PEROLEH N 'ENGLISH TENSE' OLEH ORANG YANG BERPENDIDIKAN RENDAH : SEBUAH STUDI KASUS TENTANG SEORANG WANITA INDONESIA
No Thumbnail Available
Date
2013-02-25
Authors
Journal Title
Journal ISSN
Volume Title
Publisher
Abstract
Perolehan bahasa kedua atau bahasa asing oleh orang yang berpendidikan
rendah terjadi secara alami. Penelitian ini adalah studi kasus tentang perolehan bahasa
oleh seorang wanita Indonesia yang berpendidikan rendah. Penelitian ini bersifat
pembuktian teori, yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor usia terhadap
perolehan bahasa Inggris. Walaupun partisipan mempelajari bahasa Inggris secara
alami sudah sangat terlambat, yaitu pada usia 28 th, jika dibandingkan dengan teori
perolehan bahasa kedua yaitu masa kritisnya adalah masa puber, hipotesa yang
diajukan adalah partisipan dapat mencapai level profisiensi yang dibutuhkan yaitu
minimal 75 % karena dia mempunyai motivasi dan minat yang sangat tinggi terhadap
bahasa Inggris. Penelitian ini difokuskan kepada analisa tenses, khususnya, simple
present, simple past, and present future.
Emi, adalah seorang wanita yang hanya sempat menduduki bangku SMP,
bekerja di Australia mengikuti seorang mahasiswa pasca sarjana, Ratna, yang
melanjutkan studinya di Melbourne Australia. Ratna memiliki 3 orang anak. Aktifitas
yang dilakukan partisipan setiap hari; mengantarkan anak-anak ke Childcare (play
group), pergi berbelanja ke kota, menjaga anak-anak di Childcare 3 kali seminggu
selama satu jam membuat dia sering berkomunikasi dengan orang lain. Hal ini juga
membuat motivasi dan minatnya terhadap bahasa Inggris terus meningkat. Pada bulan
Mei 2006, partisipan kembali ke Indonesia karena Ratna sudah menyelesaikan
studinya. Partisipan tinggal di Australia selama satu seten^h sahun.
Data dikumpulkan dengan teknik v^awancara dengan seting alami. Tiga buah
pertanyaan disiapkan, yaitu meminta partisipan untuk menceritakan aktifitas sehariharinya
selama di Australia, aktifitasnya sekarang di Jambi, dan aktifitas yang ak^i
dilakukannya dimasa yang akan datang.
Diantara 52 kata kerja yang digunakan, 36 diantarany^ (62 %) adalah dalam
bentuk simple present, 6 (11,5 %) dalam bentuk present continues, 5 (9,6 %) dalam
bentuk present continues tidak lengkap, 4 (7,7 %) dalam bentuk kombinasi dari
simple present dan present continues, dan hanya ada 1 kata kerja (1,9 %) dalam
bentuk simple past tense. Tidak adanya respon dalam 2 tenses lainnya, simple past
tense dan present future menunjukkan bahwa partisipan tidak mengenal kedua tenses
tersebut. Dengan demikian, penelitian ini membuktikmi bahwa apa ymig dikemukakan
oleh Bongaerts,dkk dalam Singleton dan Lengyel (eds) (1995:30) yaitu orang dewasa
mengalami kesulitan yang besar dalam mencapai level profisiensi bahasa kedua, dan
Johnson dan Newport dikutip oleh Towell dan Hawkins (1994:127) bahvra
ketidaklengkapwi berkembang sejalan dengmi usia: semakin tua (terlmnbat) seseorang
terlibat dalam bahasa kedua, akan semakin tidak lengkap grammar bahasa keduanya,
adalah benar.