Browsing by Author "Riyawan, Eko"
Now showing 1 - 4 of 4
Results Per Page
Sort Options
Item Kajian Potensi Limbah Kayu Industri Saw Mill Untuk Produk Panel Ringan Berongga Berbasis Teknologi Laminasi(2016-03-07) Fakhri; Yohanes; Riyawan, EkoKelangkaan bahan baku kayu saat ini telah berimplikasi terhadap harga kayu komerial yang semakin mahal, disisi lain, kebutuhan masyarakat akan kayu olahan semakin meningkat seiring pertumbuhan jumlah penduduk. Salah satu teknologi untuk mengoptimalkan sisa kayu gergajian yang berupa sisa potongan kayu sebagai produk papan blok (block board) yang lapisan inti (core) berongga. Bahan panel blok berongga sangat menguntungkan diaplikasikan sebagai komponen bangunan agar supaya mengurangi bobot berat sendiri elemen konstruksi, pemanfaatan bahan kayu sisa gergajian diharapkan akan dapat mengoptimalkan limbah kayu serta dapat mengurangi biaya produksi. hasil penelitian akan diperoleh efisiensi produksi dari segi biaya bahan baku serta optimalisasi pemanfaatan limbah kayu gergajian pada industri saw mill. Metode Penelitian terdiri dari survey potensi sisa kayu olahan saw mill, dan uji laboratorium meliputi uji sifat fisik dan mekanik produk panel standar SNI uji lentur statik kayu struktural. Hasil pengujian dibandingkan dengan berbagai spesifikasi teknis produk pembanding: produk panel yakni papan partikel (Standar JIS A5908-2003); komposit kayu plastik (WPC) Standar SNI 8154:2015; dan produk kayu lapis (plywood) standarSNI 01- 5008.7-1999. Hasil penelitian diperoleh Potensi limbah sisa olahan saw mill yang memproduksi palet kayu sangat potensial untuk diolah kembali menjadi produk bernilai ekonomis (dapat mencapai 20 M3 sisa potongan papan/balok kayu pendek tiap bulan. Perbandingan hasil panel ringan berongga yang dihasilkan lebih tinggi dari kuat lentur produk papan partikel dan WPC, namun lebih rendah dari kuat lentur produk kayu lapis. Kuat lentur panel ringan berongga berdasarkan kriteria PKKI 1961 termasuk kategori kelas kuat III untuk panel bentuk susunan batu bata, sedangkan untuk panel bentuk susunan segi tiga berada pada kisaran kayu kelas kuat III dan IV. Produk panel ringan berongga dapat menjadi bahan alternatif kayu panel dan kayu solid.Item Optimalisasi Fungsi Laboratorium Kayu untuk Pemanfaatan Potensi Sisa Kayu Olahan dan Limbah Padat Kayu Sawit(2013-04-18) Syafruddin; Fakhri; Gussyafri; Riyawan, EkoHasil samping pengolahan kayu dari log menjadi kayu gergajian menghasilkan limbah serbuk kayu yang banyak. Penelitian bertujuan untuk memanfaatkan serbuk kayu gergajian untuk bahan baku papan partikel bermotif untuk metode altematif pembuatan kayu ukir. Jenis serbuk yang dipakai adalah serbuk halus dan kasar, resin yang digunakan adalah jenis resin Epoxy. Proporsi resin divariasikan 0,5; 1,0; dan 1,5 bagian terhadap serbuk kayu. Hasil penelitian diperoleh bahwa proporsi campuran 1 : 1 serbuk kasar dan 1,5 : 1 untuk serbuk halus menghasilkan kekuatan dan kekokohan. Produk papan partikel motif dapat dimanfaatkan untuk altematif pengganti produk kayu ukir manual untuk mempersingkat proses dan waktu produksi. Pendahuluan.Item Optimalisasi Fungsi Laboratorium Kayu untuk Pemanfaatan Potensi Sisa Kayu Olahan dan Limbah Padat Kayu Sawit(2015-07-05) Syafruddin; Fakhri; Gussyafri; Riyawan, EkoSebagai salah satu bahan konstruksi, kayu merupakan sumber bahan baku yang bersifat dapat diperbami, pemanfaatannya sebagai bahan konstruksi sudah sangat lama, jauh sebelum berkembangnya teknologi beton dan baja. Disamping tuntutan arsitektural, kayu memiliki beberapa keuntungan antara lain; mempunyai kekuatan yang tinggi, merupakan bahan struktur yang ringan, tersedia di pasaran, ramah lingkungan serta mudah dalam pelaksanaan. Kebutuhan kayu olahan untuk kebutuhan dalam negeri terus meningkat karena semakin bertambahnya penduduk. Menurut Susetyowati dkk. (1998), setiap tahun rata-rata lebih dari 3 juta m3 kayu gergajian digunakan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan perumahan, gedung dan lain sebagainya. Disisi lain, untuk memperoleh kayu gergajian bermutu baik dan ukuran yang relatif besar semakin sulit ditemui di pasaran karena semakin menipisnya produk kayu hutan alam. Hal tersebut diperkuat oleh Syafi'i (1998), bahwa dimasa mendatang diperkirakan potensi kayu dan luas hutan alam di Indonesia semakin menyusut, diameter kayu semakin kecil serta semakin banyak pasokan bahan baku kayu dari produk Hutan Tanaman Industri (HTI). Berdasarkan data statistik kehutanan pada tahun 2005 diperoleh data produksi kayu HTI jauh lebih banyak dibandingkan pasokan kayu hutan alam, yakni sebesar 13.58 juta m3 lahan HTI sedangkan dari hutan alam hanya sebesar 9,33 juta m3 (Anonim, 2006).Item PENGENDALIAN JAMUR BIRU (BLUE STAIN) BATANG KELAPA SAWIT LIMBAH REPLANTING MENGGUNAKAN BAHAN PENGAWET BIOCIDE(2016-07-21) Fakhri; Elianora; Riyawan, EkoLahan sawit pada usia di atas 25 tahun pada umumnya sudah tidak produktif lagi dan diremajakan. Limbah padat batang sawit setelah replanting sangat potensi untuk dimanfaatkan. Batang sawit memiliki karakteristik tingkat keawetannya juga rendah. Sifat-sifat batang kelapa sawit yang kurang menguntungkan tersebut dapat diantisipasi dengan cara pengeringan atau dengan bantuan zat-zat kimia tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektifitas bahan pengawet Biocide berbahan aktif 2-(thiocyanomethylthio) benzothiazole dan methylene-bis-thiocyanate (TCMBT/MBT) untuk pengawetan batang kelapa sawit terhadap berbagai variasi konsentrasi campuran serta variasi posisi penampang batang kelapa sawit. Batang kelapa sawit dibagi tiga bagian (ujung, tengah, dan pangkal), masing-masing bagian dibedakan berdasarkan posisi penampang menjadi 2 macam (bagian luar, dan bagian dalam) Hasil penelitian diperoleh bahwa kadar air papan kelapa sawit yang baru ditebang diperoleh sangat tinggi dengan kisaran antara 342% sampai 523%, sehingga sangat berpotensi untuk berkembangnya jamur pada periode awal penebangan sampai pengolahan batang sawit. Dari hasil penimbangan spesimen diperoleh bahwa selisih berat setelah dikeringkan secara alami selama 24 jam pada kondisi suhu ruang diperoleh pengurangan berat spesimen sebesar 1,5 % sampai 4,3 %. Pengurangan berat relatif banyak terutama bagian pangkal-dalam dan bagian tengah luar. Rata-rata pengeringan papan sawit ketebalan 25 mm memerlukan lama pengeringan untuk mencapai kadara air kering udara selama 18 Hari. Hasil pengawetan batang sawit dengan konsentrasi bahan pengawet Biocide 1%, 2,5%, dan 4% menunjukkan hasil yang efektif untuk mencegah jamur biru (blue stain).