BELAJAR DARI ADAPTASI PETANI LADANG BERPINDAH DI NAGARI SILAYANG KECAMATAN MAPATTUNGGUL SELATAN KABUPATEN PASAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT
No Thumbnail Available
Date
2016-07-13
Authors
Journal Title
Journal ISSN
Volume Title
Publisher
Abstract
Pergeseran sistem pertanian ladang berpindah ke perkebunan karet (havea brasiliensi) di
Nagari Silayang sejak era 90-an, berdampak positif terhadap ekologi dan sosial ekonomi.
Perkebunan karet yang lebih intensif, meminimalisir perambahan hutan baru. Nilai tukar karet
yang lebih tinggi dari nilai pangan, telah mengurangi ketergantungan terhadap hutan dan
ladang. Akan tetapi tiga tahun terakhir terjadi fenomena sebaliknya. Masyarakat, kembali
melakukan praktek ladang berpindah, bahkan dalam kasus ekstrim, beberapa keluarga justru
menumbang pohon karetnya untuk ditanami padi ladang. Penelitian ini bertujuan untuk
menjelaskan mengapa masyarakat kembali melakukan praktek ladang berpindah, melihat
perbedaan pola ladang berpindah akhir-akhir ini dari pola sebelumnya dan bagaimana
pemerintah lebih berperan dalam mengatasi deforestasi hutan. Penelitian ini bersifat deskripsi
dengan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik; observasi,
koesioner dan wawancara. Penelitian dilakukan bulan Februari-April di Nagari Silayang.
Populasi penelitian yakni Kepala Keluarga atau Rumah Tangga. Pengambilan sampel
sebanyak 59 KK dengan teknik acak sederhana. Data hasil penelitian, ditabulasi dan dianalisis
untuk mengetahui faktor-faktor penyebab “revitalisasi” ladang berpindah dan menjelaskan
dinamika praktek ladang berpindah.Penelitian menunjukkan bahwa; 1. Petani di Nagari
Silayang kembali berladangan berpindah karena: a. Budaya berladang berpindah karena
minimnya areal sawah, b. Murahnya nilai jual karet dalam waktu yang lama, b. kenaikan
harga pangan dan kebutuhan lainnya. 2. Dinamikanya adalah jenis tanaman tua yang lebih
variatif, lebih responsif terhadap pasar dan pengelolaan yang lebih efesien. 3. Pemerintah
semestinya tidak serta merta melarang masyarakat untuk berladang, tetap lebih arif dengan
pengakuan pada sistem ini sebagai kearifan lokal dan memberikan informasi dan penyuluhan
tentang pola pertanian yang lebih produktif dan berkelanjutan.
Description
Keywords
ladang berpindah, ekologi, subsisten, diversifikasi