Browsing by Author "Wiyono, Sugeng"
Now showing 1 - 4 of 4
Results Per Page
Sort Options
Item Kajian Kadar Aspal Hasil Ekstraksi Penghamparan Campuran Ac-Wc Gradasi Kasar Dengan Job Mix Formula(2016-03-07) Anggraini, Muthia; Wiyono, Sugeng; Wanim, ArhanDengan dikeluarkan spesifikasi umum 2010 (revisi 2) Direktoral Jendral Bina Marga, dimana sistem pembayaran aspal dilakukan secara terpisah antara pembayaran aspal dengan pembayaran agregat. Kehilangan hasil ekstraksi kadar aspal menjadi permasalahan dilapangan bagi pihak pelaksana pekerjaan. Tujuan dari penelitian ini adalah: membandingkan kadar aspal hasil ekstraksi di AMP, saat penghamparan (di belakang asphalt finisher) dan setelah pemadatan lapangan dengan kadar aspal JMF, dan pengaruh filler terhadap kadar aspal hasil ekstraksi, membandingkan pengaruh penggunaan pertamax plus sebagai pelarut dalam ekstraksi kadar aspal, dibanding dengan menggunakan bensin pada agregat quarry yang sama. Metode yang digunakan dengan cara ekstraksi menggunakan alat centrifuge extractor dan pertamax plus sebagai pelarutnya. Berdasarkan hasil penelitian terjadi penurunan hasil ekstraksi dengan nilai di AMP 5,54%, di belakang finisher 5,47%, dari core 5,36% dengan kadar aspal JMF 5,56%, dengan deviasi di AMP -0,02%, di belakang finisher -0,09%, dan core -0,2%, tetapi masih memenuhi syarat spesifikasi 2010 revisi 2 yaitu ± 0,3%. Dan nilai filler setelah ekstraksi mengalami peningkatan dari nilai filler JMF dengan nilai rata-rata deviasi 1,35%. Dengan menggunakan pelarut pertamax plus lebih menghasilkan kadar aspal yang lebih banyak dari bensin, dimana kadar aspal rata-rata dengan pelarut bensin dari AMP 5,51%, di belakang finisher 5,46%, dari core 5,34%. Dengan deviasinya -0,03% pada AMP, -0,01% di belakang finisher, dan - 0,02% dari core. Dari pengujian perbandingan hasil ekstraksi dapat disimpulkan kadar aspal dari AMP lebih besar dari finisher, dan lebih besar dari core, dan kadar filler menjadi bertambah setelah ekstraksi. Ini membuktikan bahwa aspal masih meresap kedalam pori agegat. Dengan pelarut pertamax plus lebih banyak melarutkan aspal dibandingkan dengan bensin. Sehingga disarankan untuk menggunakan pelarut yang mengandung oktan yang lebih tinggi dari pertamax plus sebagai bahan ekstraksi.Item Kajian Kadar Aspal Hasil Ekstraksi Penghamparan Dan Mix Design Pada Campuran Asphalt Concrete Wearing Course (Acwc) Gradasi Halus(2016-03-07) Putri, Lusi Dwi; Wiyono, Sugeng; Puri, AnasSpesifikasi Umum 2010 revisi 2 (dua) Direktorat Jenderal Bina Marga pada poin dasar pembayaran menyebutkan bahwa sistem pembayaran pekerjaan aspal terpisah antara pembayaran aspal dan pembayaran agregat. Pembayaran aspal diberikan setelah dilakukan uji ekstraksi kadar aspal. Hasil ekstraksi kadar aspal yang telah dihampar biasanya kurang dari spesifikasi yang telah ditetapkan. Untuk itu perlu diketahui pengaruh pelaksanaan di asphalt mixing plant (AMP), asphalt finisher dan setelah dipadatkan di lapangan serta pengaruh kadar pori agregat dan filler terhadap kadar aspal hasil ekstraksi. Penelitian dilakukan pada laboratorium AMP PT. Lutvindo Wijaya Perkasa dan di lapangan. Uji ekstraksi kadar aspal menggunakan alat centrifuge extractor dengan pelarut bensin. Sample pengujian ekstraksi adalah campuran ACWC dari AMP, dari belakang asphalt finisher dan setelah dipadatkan di lapangan. Sample pengujian kadar pori berasal dari agregat quarry Ujung Batu, Bangkinang dan Solok. Berdasarkan hasil penelitian, kadar aspal rata-rata hasil ekstraksi di AMP sebesar 5,85%, 5,80% di belakang asphalt finisher dan 5,72% dari hasil core. Kadar aspal ekstraksi untuk campuran di belakang asphalt finisher memiliki deviasi -0,05% terhadap kadar aspal campuran di AMP. Kadar aspal hasil ekstraksi dari core memiliki deviasi -0,08% terhadap kadar aspal campuran di belakang asphalt finisher. Kadar pori agregat quarry Ujung Batu 0,995%, quarry Bangkinang 1,306% dan quarry Solok 0,863%. Hasil ekstraksi kadar aspal dipengaruhi oleh lokasi pengerjaan ACWC. Kadar aspal hasil ekstraksi semakin berkurang antara pengujian di AMP, di belakang asphalt finisher dan setelah dipadatkan di lapangan. Kadar aspal hasil ekstraksi juga dipengaruhi oleh kadar pori agregat dan filler yang dihasilkan. Dari pengujian kadar pori diperoleh semakin tinggi kadar pori agregat maka semakin berkurang kadar aspal hasil ekstraksi. Berdasarkan gradasi ekstraksi diperoleh semakin banyak filler maka semakin tinggi kadar aspal hasil ekstraksi.Item Kajian Perbandingan Kadar Aspal Hasil Ekstraksi Campuran Ac-Wc Gradasi Kasar Dengan Cairan Ekstraksi Menggunakan Bensin(2016-03-07) Soehardi, Fitridawati; Wiyono, Sugeng; Wanim, ArhanTujuan dari penelitian ini adalah perbandingan kadar aspal hasil ektraksi dan perbandingan kadar pori dan filler sebelum dan sesudah ektraksi, pada campuran Asphalt concrete-wearing coarse (AC-WC) bergradasi kasar sesuai dengan speksifikasi 2010 revisi 2. Metode yang digunakan pada penelitian ini dengan cara ektraksi menggunakan alat centrifuge extractor pada tiga benda uji yaitu benda uji yang berasal dari AMP, campuran aspal yg berasal dari belakang mesin Asphalt Finisher dan hasil pemadatan yang diambil menggunakan Coredrill dengan menggunakan pelarut bensin. Penelitian ini meliputi pengujian kadar aspal, analisa berat jenis dan penyerapan Air sebelum dan sesudah Ektraksi.Berdasarkan hasil penelitian Persentase hasil ekstraksi kadar aspal dari ke 6 benda uji dari masing-masing sampel didapat nilai ratarata yaitu dari AMP, finisher,dan coredrill adalah 5,51%, 5,46%, 5,34%. Dengan deviasi ratarata sebesar 0,12 % dari kadar aspal JMF 5,56%. Kadar pori setelah ektraksi mengalami penurunan dari nilai kadar pori JMF benda uji AMP, finisher,dan coredrill adalah 1,062%, 0,823%, 0,878%, dengan nilai rata – rata devisiasi sebesar 0,273 %. Dengan nilai rata-rata kadar pori untuk benda uji AMP, finisher,dan coredrill adalah 0.673%, 0,667%, 0,602% dengan nilai rata – rata devisiasi sebesar 0,273 %. Dan nilai filler setelah ektraksi mengalami peningkatan dari nilai filler pada JMF dengan nilai rata-rata deviasi sebesar 1,07 %. Berdasarkan hasil penelitian bahwa perbandingan kadar aspal hasil ekstraksi dengan menggunakan pelarut bensin, dapat disimpulkan bahwa kadar aspal (KA): KA JMF < KA AMP < KA Saat penghamparan < KA Hasil Core, Nilai kadar Pori (KP) hasil ekstraksi sebagai berikut: KP JMF < KP AMP < KP Saat penghamparan < KP Hasil Core, dan Kadar filler menjadi bertambah setelah di ekstraksi . Ini membuktikan bahwa aspal masih meresap kedalam pori, dan tidak semuanya terekstraksi secara sempurna. Berdasarkan kesimpulan diatas penulis menyarankan untuk menggunakan pelarut yang mempunyai oktan lebih tinggi.Item PENGARUH ABU VULKANIK GUNUNG SINABUNG SEBAGAI BAHAN PENGGANTI FILLER AC-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL(2016-07-30) Pratama, Ari; Wiyono, Sugeng; HarmiyatiTingginya permintaan akan jasa transportasi jalan raya tidak hanya ditandai dengan meningkatnya volume lalu lintas kendaraan tetapi juga ditandai dengan peningkatan beban kendaraan. Oleh sebab itu penggunaan agregat menjadi salah satu faktor terpenting yang digunakan untuk mendapatkan kualitas lapis perkerasan yang baik.Salah satunya adalah penggantian agregat halus dengan abu vulkanik yang berasal dari erupsi gunung berapi.Pada penelitian ini, bahan pengganti yang digunakan untuk melihat perubahan karakteristik aspal adalah material abu vulkanik.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruhnya terhadap campuran AC-WC (Asphalt Concrete-Wearing Course) dengan mengaplikasikan bahan tersebut antara agregat dari Siberida dan abu vulkanik Gunung Sinabung.Komposisi campuran didapat setelah melakukan serangkaian pengujian, adapun pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan meliputi analisa saringan agregat, berat jenis, penyerapan agregat, kelekatan terhadap agregat, pembuatan benda uji, selanjutnya dilakukan pengujian Marshall.Penelitian ini menggunakan metode studi eksperimental dengan mengacu kepada Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 (revisi 2).Pada komposisi campuran aspal diperoleh agregat kasar 10 %; agregat sedang 37 %; abu batu 51 %; dan filler 2 %. Hasil Marshall komposisi filler100% Semen didapat nilai stabilitas 1293,821 kg, 75% Semen + 25% Abu Sinabung dengan stabilitas 1309,501 kg, 50% Semen + 50% Abu Sinabung hasil stabilitas 1310,248 kg, 25% Semen + 75% Abu Sinabung dengan stabilitas 1308,260 kg, dan 100% Abu Sinabung menghasilkan stabilitas 1303,460 kg. Hasil campuran komposisi maksimal didapat dengan campuran 50% Semen + 50% Abu Sinabung. Campuran dengan filler abu vulkanik Gunung Sinabung dan menggunakan agregat dari Siberida memenuhi persyaratan menurut Spesifikasi Bina Marga 2010 (revisi 2) dan bisa digunakan untuk campuran aspal.