LBR-Agriculture
Permanent URI for this collection
Browse
Browsing LBR-Agriculture by Title
Now showing 1 - 12 of 12
Results Per Page
Sort Options
Item Analisis Daya Saing Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Riau(2013-04-18) Bakce, Djaimi; Hadi, SyaifulSalah satu indikator pencapaian pembangunan daerah dapat diUhat dari tingkat daya saing daerah. Penetapan daya saing daerah dapat juga digunakan untuk memahami permasalahan-permasalahan yang dihadapi untuk mencapai tujuan pembangunan daerah. Tipelogi daya saing daerah dapat dibagi menjadi tiga kategori, yakni rendah, sedang dan tinggi. Secara umum tujuan dari peneiHtin ini adalah untuk memetakan dan menganalisis tipologi daya saing daerah kabupaten/kota di Provinsi Riau. Untuk menjawab tujuan penelitian tersebut digunakan metode analisis komponen utama dan analisis korelasi. Hasil temuan utama dari penelitian ini menunjukkan bahwa daerah dengan kategori tipologi daya saing rendah adalah Kabupaten Kepulauan Meranti dan Kabupaten Indragiri Hilir. Kabupaten/kota yang termasuk dalam kategori daya saing sedang adalah Kabupaten Indragiri Hulu, Kabupaten Kuansing, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Kampar. Sementara itu, kabupaten/kota yang termasuk dalam kategori daya saing tinggi adalah Kota Pekanbaru, Kota Dumai, Kabupaten Siak, dan Kabupaten Bengkalis. Indikator transportasi dan komunikasi, aktivitas perekonomian penduduk, dan indikator kesenjangan daerah berkorelasi secara nyata dengan enam indikator daya saing daerah yang dianalisis. Dengan demikian tiga indikator inilah yang perlu diprioritas dalam rangka mempercepat peningkatan daya saing kabupaten/kota di Provinsi Riau.Item ANALISIS KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KOTA PEKANBARU(2013-04-16) Sayamar, Ery; Arifudin; Kausar; Cepriadi; Rosnita; Yulida, RozaPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan penyuluhan pertanian di Kota pekanbaru menurut pasal 13, 14, dan 15 UU No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (UU SP3K). Metode penelitian dilakukan dengan cara survey, dimana wawancara semiterstruktur dilakukan kepada 30 orang responden, yang terdiri dari 15 orang dari Badan Peiaksana Penyuluhan Kota Pekanbaru dan 15 orang dari tiga Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Kota Pekanbaru. Data yang terkumpul, ditabuiasi dan dianalisis secara deskriptif. Untuk menganalisis pelaksanaan pasal 13, 14 dan 15 UU SP3K di Kota pekanbam dengan bantuan Likert's Summated Rating (SLR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Badan Peiaksana Penyuluhan Kota Pekanbaru telah melaksanakan fungsi dan tugasnya dengan baik sesuai dengan pasal 13 UUSP3K ;(2) Dengan belum terljentuknya Komisi Penyuluhan Pertanian Kota Pekanbaru, maka pasal 14 UU SP3K belum dapat dilaksanakan oleh Kelembagaan Penyuluhan Kota pekanbaru; (3) Sedangkan pasal 15 UU SP3K mengenai peran dari BPP, sudah dapat berjalan dengan baik.Item Budidaya Padi Sawah dengan Metode Sri di Desa Padang Mutung Kabupaten Kampar(2013-04-18) Nurbaiti; Tabrani, Gunawan; Zuhri, Elza; Ariani, ErlidaThis study aims to generate growth and good production for varieties grown with SRI methods in the village of Padang Mutung Kampar regency. Research conducted in the village of Padang Mutung Kampar regency. This Research take place during five months from January to May 2011. The experiment was conducted using Completely Randomized Design (RAL) consisting of 4 treatments and 6 replications. The treatment of this research is Batang Gadis varieties are grown by conventional methods (VI) as a control, varieties of Inpari 6 Jete are grown with SRI methods (V2), Inpari 12 varieties are grown with SRI methods (V3) and Batang Gadis varieties grown by SRI method (V4). Data were analyzed using analysis of varience. To see the effect of treatment of control Dunnet test conducted at the level of 5%. Batang Gadis varieties grown with SRI methods of production of dry unhulled gained as much as 1035.33 g / plot (4.02 tonnes / ha) where the result is an increase of 19.05% compared with conventional methods Batang Gadis varieties.Item Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan/Agribisnis/ Pertanian(2017-06-08) Edwina, Susy; Eliza; Khaswarina, Shorea; Yusmini; Tarumun, Suardi; Tety, Ermi; Maharani, EvyKaret merupakan salah satu komoditi hasil perkebunan yang mempunyai peran yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian Indonesia dan menjadi salah satu komoditi ekspor unggulan Indonesia dalam menghasilkan devisa negara diluar minyak dan gas. Indonesia merupakan negara dengan kebun karet terbesar di dunia mengungguli produsen utama lainnya yaitu Thailand dan Malaysia. Meskipun demikian produksi karet Thailand per tahun lebih besar dibandingkan dengan hasil produksi karet Indonesian (Riau terkini, 2014) Pengembangan sub sektor perkebunan karet di Provinsi Riau menunjukkan trend yang semakin meningkat. Pada tahun 2013 luas perkebunan karet di Riau mencapai 500.949 ha dengan hasil produksi 350.476 ton.Keberhasilan subsektor perkebunan tidak lepas dari faktor sumber daya manusia sebagai pelaku utama dan sekaligus sebagai wahana dalam kegiatan pengembangan dan berperan besar dalam meningkatkan pendapatan (BPS Provinsi Riau,2013).Item IDENTIFIKASI PENYAKIT KELAPA SAWIT (ELAEISGUINEENSIS JACQ) DAN TINGKAT SERANGANNYA DI KECAMATAN TAPUNG KABUPATEN KAMPAR(2014-02-25) Elfina S, Yetti; Venita, Yunel; Ali, MuhammadKabupaten Kampar merupakan Kabupaten yang memiliki perkebunan sawit rakyat terluas di Provinsi Riau yaitu seluas 148.077 ha atau 17,75 oA dari luas total kebun sawit rakyat di Provinsi Riau seluas 834.368 ha (Dinas Perkebunan Provinsi Riau, 2009), perkebunan sawit yang ada di Kabupaten Kampar sebagian besar berada di Kecamatan Tapung. Penurunan hasil panen tandan buah segar kelapa sawit terjadi sepanjang waktu terakhir khususnya di perkebunan sawit rakyat yang ada di Kecamatan Tapung, penurunan ini disinyalir akibat kerentanan tanaman terhadap penyakit dan varietas dari tanaman yang tidak bagus. Awal dari suksesnya penanaman kelapa sawit ditentukan pada bibit yang ditanam, pembibitan yang diusahakan oleh rakyat yang ada di Kecamatan Tapung rata-rata telah banyak terserang penyakit bercak daun yang disebabkan oleh jamur dan adJjuga karena kekurangan unsur hara. Para petani yang mengusahakan pembibitan telapa sawit yang ada di Kecamatan Tapung kebanyakan tidak mengerti tentang kultur teknis secara benar dalam hat pembibitan dan dalam hal pengendalikan penyakit yang menyerang bibit- Tujuan dari penelitian adalah unhrk mengetahui jenis penyakit yang menyerang, penyebab penyakit dan tingkat serangannya pada pembibitan utama kelapa sawit di Kecamatan Tapung kabupaten Kampar. Penelitian ini menggrurakan metoda survey lapangan di lahan pembibitan utama kelapa sawit milik rakyat yang ada di Kecamatan Tapung. Penentuan daerah(desa) sampel dengan tekntk purposive sampling. Daerah sampel yaag dipilih adalah Petapahan laya, Karya lndah dan Bencah kelubi daerah ini merupakan desa yang memiliki areal pembibitan kelapa sawit di Kecamatan Tapung. Masing-masing desa dipilih 5 petak sampel yang berukuran 15 meter x 15 meter. Tiap petak sampel diambil 5 tanaman sebagai sampel yang diambil secara acak. Pada masing-masing tanaman sampel dilakukan pengamatan penyakit yang menyerang dan tingkat keruskannya. tingkat kerusakan tanaman dihitung dengan metode Natawigena (1993), data jenis dan gejala masing-masing penyakit, karakteristik patogen penyebab penyakit dianalisis secara statistik deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel dan gambar. Hasil penelitian menunjukan bahwa kebanyakan pembibitan utama kelapa sawit yang ada di kecamatan tapung terserang penyakit bercak daun yang disebabkan oleh jamur Culvularia sp., jamur Cercospora sp. dan jamar pestalotia sp.penelitian juga menemukan banyaknya bibit yang tidak dapat tumbuh normal akibat kekurangan unsur hara penting yaitu NitrogenItem Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit dan Volume Media Untuk Pertumbuhan dan Perkembangan Bibit Kelapa Sawit(2013-04-18) Mumiati; En Yulia, Arnis; Silvina, Fetmi; Ariyani, ErlidaBibit berkualitas merupakan tahap awal dalam pengelolaan tanaman yang diusahakan. Salah satu upaya untuk mendapatkan bibit yang berkualitas adalah dengan pemilihan media. Media yang baik untuk pertumbuhan bibit adalah mempunyai aerase yang baik, kapasitas memegang air yang tinggi dan dapat menyediakan unsur hara yang cukup bagi tanaman. Untuk pembibitan kelapa sawit, baik perkebunan besar maupun perkebunan rakyat menggunakan media berupa top soil yang diambil sampai kedalaman 20 cm dari tanah mineral. Pengadaan bibit dalam jumlah besar, dibutuhkan tanah untuk media dalam jumlah yang banyak dan ketersediaarmya semakin berkurang. Media berftmgsi sebagai tempat berpegang akar, penyedia air dan unsur hara supaya bibit dapat tumbuh dengan baik. Untuk menghasilkan bibit yang berkualitas tetapi penggunaan tanah lebih efisien dapat dilakukan dengan mengurangi volume atau berat media yang diisikan ke dalam polibeg pembibitan tetapi diimbangi dengan meningkatkan kesuburan tanah yang akan digunakan sebagai media. Salah satunya dengan menambahkan pupuk organik diantaranya kompos.Item Pemberian Pupuk Organik Dan Anorganik Pada Bibit Kelapa Sawit ( Elies guaninsis)di Pembibitan Utama(2013-04-17) Sampurno; M.E. Manurung, Gulat; Indra Saputra, SukemiProgram pengembangan dan pembangunan perkebunan kelapa sawit sangat menguntungkan bagi berbagai aspek, baik ekonomi, social, maupun lingkungan. Ditinjau dari aspek ekonomi, perkebunan kelapa sawit dapat mendukung industri dalam negeri berbasis produk berbahan dasar kelapa sawit. Ditinjau dari aspek sosial, terjadi penyerapan tenaga kerja dalam jumlah besar dan memperkecil kesenjangan pendapatan petard dan pengusaha perkebunan. Dari aspek lingkungan, adanya pengembangan dan pembangunan perkebunan kelapa sawit yang telah lama terbuka dan tidak produktif akan merehabilitasi lahan yang kritis. Selain itu, terbangunnya perkebunan yang luas akan menambah penyediaan oksigen serta sekaligus penyerapan karbon.Item Penelitian Akses Keuangan Petani Perkebunan Terhadap Jasa Keuangan Formal Di Kabupaten Indragiri Hulu(2013-04-16) Rifai, Ahmad; Heriyanto, Meizy; Wasnury, RendraAgriculture is a sector that has unbelievably important role in the economy. Agriculture and rural areas is an integral and inseparable. Agriculture is the main component that sustains rural and urban life in Indonesia in general and especially Indragiri Hulu regency. What happens in pertaniaan will directly affect rural development and vice versa. One of the agricultural sub-sectors experienced very rapid growth is sub Riau dipropinsi plantation sector. In Indragiri Hulu regency, there are 9 types of commodities that are grown; rubber, coconut, oil palm, cocoa, coffee, areca nut, pepper, palm, involving as many as 90,092 households. Under these conditions, smallholders have limitations to improve productivity due to limited working capital and investment in development. The research aims to indetified, the types of financing from formal financial institutions and non-formal plantation farmers still used to this day, and formulate policy recommendations to improve farmers' access to capital from the estate of formal financial institutions.Item Penggunaan Formulasi Biofungisida dan Pestisida Nabati menggunakan Bahan Lokal untuk Mengendalikan Penyakit Tanaman(2015-04-22) Elfina S, Yetti; Ali, Muhammad; Venita, YunelJamur Trichoderma harzianum Rifai. dapat digunakan untuk mengendalikan jamur Ganoderma boninense Pat, penyebab penyakit busuk pangkal batang pada kelapa sawit. Aplikasi T. harzianum di lapangan umumnya masih dalam bentuk substrat dan kompos. Cara ini dirasa kurang praktis, sehingga agens hayati T. harzianum tersebut perlu diformulasi. Formulasi biofungisida terdiri dari bahan aktif, bahan makanan (sumber nutrisi), bahan pembawa dan bahan pencampur. Bahan organik seperti pelepah daun kelapa sawit, ampas tebu, jerami padi, sekam padi, enceng gondok dan azolla dapat digunakan sebagai sumber nutrisi bagi T. harzianum. Bahan pembawa yang digunakan yaitu kaolin dan pencampur adalah tepung tapioka . Penelitian ini bertujuan : 1) untuk mengetahui pengaruh penggunaan beberapa bahan organik dalam formulasi biofungisida yang berbahan aktif T. harzianum untuk mengendalikan/menghambat G. boninense secara in vitro 2) untuk mendapatkan bahan organik sebagai sumber nutrisi dalam formulasi biofungisida yang paling mendukung pertumbuhan dan daya hambat T. harzianum terhadap jamur G. boninense secara in vitro. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap yang terdiri dari 6 perlakuan yakni tepung pelepah daun kelapa sawit, ampas tebu, jerami padi, sekam padi, enceng gondok dan azolla dan 3 ulangan. Data yang diperoleh dari pengamatan dianalisis secara statistik dengan menggunakan sidik ragam, dilanjutkan dengan Duncan’s New Multiple Range Test 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : formulasi biofungisida T. harzianum yang mengandung bahan organik pelepah kelapa sawit, azolla dan ampas tebu mempunyai potensi yang lebih baik untuk mengendalikan jamur G. boninene secara in vitro dan daya hambat jamur T. harzianum terhadap jamur G. boninense tertinggi terdapat pada formulasi biofungisida yang mengandung bahan organik pelepah kelapa sawit yakni 63,86 %.Item Perancagan Sistem Kontrol Penggerak Motor DC Berbasis Web Sebagai Alat Bantu Praktikum Sistem Pengontrolan Pada Laboratorium Elektronika Daya dan Control(2013-04-17) Rajagukguk, AntoniusPenelitian ini merancang sebuah sistem membahas mengenai pemanfaatan teknologi komputer ini yaitu pengontrolan jarak jauh motor DC dengan antar muka sebuah web sebagai pngerak pintu gerbang dalam kehidupan sehari-hari. Web digunakan sebagai antarmuka yang didalamnya terdapat panel control yang memberikan keluaran berupa bit pada parallel port yang kemudian dijalankan (execute) dengan program Turbo C dan diakses dengan PHP untuk aplikasi menggunakan Web Server. Pengontrolan melalui Web bersifat server side, yang berarti semua proses dilakukan di server yang kemudian dapat diakses oleh client melalui Web Browser dapat menggunakan PHP untuk mengganti penggunaan CGI. Program Execute yang digunakan dapat dibuat dengan beberapa bahasa pemograman, terutama yang dapat dikenali oleh web server. Program execute berfungsi mengeluarkan data ke parallel port yang kemudian menggerakkan motor H-Bridge. Port data paralel mengeluarkan sinyal tegangan sebesar 2,6 V , sehinga pada saat kumputer server mengeluarkan perintah untuk menutup gerbang keluaran dari port data paralel sebesar 2,6 V digxmakan sebangai sumber tengangan pada driver.sedangan sumber tegangan yang yang digunakan sebagai sumber tenaga pengerak relay dan motor dc adalah power suplay dc 12 V. Driver motor dc selain sebagai switching, sekaligus difimgsikan imtuk mengendalikan motor dc dalam sistem pembalik putaran. Jadi, driver motor dc ini dapat mengatur arah putaran motor forward dan reverse. Semua driver motor DC pada sistem ini memiliki rangkaian dan karakteristik yang sama. Saat relai 1 bekerja maka sikat positip motor akan mendapat sumber tegangan positif dan sikat negatif motor terhubung dengan kutub negatif sumber tegangan. Sehingga, motor akan berputar dengan arah putaran searah jarum jam {clockwise). Dengan cara yang sama untuk menggerakkan kontak relai 2,maka terjadi kondisi yang berkebaiikan yaitu motor akan berputar dengan arah putaran yang berlawanan arah jarum jam {counter clockwise).seYmtga pintu gerbang dapat terbuka dan tertutupItem Profil Petani Kelapa Sawit Pola Swadaya Di Desa Senama Nenek Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar(2015-07-03) Sayamar, Ery; Arifudin; Yulida, Roza; Yusri, jumatri; Cepriadi; KausarPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik internal dan ekstemal petani petani kelapa sawit, serta persepsi dan sikap petani terhadap usahatani kelapa sawit. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey, dimana data diambil dengan melakukan wawancara menggunakan panduan kuesioner yang telah dipersiapkan. Sampel penelitian ini adalah petani kelapa sawit pola swadaya yang diambil dengan menggunakan metode simpel random sampling. Data dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menggambarkan bahwa karakteristik intemal, petani umumnya termasuk usia produktif, namun tingkat pendidikan mereka umumnya rendah. Jumlah tanggungan keluarga relative kecil, dengan luas lahan usahatani umumnya 2-3 Ha. Tingkat pendapatan petani antara Rp. 1.000.000,- s.d Rp.3.000.000,- dengan pengalaman bemsahatani yang rata-rata sudah relative lama yaitu 8 s.d 19 tahun. Tingkat kekosmopolitan petani responden masih rendah. Dilihat dari karakteristik ekstemalnya, kondisi lingkungan menumt petani sangat mendukung untuk melakukan usahatani kelapa sawit. Petani masih kesulitan untuk mendapatkan sarana produksi dan harga sarana produksipun dirasakan petani masih mahal. Di Desa Senama Nenek tidak ada penyuluhan usahatani kelapa sawit. Sumber informasi tentang usahatani kelapa sawit hanya didapatkan petani dari teman sesama petani dan tetangga mereka. Persepsi petani tentang usahatani kelapa sawit, bahwa usahtani kelapa sawit menguntungkan dan cukup mudah untuk diusahakan. Petani juga berpendapat bahwa usahatani kelapa sawit tidak memsak lingkungan. Sikap positif ditunjukkan oleh keluarga dan masyarakat sekitar yaitu berupa dukungan terhadap usahatani kelapa sawit yang diusahakan petani responden.Item Upaya Peningkatan Produksi Padi (Oriza sativa. L) Dan Selada (Lactuca Sativa L) Dl KABUPATEN KAMPAR(2013-04-17) Mansyoer, AriffenDesa Padang Mutung Terletak di Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar Provinsi Riau, masyarakat yang tinggal disana matapencarianya adalah petani, pada umunya budidaya tanaman padi, budidaya padi dilaksanakan satu tahun sekali sehinga lahan jadi terlantar. Untuk meningkatkan pendapatan masyarakat perlu dilaksanakan budidaya tanaman semusim yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Salah satunya tanaman semusim yang di budidayakan adalah adalah tanaman Selada. Selada adalah tanaman yang paling banyak digunakan suntuk dikonsumsi secara segar. Tanaman ini merupakan sayuran musim dingin utama yang beradaptasi paling baik pada lokasi iklim sedang yang banyak sekali ditanam dibeberapa negara, konsumsi selada cukup besar dan memberikan kontribusi gizi secara nyata. Produksi selada dunia diperkirakan sekitar 3 juta ton yang ditanami pada lebih dari 300.000 ha lahan (Rubatzky, dan Yamaguchi 1992) Tanaman selada berpotensi besar dikembangkan di Riau Khususnya kabupaten Kampar karena disamping kondisi iklim yang cocok juga dapat memberikan keuntungan yang memadai bagi petani selada. Pada saat situasi pasar normal harga selada antara Rp 50.000-60.000/kg dan paling rendah Rp 20.000/kg (Anonimous 2006).