CSR-Engineering
Permanent URI for this collection
Browse
Recent Submissions
Item Potensi Produksi Gas Metana Dari Kegiatan Landfilling Di Tpa Muara Fajar, Pekanbaru(2016-12-13) Sasmita, Aryo; Andesgur, IvnainiKota Pekanbaru merupakan kota besar dengan jumlah penduduk 1.038.118 jiwa pada tahun 2015, dengan pertumbuhan penduduk sebesar 2,63% per tahun. Jumlah penduduk yang besar tersebut memiliki konsekuensi di bidang pengelolaan lingkungan, salah satunya adalah besarnya timbulan sampah yang dihasilkan oleh aktivitas masyarakat Kota Pekanbaru. Berdasarkan data yang tercatat di TPA Muara Faja, besarnya sampah yang masuk ke TPA Muara Fajar, setiap bulannya mencapai 14.500 Ton. Proses degradasi material organik yang berasal dari sampah akan menghasilkan gas metana (CH4), CO2, sisa bahan toksik, dan bau. Gas metana dan gas CO2 merupakan gas rumah kaca yang berkonstribusi terhadap pemanasan global. Walaupun demikian gas metana dapat pula dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis seberapa besar produksi gas metana yang diproduksi dari proses pembuangan sampah di TPA secara landfilling dan berapa lama lagi TPA muara Fajar masih dapat beroperasi menampung sampah Kota Pekanbaru. Dilakukan survey untuk mengetahui besarnya timbulan sampah yang masuk ke TPA setiap harinya dan berapa luas lahan yang masih tersisa untuk menerima sampah kota. Dalam penelitian ini menggunakan software Landgem untuk menghitung produksi gas metana yang dihasilkan dari proses degradasi sampah TPA. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan perhitungan timbulan sampah yang masuk setiap hari, TPA Muara Fajar hanya dapat beroperasi menampung sampah Kota Pekanbaru hingga bulan Oktober 2018. Dari hasil perhitungan menggunakan program Landgem menunjukkan hasil bahwa produksi gas metana dari degradasi sampah terbesar pada tahun 2019 sebesar 1.331.487 m3/tahun dan gas tersebut akan habis pada tahun 2096.Item Synthesis of Copper-cobalt-titanium Based Thin Film Coating on Aluminum Substrate via Reproducible Sol-gel Process for Durable Solar Selective Absorber(2016-12-13) Amri, Amun; Fadli, AhmadMatahari merupakan sumber energi yang tak terbatas dan bersifat ramah lingkungan. Radiasi matahari dapat dikonversi menjadi energi listrik secara langsung (melalui photovoltaic) maupun tidak langsung melalui konversi panas menggunakan kolektor solar thermal. Komponen kunci yang menentukan efisiensi dari solar thermal kolektor adalah lapisan tipis pada permukaan kolektor yang menyerap radiasi matahari secara selektif dan mengkonversinya menjadi energi panas pada fluida kerja atau biasa disebut solar selektif absorber (SSA). SSA yang beredar dipasaran saat ini adalah berbasiskan pada metode sputtering/vakum dan metode elektrokimia. Namun permasalahannya adalah bahwa metode-metode ini masih memiliki kendala terutama pada biaya produksi yang tinggi (metode sputtering/vakum) dan tidak ramah lingkungan (metode elektro-platting). Tujuan jangka panjang penelitian ini adalah menghasilkan produk (SSA) yang bekualitas tinggi dengan proses produksi yang berbiaya murah dan bersifat ramah lingkungan. Adapun target khusus dari penelitian yang diusulkan ini menghasilkan SSA tembaga kobal oksida berkualitas tinggi dengan proses yang reproducible, simpel dan ramah lingkungan dengan metode sol-gel menggunakan prekursor tembaga dan kobal nitrat dengan penambahan lapisan silika antirefleksi. Untuk mengimplementasikan hal ini, penelitian akan dilakukan dalam beberapa tahap. Pertama adalah investigasi konsentrasi sol tembaga dan kobal nitrat dan ketebalan lapisan film tipis yang memberikan absorptansi dan emitansi optimum. Kedua adalah karakterisasi struktural, morfologi dan komposisi permukaan serta sifat adhesi dan kekerasan koating. Ketiga adalah investigasi sifat optik optimum lapisan SSA terintegrasi silika antirefleksi, dan yang terakhir adalah karakterisasi mekanik SSA terintegrasi silika antirefleksi.Item Pengembangan Sistem Pendingin Minuman Portable Menggunakan Modul Termoelektrik Satu Tingkat(2016-11-30) Mainil, Rahmat Iman; SyafriSistem pendingin minuman portable yang telah dikembangkan menggunakan modul termoelektrik satu tingkat yang digunakan sebagai alat pendingin. Sistem pendingin termoelektrik beroperasi pada arus DC dan dapat digunakan untuk untuk memanaskan atau mendinginkan dengan pembalikan arah arus. Proses pendinginan tersebut dicapai dengan memindahkan panas dari salah satu sisi modul pendingin ke sisi yang lain dengan adanya arus listrik yang mengalir dan memenuhi hukum termodinamika. Ruang pendingin berbentuk kotak (ringan-ringkas) yang dapat dibawa dan membutuhkan input listrik 10 V atau setara dengan voltase yang dihasilkan dua (2) port USB laptop. Tahapan perancangan diawali dengan tahapan perencanaan alat yang meliputi penentuan beberapa kriteria desain seperti bobot alat yang ringan (maksimum 1 kg), dimensi yang ringkas dengan estetika yang baik, konsumsi energi yang rendah (kecil dari 25 Watt) pada voltase dibawah 10 Volt, harga yang terjangkau, mampu mendinginkan hingga temperatur 15 0C dalam waktu kurang dari 30 menit. Pemilihan modul termoelektrik yang tepat untuk memastikan sistem pendingin portable mampu mencapai spesifikasi yang diinginkan. Selanjutnya dilakukan perhitungan termal kotak pendingin untuk menentukan dimensi alat serta ketebalan isolasi yang dibutuhkan dengan mempertimbangkan kriteria desain sekaligus optimasi efisiensi sistem. Hasil perancangan dan pembuatan alat menghasilkan sebuah purwarupa alat pendingin minuman portable dengan dimensi 6 cm x 6,5 cm x 15 cm dengan ketebalan isolasi (polyurethane foam) 6 mm dan ketebalan isolasi (polystyrene expanded) foam 5,3 mm sebagai isolator panas. Daya yang dibutuhkan untuk mendinginkan minuman selama 30 menit sebesar 20,95 W. Pengujian dilakukan dengan menggunakan adaptor dan USB sebagai input daya selama 30 menit. Hasil pengujian menunjukkan bahwa penggunaan adaptor pada tegangan 12V memberikan pendinginan yang lebih baik. Ini bisa dilihat setelah 30 menit temperatur terendah ruang pendingin tanpa beban pendinginan adalah 9,7 ° C, dengan beban pendingin kaleng minuman 250 ml adalah 18,7 ° C, dengan beban pendingin susu kotak 250 ml adalah 18, 4 ° C, dan dengan beban pendinginan minuman isotonik 140 ml adalah 14,8 ° C.Item PerananZat Aditif pada Makanan di Kelurahan Lapas, Kecamatan Rumbai, Pekanbaru-Riau(2013-04-26) Yusnimar; Drastinawati; Sri Irianty, RozanaZat aditif atau bahan pengawet pada makanan adalah berfungsi untuk mencegah atau memperlambat terjadinya kerusakan makanan, baik secara kimiawi maupun mikrobiologis. Dengan menggunakan bahan pengawet, makanan bisa ditransportasikan dalam jarak jauh dan bisa disimpan untuk waktu yang lama. Zat aditif sebagai bahan yang ditambahkan untuk memproduksi pangan olahan untuk tujuan komersial tidak mungkin dihindari, terutama pada industri makanan skala rumah tangga maupun skala industri. Makanan semakin enak, tampilannya semakin menarik , hal ini disebabkan biasanya pada makanan ditambah dengan zat aditif. Produsen makanan rumah tangga akan berusaha menampilkan makanan semenarik mungkin baik dari segi penampakan fisik, aroma, dan tekstur. Namun, acap kali faktor gizi, higienis dan keamanan pangan justru diabaikan. Tujuan penggunaan zat aditif ini adalah untuk, untuk memperbaiki karakter pangan agar kualitasnya meningkat. Selain itu, zat aditif dapat menghambat atau menghentikan aktivitas mikroba (bakteri, kapang, khamir), sehingga dapat meningkatkan daya simpan suatu produk olahan, meningkatkan cita rasa, warna, menstabilkan, memperbaiki tekstur, sebagai zat pengental/penstabil, antilengket, mencegah perubahan warna, memperkaya vitamin, mineral, dan sebagainya. Pemberian bahan pengawet tersebut tidak merusak nilai gizi makanan itu, asalkan bahan tambahan yang digunakan tidak kedaluwarsa.Biasanya kalau masa kedaluwarsanya sudah ditentukan, maka empat bulan menjelang kedaluwarsa makanan itu mengalami perubahan.Item Pengolahan Air Bersih dengan Proses Saringan Pasir Lambat UP FLOW di Kelurahan Muara Fajar Kecamatan Rumbai Pekanbaru(2013-04-26) Heltina, Desi; Komalasari; Sukmiwati, MeryPenggunaan air sangat dipengaruhi oleh tempat dimana masyarakat itu tinggal, ini menyebabkan tingkat penggunaan air bersih sangat berbeda tiap-tiap tempat. Persentase layanan air bersih pada daerah perkotaan masih sangat rendah dan tergantung pada pelayanan perusahaan air minum. Fakta ini menyebabkan penggunaan air bersih masih sangat kurang sehingga berdampak pada kesehatan masyarakat. Penduduk pada daerah-daerah yang belum mendapatkan pelayanan air bersih biasanya menggunakan air sumur galian maupun air sungai yang digunakan kurang memenuhi standar air minum yang sehat. Bahkan untuk daerah yang sangat buruk kualitas air tanah maupun air sungainya, penduduk hanya menggunakan air hujan untuk memenuhi kebutuhan air minum. Oleh karena itu, persentase penderita penyakit pada daerah yang masih menggunakan air minum yang kurang memenuhi syarat kesehatan masih tergolong tinggi. Pekanbaru khususnya daerah Rumbai, kualitas airnya masih belum memenuhi standar air bersih . Air yang digunakan berasal dari air tanah, berupa sumur galian dan air sungai. Jika air sungai naik akan menyebabkan daerah ini akan tergenang air, sehingga air tanah tercemar. Oleh karena itu, persentase penderita penyakit yang disebabkan akibat penggunaan air minum yang kurang bersih atau kurang memenuhi syarat kesehatan masih sangat tinggi.Item Pelatihan Pembuatan Biobriket di RT 04 RW 11 Kelurahan Sidomulyo Barat – Pekanbaru(2013-04-25) Zahrina, Ida; Hafidawati; Yenie, ElviSumber sampah yang terbanyak berasal dari pemukiman. Begitu juga halnya dengan pemukiman di RT 04 RW 11 Kelurahan Sidomulyo Barat Kecamatan Tampan Pekanbaru. Sampah yang banyak terdapat di daerah ini berupa dedaunan, ranting kayu, dan sampah sayuran serta sampah plastik. Sampah di pemukiman ini diperkirakan 75% terdiri dari sampah organik dan sisanya anorganik. Sampah organik bersifat biodegradable sehingga dapat diuraikan oleh mikroorganisme. Walaupun demikian, warga masyarakat perlu pengetahuan untuk memanfaatkannya untuk mengolahnya menjadi sesuatu yang bermanfaat. Berdasarkan survey yang telah dilakukan sebelumnya, diketahui bahwa masyarakat di RT 04 RW 11 belum mengenal bahan bakar briket sebelumnya, apalagi briket yang berasal dari sampah organik yang sebenarnya sangat melimpah di sekitar pemukiman mereka.