikator pencemaran air, karena larva ini sangat sensitive terhadap perubahan kualitas air. Bila kualitas air sebagai habitatnya tercemar, maka larva odonata akan mati.batang coklat mempunyai banyak musuh alami di alam terutama predator

Description

Keywords

Citation

Collections