Browsing by Author "Hermansyah, Heri"
Now showing 1 - 4 of 4
Results Per Page
Sort Options
Item Pengaruh FenomenaTransfer Massa Terhadap Model Kinetika Berbasis Mekanisme Ping-Pong Bi Bi Untuk Interesterfikasi Trigliserida menjadi Biodiesel(2013-05-04) Wahyu Budiman, Anatta; Hermansyah, HeriModel kinetika reaksi untuk menggambarkan perilaku reaksi pada interesterfikasi trigliserida untuk memproduksi biodiesel menggunakan mekanisme Ping-Pong Bi Bi secara menyeluruh telah dilakukan. Model kinetika reaksi hingga saat ini tersebut belum mempertimbangkan fenomena transfer massa yang terjadi di permukaan biokatalis pada reaksi interesterfikasi menggunakan enzim yang diimmobilisasi dengan metode adsorpsi. Pada penelitian ini, dilakukan penyelidikan mengenai pengaruh mekanisme transfer massa terhadap model kinetika reaksi berbasis Ping-Pong Bi Bi untuk sintesis biodiesel menggunakan Candida rugosa Lipase. Penelitian dilakukan dengan penyusunan dua jenis model yaitu model kinetika reaksi berbasis Ping-Pong Bi Bi secara menyeluruh dan medel kinetika reaksi berbasis Ping-Pong Bi Bi secara menyeluruh dengan penambahan mekanisme transfer massa. Validitas kedua model ini akan diuji dengan melakukan fitting pada data eksperimen reaksi interesterfikasi trigliserida dan metil asetat untuk sintesis biodiesel menggunakan Candida rugosa lipase sebagai biokatalis. Parameter kinetika yang ada dari kedua model yang didapat diestimasi secara numerik menggunakan perangkat lunak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada reaksi interesterfikasi trigliserida menjasi biodiesel fenomena transfer massa memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap validitas model kinetika raksi berbasis mekanisme Ping-Pong Bi Bi secara menyeluruh.Item Pengaruh Suhu dan pH pada Medium Onggok dan Ampas Tahu dalam Produksi Asam Lemak Tak Jenuh dengan Menggunakan Aspergillus oryzae(2017-01-09) Niawati, Septi; Utami, Tania Surya; Arbianti, Rita; Hermansyah, HeriAsam lemak tak jenuh merupakan komponen penting dalam pemeliharaan fugsi otak. Salah satu sumber asam lemak tak jenuh yaitu fungi atau kapang. Penggunaan mikroorganisme dalam produksi asam lemak sangat dipengaruhi oleh kondisi kultur seperti suhu dan pH. Dalam penelitian ini, kapang Aspergillus oryzae dikultur pada medium limbah berupa onggok dan ampas tahu dengan menggunakan metode submerged fermentation dengan variasi suhu inkubasi yang berkisar antara 25-350C dan variasi pH 4-7. Ekstraksi lipid dilakukan dengan menggunakan metode ekstraksi sonikasi dengan pelarut etanol dan kemudian lipid dianalisis dengan menggunakan Gas Chromatography (GC). Hasil penelitian menunjukkan bahwa medium onggok mengandung 30,25% karbon dan 0,2% nitrogen, sedangkan pada medium ampas tahu mengandung 26,5% karbon dan 3% nitrogen. Berdasarkan hasil Gas Chromatography, suhu optimum dalam produksi asam lemak tak jenuh berada pada 300C dengan menghasilkan lipid sebesar 1,4 g/L yang mengandung 65,88 % asam lemak tak jenuh terdiri dari 1,28% ,MUFA dan 64,6 % PUFA atau 1,28% oleat, 53,9% linoleat and 10,7% gamma linolenat. Sementara itu, pH 4 menghasilkan asam lemak tak jenuh tertinggi dengan lipid sebesar 1,27 g/L yang terdiri dari 54,44% asam lemak tak jenuh dengan 1,84% MUFA dan 52,6% PUFA atau 1,84% oleat and 52,6% linoleat. Dengan demikian, Aspergillus oryzae berpotensi sebagai sumber alternatif asam lemak tak jenuh.Item The Production of Cellulase from Bacillus sp. BPPTCC-RK2 using OPEFB Substrate(2016-04-22) Amraini, Said Zul; Ariyani, Lina Putri; Setyahadi, Siswa; Hermansyah, Heri; Gozan, MisriCellulase enzyme is widely used in bioethanol industry. In bioethanol production, cellulase is used to hydrolyze lignocellulosic materials into glucose, where glucose is further converted into bioethanol through fermentation process. The demand of cellulase in Indonesia is quite high, however almost 99% of Indonesia industrial enzyme demands is fulfilled by imports. This situation might trigger a new opportunity to build local cellulase enzyme plant in Indonesia. One of the lignocellulosic biomass which has high potential as a substrate to produce cellulase enzyme is Oil Palm Empty Fruit Bunches (OPEFB) because it has pretty high cellulose content, which reaches up to 41,3 – 46,5%. The conventional method to for cellulase enzyme production is by utilizing lignocellulosic fungi, but it is known that cellulase also can be produced by bacteria with higher production rate. Several variables that affect enzyme activity are pH and temperature. Therefore, this research will examine how is the activity of cellulase enzyme produced by Bacillus amyloliquefaciens BPPTCC-RK 2 recombinant by varying temperature and pH. The method that is used in this observation is submerged fermentation (SMF). The measurement of cellulase activity is conducted by using DNS method, while the protein content is measured by using Lowry method. It has been shown that the highest activity of cellulase is at 24 hours. The optimum pH and temperature are 7,0 and 400C respectively. The Km and Vmax value are 0,11% and 2,907 U/mL respectivelyItem Produksi PUFA dari Aspergillus oryzae Berbasis Onggok Dan Ampas Tahu Dengan Variasi Konsentrasi Karbon Dan Rasio Karbon-Nitrogen(2017-01-09) Putri, Laras Ragil Kuncoro; Arbianti, Rita; Utami, Tania Surya; Hermansyah, HeriLemak menjadi nutrisi yang berperan penting dalam proses metabolisme. Sebanyak 60% nutrisi yang dibutuhkan untuk perkembangan otak adalah berupa lemak. Polyunsaturated Fatty Acid (PUFA) yang terdiri dari omega-3 (linoleate) dan omega-6 (linolenat), merupakan asam lemak esensial yang digunakan untuk menjaga bagian-bagian struktural dari membran sel, serta mempunyai peran penting dalam perkembangan otak. Kapang adalah salah satu mikroorganisme oleaginous yang potensial sebagai sumber alternatif penghasil PUFA. Peneliti menggunakan Aspergillus oryzae sebagai mikroorganisme penghasil PUFA. Produksi single cell oil (SCO) dari mikroorganisme terhambat pada biaya operasional yang mahal, sehingga perlu adanya pemanfaatan limbah untuk menekan biaya operasional. Oleh karena itu, dalam penelitian ini digunakan limbah industri yaitu onggok tapioka dan ampas tahu sebagai medium kultivasi. Penelitian ini dilakukan dengan melalui dua tahap kultivasi. Kultivasi tahap pertama dilakukan dengan menggunakan variasi konsentrasi karbon (2% w/w, 3% w/w, 4% w/w, 5% w/w, dan 6% w/w), sedangkan kultivasi tahap kedua dilakukan dengan menggunakan variasi rasio C/N (20:1, 30:1, 40:1, 50:1). Setiap tahap kultivasi dilakukan beberapa proses untuk memperoleh SCO antara lain yaitu, kultur medium cair, pemanenan, dan ekstraksi. Proses ekstraksi dilakukan menggunakan etanol sebagai pelarut food grade. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan PUFA dalam lipid A. oryzae meningkat seiring peningkatan konsentrasi karbon. Persentase PUFA tertinggi berada pada konsentrasi karbon 6% (w/w), yaitu sebesar 60,8% (w/w). Pada variasi rasio C/N, persentase PUFA dalam lipid A. oryzae relatif menurun seiring dengan peningkatan rasio C/N. Persentase PUFA tertinggi berada pada rasio 30:1, yaitu sebesar 56,1% (w/w).