Browsing by Author "Samsir, Samsir"
Now showing 1 - 4 of 4
Results Per Page
Sort Options
Item MODEL KOMUNIKASI LINGKUNGAN PENGEMBANGAN EKOWISATA LAHAN GAMBUT DI KECAMATAN BUKIT BATU KABUPATEN BENGKALIS(Elfitra, 2020-11) Yasir, Yasir; Nurjanah, Nurjanah; Samsir, Samsir; Yohana, NovaLingkungan dan parawisata merupakan sektor yang sangat penting bagi pembangunan masyarakat. Kesadaran masyarakat terhadap lingkungan merupakan unsur utama dalam proses pencapaian pembangunan berkelanjutan di bidang pariwisata. Pemerintah dan masyarakat di Kabupaten Bengkalis memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya pembanguan ekowisata lahan gambut. Gambut hendaknya tidak menjadi sumber masalah, namun sebaliknya sebuah berkah. Oleh karena itu, komunikasi lingkungan menjadi sangat penting dalam pembangunan ekowisata sehingga pemerintah dan masyarakat bisa secara bersama mengembangkan potensi lahan gambut menjadi objek wisata dan sekaligus memelihara kelestarian hutan dan lahan gambut. Komunikasi lingkungan yang terintegrasi dan berkolaborasi didukung sikap keterbukaan menjadi syarat penting untuk mengembangkan sektor pembangunan ekowisata lahan gambut ini. Penelitian ini bertujuan untuk memahami komunikasi lingkungan CSR Pertamina RU II Sei Pakning dalam pengembangan ekowisata lahan gambut di Kecamatan Bukit Batu Kabupaten Bengkalis, Kebijakan dan komunikasi pemerintah dan komunikasi lingkungan dan partisipasi masyarakat dalam pengembangan ekowisata lahan gambut. Teori yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah perspektif komunikasi lingkungan, komunikasi parwisata dan pemberdayaan masyarakat. Metode penelitian dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan studi kasus. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian juga menggunakan etnoekologi komunikasi, dengan berusaha memahami budaya masyarakat. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi yang menyesuaikan pada protokol kesehatan akibat pandemi covid 19. Analisis data yang digunakan adalah dengan model interaktif. Sementara untuk pengecekan keabsahan data yaitu dengan triangulasi dan pengecekan teman sejawat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi Corporate Social Responsibility (CSR) berperan penting dalam menjaga kelestarian lingkungan gambut. Kelestarian lingkungan ini dilakukan dengan berbasis pengembangan ekowisata baik gambut maupun mangrove. Pertamina RU II Sei Pakning berkontribusi dalam memberdayakan masyarakat di sekitar wilayah beroperasinya kilang minyak melalui program Kampung Gambut Berdikari terutama dalam mengatasi kebakaran lahan gambut. Program ini awalnya bertujuan membantu masyarakat dalam mengatasi kebakaran lahan gambut, namun belakangan terjalin hubungan yang baik dengan membina kelompok-kelompok masyarakat terutama dalam mengelola lingkungan degan benar, dengan berkebun nanas dan mengelola arboretum gambut. CSR Pertamina memberdayakan kelompok Tani Tunas Makmur untuk mengelola ekowisata arboretum gambut menjadikan mereka sebagai sasaran, konten, dan saluran komunikasi yang penting bagi penyadaran masyarakat untuk peduli gambut. Namun demikian komunikasi lingkungan masih belum terintegrasi dan terkoordinasi baik, terutama dengan pemerintah daerah agar ada kebijakan pengembangan ekowisata yang terpadu dan berkelanjutan. Model komunikasi lingkungan CSR untuk pengembangan ekowisata gambut menggunakan prinsip pemberdayaan masyarakat berbasis silaturahmi, musyawarah dan gotong-royong sebagai kearifan lokal masyarakat. Berdasarkan rangkuman dan pengukuran Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT), maka hasil penelitian menunjukkan pada level 5 (lima). Sehingga ini memerlukan kajian lagi untuk diterapkan di lapangan baik oleh perusahaan, pemerintah maupun stakeholder lainnya, terutama masyarakat itu sendiri.Item MODEL KOMUNIKASI LINGKUNGAN UNTUK MENGATASI ABRASI BERBASIS PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KABUPATEN BENGKALIS(Elfitra, 2022-11) Yasir, Yasir; Nurjanah, Nurjanah; Samsir, Samsir; Yohana, NovaPariwisata merupakan salah satu bidang yang sangat penting karena dapat berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pengembangan pariwisata juga menjadi sangat penting dalam mengatasi kerusakan lingkungan. Komunikasi pemerintah Kabupaten Bengkalis dalam pembangunan ekowisata masih belum berhasil karena kurang berkoordinasi dengan baik terutama dengan masyarakat. Kepedulian dan kesadaran masyarakat untuk menjaga dan melindungi pantai dari abrasi masih sangat rendah. Pengembangan hutan mangrove untuk dijadikan sebagai destinasi wisata sudah ada, tapi belum dikelola maksimal. Pengembangan ekowisata belum didukung dengan komunikasi dan edukasi untuk memiliki kepedulian terhadap lingkungan mangrove atau pantai. Komunikasi berperan penting untuk mengedukasi masyarakat dalam melestarikan hutan mangrove. Penelitian ini berupaya untuk memahami kebijakan lingkungan dan pariwisata dalam mengatasi abrasi pantai di Kabupaten Bengkalis, untuk menganalisis komunikasi lingkungan berbasis wisata dalam mengatasi abrasi di Kabupaten Bengkalis, dan untuk menjelaskan komunikasi wisata berbasis masyarakat dalam pengembangan wisata pantai Raja Kecik. Teori yang digunakan berada dalam perspektif komunikasi lingkungan dan pariwisata. Model komunikasi yang digunakan dalam penelitian adalah model komunikasi konvergensi (Kincaid) dan model community based tourism. Sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan studi kasus. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menggunakan wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah dengan model interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan penanggulangan abrasi yang dilakukan di Kabupaten Bengkalis langsung ditangani oleh pemerintah pusat melalui kementerian KLHK berkerjasama dengan Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM). BRGM bertugas memfasilitasi percepatan pelaksanaan restorasi gambut dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di kawasan restorasi gambut serta pelaksanaan percepatan rehabilitasi mangrove. Pulau Bengkalis merupakan bagian dari pulau kecil terluar. Pengelolaan pulau-pulau terluar memerlukan perhatian khusus agar posisinya sebagai kawasan perbatasan negara berdaulat, tetap terjaga kelestarian lingkungan dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Kebijakan pemerintah dalam penanggulangan kerusakan pantai akibat abrasi dilakukan dengan tiga cara. Pertama, pemerintah mengintensifkan program rehabilitasi atau penanaman bibit mangrove di wilayah pesisir yang terkena abrasi. Namun, baik program pemerintah pusat, pemerintah daerah maupun program masyarakat banyak mengalami kegagalan. Sebagian besar bibit mangrove yang ditanam mati akibat terjangan ombak. Bibit mangrove yang ditanam tenggelam, hanyut dan mati. Kedua, pemerintah membangun pemecah gelombang dan membangun turab dari gorong- gorong untuk menahan gelombang yang terus menggerus bibir pantai. Program ini juga mengalami kelemahan, karena tidak bertahan lama setelah dibangun beberapa sudah rusak dan tenggelam. Ketiga, pemerintah mengajak masyarakat untuk mengubah perilaku masyarakat yang tinggal di sekitar pantai untuk berpartisipasi aktif menjaga pantai. Lembaga Swadaya Masyarakat Ikatan Pemuda Melayu Peduli Lingkungan (LSM-IPMPL) memiliki kontribusi penting dalam komunikasi lingkungan berbasis pengembangan wisata di Kabupaten Bengkalis. LSM ini banyak bergerak dalam membantu mengatasi permasalahan kebakaran lahan gabut dan abrasi di pantai. Komunitas ini mengelola Wisata Pantai Raja Kecik dengan ikut merehabilitasi mangrove untuk mencegah abrasi. Komunitas ini menjadi komunikator, konten, saluran komunikasi, media sekaligus sasaran dalam mengkampanyekan kepedulian pada perlindungan pantai dari abrasi berbasis fasilitas dan atraksi wisata yang disediakan. Komunikasi lingkungan berbasis pembangunan wisata berkelanjutan harus melibatkan masyarakat, dan stakeholder lain.Item PEMANFAATAN DAN PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRODUK KOPI MANGROVE(2020) Nurjanah, Nurjanah; Yasir, Yasir; Samsir, Samsir; Yohana, Nova; Lubis, Evawani Elysa; Nor, MKata mangrove menurut Odum (1983) berasal dari kata `mangal` yang berarti komunitas suatu tumbuhan. Selanjutnya Supriharyono (2000), menunjukkan bahwa kata mangrove mempunyai dua arti yakni pertama sebagai komunitas tumbuhan ataupun hutan yang tahan akan kadar salinitas/garam (pasang surutnya air laut), dan kedua sebagai individu spesies. Sedangkan arti kata mangrove menurut Saparinto (2007) adalah vegetasi hutan yang tumbuh diantara garis pasang surut, namun juga bisa tumbuh pada pantai karang, juga pada dataran koral mati yang di atasnya ditimbuni sebuah lapis tipis pasir, lumpur, maupun pantai berlumpur. Mangrove ialah suatu tempat yang bergerak karena adanya pembentukan tanah lumpur serta daratan yang terjadi terus-menerus, sehingga perlahan-lahan berubah menjadi semi daratan.Item Tata Kelola Komunikasi Dalam Pengembangan Potensi Objek Wisata Sebagai Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat(2021) Nurjanah, Nurjanah; Samsir, SamsirIndustri pariwisata merupakan comoditas industri terbesar di dunia, karena pertumbuhannya dapat menhasilkan perubahan sosial, ekonomi, dan lingkungan yang cepat. Oleh itu, perlu pemahaman dan langkah strategis untuk mengembangkan potensi objek wisata. Peran ekonomi telah mampu membawa keterlibatan masyarakat lokal dan regional dalam industri pariwisata. Potensi objek wisata di Rupat Utara bisa dikembangkan dan diatur dengan baik secara terpadu agar masyarakat sejahtera di bidang ekonomi yang otonom. Rupat Utara merupakan daerah berpotensi memiliki sumber daya alam untuk dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata. Tujuan penelitian untuk memberikan rekomendari praktis kepada industri pariwisata tentang pengelolaan komunikasi dalam pengembangan potensi objek wisata sebagai pemberdayaan ekonomi masyarakat. Studi dalam penelitian ini dengan menggunakan desain deskriptif kualitatif, dijelaskan dengan model komunikasi interaksional dengan pendekatan komunikasi pemberdayaan atau partisipatif. Data dikumpulkan dengan teknik pengamatan, intervie, FGD, serta studi pustaka yang berkontribusi pada pengembangan komunikasi pariwisata dalam konteks pemberdayaan ekonomi masyarakat di kawasan pesisir. Hasilnya menunjukkan tatakelola komunikasi dilakukan secara terintegrasi dalam pengembangan potensi objek wisata sebagai pemberdayaan ekonomi masyarakat, dengan cara melakukan pengelolaan komunikasi sesuai ketetapan tujuan yang sudah direncanakan, diorganisir, dilaksanakan dan dievaluasi. Ada empat kategori sumber daya wisata Rupat Utara yang ada yaitu wisata bahari, wisata budaya, wisata alam, dan wisata religi atau sejarah. Strategi pengelolaan komunikasi pariwisata sebagai pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui perencanaan yang tergambar dalam rencana induk pembangunan pariwisata daerah. Pengorganisasian diawali dengan mengolah data dan informasi bidang ekonomi baru. Evaluasi dilakukan melalui perangkat yang ada kepala desa, POKDARWIS, Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan, kepala dusun dan RT, RW. Yang berperan dalam pencapaian tujuan