Pengembangan kelembagaan Desa Dan Strategi Pemberdayaan Masyarakat Miskin Di Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar

No Thumbnail Available

Date

2012-12-06

Journal Title

Journal ISSN

Volume Title

Publisher

Abstract

Masih mininmya jumiah akses kesehatan dan pendidikan yang tersedia di Desa Buluhcina sangat menentukan bagaimana perilaku masyarakat miskin dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan. Keadaan yang serba kekurangan, kemauan yang rendah serta akses yang sulit dijangkau, menjadikan mereka berperilaku seperti itu. Selain itu, kondisi geografis Desa Buluhcina yang berada di pinggiran sungai Kampar, berakibat seringnya mengalami bencana banjir, serta muncuinya kebiasaan MCK di sungai, mempengaruhi perilaku hidup sehat mereka. Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar mempunyai 10,18% penduduk miskin, dan di Desa Buluhcina masih terdapat 27% keluarga miskin, menjadi landasan untuk menjawab permasalahan bagaimana karakter kemiskinan yang muncul, serta bagaimana perilaku hidup sehat masyarakat. Pengamatan dilakukan terhadap 28 keluarga yang ditetapkan secara purposive menurat penghasilan, pekerjaan dan lama tinggal. Data yang tericumpul dianalisa secara deskriptif kuantitatif, dilengkapi interpretasi atas kecenderungan fenomena yang muncul. Analisis dilakukan berdasarkan konsep-konsep teoritis tentang Kemiskinan dan Karakter Kemiskinan, Culture of Poverty (Oscar Lewis), Tindakan Tradisional (Max Weber), dan Petukaran Sosial (George Homans). Kemiskinan (penghasilan kecil, rumah tidak permanen, tidak ada pekerjaan sampingan), rendahnya pendidikan (tidak sekolah, tamat/tidak tamat SD), kecilnya aksesibilitas terhadap fasilitas kesehatan, berakibat pada rendahnya pemanfaatan masyarakat miskin teriiadap fasilitas modem. Hal ini dapat dilihat dari seringnya mereka berobat ke dukun, tidak pemah melakukan pengecekkan kesehatan, dan minimnya interaksi dengan fasilitas kesehatan modem, yang kemudian semua ini mempengaruhi perilaku mereka dalam menjaga kesehatan sebari-hari. Keterbatasan ekonomi telah memaksa mereka untuk selalu beradaptasi, dengan mempertahankan keyakinan tradisional serta rendahnya kesadaran teifaadap pola hidup sehat. Karakteristik kemiskinan di komunitas yang diamati ini adalah : a) ketidakmampuan memenuhi kebutuban dasar (basic need) seperti pangan, gizi, sandang, papan pendidikan dan kesehatan ; b) Inaccessibility, yaitu ketidakmampuan menjangkau sumberdaya sosial dan ekonomi baik akibat rendahnya daya tawar {bargaining position) maupun keterbatasan modal, teknologi dan sumber daya manusia ; c)Vulnerability, mudah jatuh dalam kemiskinan (rentan) akibat berbagai resiko seperti penyakit, bencana alam, kegagalan panen, dan sebagainya, sehingga hams menjual asset produksinya. Kerentanan ini sering disebut poverty rackets atau roda penggerak kemiskinan.

Description

Keywords

karakter kemiskinan, perilaku hidup sehat, pemanfaatan fasilitas kesehatan

Citation