ECOCULTURE DALAM PELESTARIAN LINGKUNGAN
No Thumbnail Available
Date
2016-07-19
Authors
Journal Title
Journal ISSN
Volume Title
Publisher
Abstract
Paradigma antroposentrik telah menjauhkan manusia dari alam, sekaligus menyebabkan sikap
eksploitatif dan tidak peduli terhadap alam.Dalam kaitan dengan itu, krisis ekologi dilihat
pula sebagai disebabkan oleh cara pandang mekanistis-reduksionistis-dualistis dari ilmu
pengetahuan Cartesian. Cara pandang yang antroposentris dikoreksi oleh etika bio-sentrisme
dan ekosentrisme, khususnya Deep Ecology, untuk kembali melihat alam sebagai sebuah
komunitas etis .Konsep eco-culture sesungguhnya sudah sejak awal mula dipraktikkan oleh
masyarakat adat atau masyarakat-masyarakat tradisional di tempat lainnya.Cara pandang
mengenai manusia sebagai bagian integral dari alam, serta perilaku penuh tanggung jawab,
penuh sikap hormat dan peduli terhadap kelangsungan semua kehidupan di alam semesta,
telah menjadi cara pandang dan perilaku berbagai masyarakat adat Sebagian kearifan lokal
dalam pemeliharaan lingkungan hidup di antaranya masih tetap bertahan di tengah hempasan
arus pergeseran oleh desakan cara pandang antroposentrik. Ada pula yang sedang mengalami
krisis karena desakan pengaruh modernisasi tersebut. Sementara yang lain, hanyut terkikis
hilang ditelan modernisasi dan cara pandang yang antroposentrik.
Dalam konteks itu, ekoculture, khususnya Deep Ecology, mendorong untuk meninggalkan
cara pandang yang antroposentris, dan ketika cara pandang kehidupan yang holistik mengajak
untuk meninggalkan cara pandang antroposentrik, manusia sesungguhnya diajak untuk
kembali ke kearifan lokal, kearifan lama masyarakat adat. Dengan kata lain, etika lingkungan
hidup adalah menghimbau dan mengajak manusia saat ini untuk kembali ke etika masyarakat
adat yang masih relevan dengan perkembangan zaman. Inti pandangan ini adalah kembali ke
alam, kembali ke jatidirinya sebagai manusiayang ekologisdalam perspektif eco-culture
Description
Keywords
kearifan lokal, ecoculture, antroposentrik