2.Seminar Nasional Industrialisasi Perikanan Dan Kelautan 2012

Browse

Recent Submissions

Now showing 1 - 5 of 5
  • Item
    Analisis Kualitas Sedimen Permukaan Selat Bengkalis Propinsi Riau
    (2014-11-09) Hardi, Sandro Situmeang; Rifardi
    Penelitian ini dilakukan pada mei 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola sebaran Pb dan Cu Pada sedimen permukaan serta komposisi material penyusun sedimen di perairan Selat Bengkalis. Metode yang digunakan adalah metode survey, dimana penentuan titik stasiun sebanyak 7 stasiun. Sampel sedimen diambil dari perairan Selat Bengkalis menggunakan Eckman Grab. Analisis logam berat dan komposisi material penyusun sedimen menggunakan AAS Perkin Elmer 3110 dan Saringan Bertingkat, di Laboratorium Kimia Laut Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa rata –rata logam Pb yang mengendap pada sedimen adalah 45,95 ppm, dimana konsentrasi logam Pb berkisar antara 30,15 – 54,70 ppm. Sedangkan Logam Cu memiliki konsentrasi rata – rata 67,73 ppm dengan kisaran antara 62,10 – 71,20 ppm. Daerah kawasan aktivitas pelabuhan dan limbah masyarakat pesisir memiliki konsentrasi logam Pb dan Cu tertinggi, dimana logam diduga berasal dari limbah aktivitas kapal dan pemukiman, yang mana logam akan masuk ke perairan Selat Bengkalis kemudian terakumulasi di perairan dan lama – kelamaan akan mengendap di dasar perairan yaitu sedimen. Sedangkan Konsentrasi logam Pb dan Cu terendah terdapat pada kawasan pesisir mangrove. Nilai ERL untuk logam Pb dan Cu adalah 46,70 dan 34,00 ,dan nilai ERM untuk logam Pb dan Cu adalah 218,00 dan 270,00 ppm. Kata Kunci : Pb, Cu, Pola Sebaran, Sedimen permukaan
  • Item
    Komposisi Butiran Pasir Sedimen Permukaan Selat Bengkalis Propinsi Riau
    (2014-11-09) Devy, Yolanda Putri; Rifardi
    Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Mei-Juni 2012 di Perairan Selat Bengkalis, bertujuan untuk mengetahui material penyusun sedimen secara horizontal di Perairan Selat Bengkalis. Sampel diambil menggunakan Eckman Grab dari 7 titik stasiun kemudian dianalisis untuk menentukan komposisi dan kandungan bahan organik pada sedimen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi sedimen di Perairan Selat Bengkalis tersusun atas lithogenous (batuan, mika, dan kuarsa) dan biogenous (serasah, foraminifera, dan molusca). Komposisi lithogenous khususnya batuan mendominasi di perairan dan keberadaannya merata pada setiap stasiun. Persentase tertinggi terdapat pada lokasi yang dekat dengan daratan dan merupakan salah satu daerah yang mendapatkan pengaruh arus pasang pertama kali sehingga diduga material yang terbawa arus pasang dari Selat Malaka dan arus surut dari Sungai Pakning tertumpuk di sekitar stasiun ini. Selain itu, jenis batuan juga dapat berasal dari hasil erosi dan kegiatan antropogenik di pinggir sekitar perairan. Persentase lithogenous yang terendah terdapat pada daerah yang dekat dengan kawasan mangrove dimana pada stasiun ini tinggi akan komposisi biogenous khususnya serasah karena banyak mendapat suplai bahan organik sertas arus yang lemah mengakibatkan serasah mengendap dengan baik di daerah ini. Kandungan bahan organik sedimen pada stasiun yang dekat dengan kawasan mangrove tertinggi diantara stasiun lainnya karena mendapatkan suplai bahan organik dari kawasan mangrove di sekitar perairan dan arus yang lemah di pinggir perairan menyebabkan bahan organik dapat mengendap dengan baik. Sedangkan stasiun yang mengandung bahan organik terendah berada pada stasiun yang dekat Selat Malaka, ini diduga material yang terbawa arus pasang tidak banyak mengandung bahan organik . Sementara pada stasiun yang dekat dengan Sungai Siak dan Sungai Pakning mengandung bahan organik yang cukup tinggi, hal ini diduga bahwa aliran sungai membawa banyak kandungan bahan organik. Kata kunci : komposisi, arus pasang surut, sedimen horizontal, Selat Bengkalis
  • Item
    PENENTUAN LOKASI BALAI BENIH KEPITING BAKAU DI KABUPETAN INDRAGIRI HILIR
    (2014-04-04) Rusliadi
    Kabupaten Indragiri Hilir memiliki komoditi perikanan unggulan salah satunya adalah kepiting bakau (Scylla serrata). Sampai saat ini kepiting bakau hanya dieksploitasi dari alam, dengan demikian keberadaan kepiting bakau semakin terancam. Realitas ini mininal didukung oleh 4 hal yang mendasar : 1). Perburuan terhadap induk kepiting bakau semakin meningkat dengan pembongkaran sarang, 2). Semakin rusaknya kawasan hutan mangrove sebagai habitatnya, 3). Semakin menurunnya kualitas perairan di kawasan tempat hidupnya dan 4). Persepsi masyarakat menjelaskan bahwa semakin tahun semakin sulit mencari kepiting bakau. Untuk mengantisipasi kemungkinan punahnya kepiting bakau salah satunya dengan melakukan usaha budidaya. Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir berencana akan membangun fasilitas pembenihan kepiting bakau atau balai benih. Dengan adanya balai benih kepiting bakau ini diharapkan dapat memberikan konstribusi dalam penyediaan benih kepiting baik untuk budidaya maupun restoking Untuk keperluan tersebut diidentifikasi sebanyak 6 lokasi yaitu Sungai Buluh, Pulau Cawan, Tanjung Baru, Kuala Patah Parang, Teritip dan Teluk Nibung. Dari enam (6) lokasi yang diidentifikasi berdasarkan parameter aksessibilitas, topografi, status lahan, kulaitas air, infrastruktur, kodisi tanah, keamanan, tata ruang dan persepsi masyarakat; ternyata lokasi yang paling sesuai untuk lokasi Balai Benih Kepiting di Kabupaten Indragiri Hilir terletak di Desa Tanjung Baru Kecamaatan Tanah Merah. Kelebihan lokasi ini dengan lokasi lain terletak pada parameter aksessibilitas, topografi dan ketersediaan linstrik PLN
  • Item
    PROFIL VERTIKAL FOSFAT DAN CHLOROPHYL-A SEKITAR KERAMBA JARING APUNG DI DANAU BANDAR KHAYANGAN, PROVINSI RIAU
    (2014-01-30) Simarmata, Asmika H; Siagian, Madju
    A research on vertical profile of Phosphate and Chlorophyl-a around floating cage area in the Bandar Khayangan Reservoir, Riau Province has been conducted on August 2011. This research aims to understand the vertical profile of phosphate and chlorophyll-a and trophic status of the water. Water samples were collected from 3 stations, namely station 1 ( in the upstream of the floating cage area), station 2 (in the floating cage area) and station 3 (downstream of the floating cage area). There were 2 sampling sites in each station, in the surface and in 2.5 secchi depth. Sampling was done three times, once a week. Results shown that Phosphate content in the surface was lower than that of the 2.5 secchi depth. In contrast, the chlorophyl-a in the surface was higher than that of the 2.5 secchi depth. Phosphate content in the surface was ranged from 0.09-0.15 mg/l, in 2.5 secchi depth was 0.09- 0.28 mg/l. Chlorophyll-a in the surface was 16.04-31.55 mg/l and in 2.5 secchi depth was 12.54-21.84 mg/l. Transparency was 53.0-68.3 cm, depth was 1.8-3.51 m, water temperature was 29.6-30.3oC, pH 5.5, dissolved oxygen was 4.5-6.0 mg/l and CO2 was 4.7-8.0 mg/l. Based on data obtained, it can be concluded that the water of the Bandar Khayangan Reservoir was very productive and able to support aquatic organisms living in that dam.
  • Item
    DIMENSI PENGETAHUAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN DANAU DI DESA TAMBAK KECAMATAN LANGGAM KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU
    (2014-01-29) Bathara, Lamun; Rina; Kusai
    Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2010, di Desa Tambak Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dimensi pengetahuan lokal masyarakat dalam pengelolaan waduk. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan menggunakan pendekatan fenomenologis. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik snowball sampling. Data kualitatif diinterpretasikan dengan menggunakan beberapa teori, antara lain: teori dimensi sosial dan budaya masyarakat nelayan, teori konflik sosial nelayan dan teori etika lingkungan. Dimensi pengetahuan lokal masyarakat tergambar dalam tindakan dan cara mereka berinteraksi dengan sumberdaya perikanan di lingkungan mereka yaitu menganggap sumberdaya perairan (danau) adalah anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa yang harus dijaga secara bersama-sama. Perairan danau di daerah ini tidak secara bebas diakses oleh setiap orang, karena mekanisme pengelolaannya bersifat regulated fisheries, yakni dalam bentuk lelang. Persepsi masyarakat dalam koservasi sumberdaya perikanan berupa larangan menggunaan pukat tarik dan putas dalam penangkapan ikan di perairan sungai atau danau dan larangan melakukan penangkapan pada suatu lokasi tertentu. Penegakan peraturan dan sanksi bersumber dari masyarakat berupa denda, penyitaan alat tangkap dan larangan beroperasi kembali. Pengelolaan sumberdaya perikanan berbasis masyarakat ini tetap dipertahankan dan dapat dijadikan rujukan pemerintah daerah dalam membuat suatu kebijakan.