Browsing by Author "Hendri, Andy"
Now showing 1 - 7 of 7
Results Per Page
Sort Options
Item Analisis Metode Intensitas Hujan Pada Stasiun Hujan Pasar Kampar Kabupaten Kampar(2016-03-07) Hendri, AndyBesarnya intensitas curah hujan ini sangat diperlukan untuk melakukan perhitungan debit banjir berdasarkan durasi metode rasional, yang mana tergantung dari lamanya suatu kejadian hujan. Nilai intensitas hujan yang sangat tinggi akan mempunyai efek samping yang sangat besar juga, misalnya akan berdampak terjadinya kelongsoran dan banjir. Analisis intensitas hujan untuk curah hujan jam-jaman di suatu DPS dapat dihitung dengan beberapa metode, antara lain metode Talbot, Sherman dan Ishiguro, sedangkan untuk data hujan harian intensitasnya dapat dihitung dengan menggunakan metode Metode Van Breen, Metode Bell- Tanimoto, Metode Hasper der Weduwen, dan Metode Mononobe. Penelitian ini dilakukan di stasiun hujan Pasar Kampar. Hasil pengukuran intensitas hujan dari alat pengukur otomatis di stasiun tersebut akan dibandingkan dengan hasil perhitungan intensitas hujan menggunakan metode Mononobe, Van Breen, Haspers Weduwen dan Bell Tanimoto. Uji perbandingannya dengan uji peak-weighted root mean square error. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode intensitas hujan yang sesuai dengan data curah hujan stasiun Pasar Kampar adalah metode Van Breen. Karena memiliki rata-rata error yang lebih kecil dibanding ketiga metode lainnya.Item Evaluasi Kerentanan Bangunan Gedung Terhadap Gempa Bumi Dengan Rapid Visual Screening (Rvs) Berdasarkan Fema 154(2016-03-08) Kurniawandy, Alex; Hendri, Andy; Firdaus, RahmatulGempa adalah pergeseran tiba-tiba dari lapisan tanah di bawah permukaan bumi. Ketika pergeseran ini terjadi, timbul getaran yang disebut gelombang seismik. Ketika terjadi gempa, struktur akan mengalami perpindahan secara vertikal dan horizontal. Gaya gempa arah vertikal jarang mengakibatkan keruntuhan struktur, namun gaya gempa arah horizontal akan menyebabkan keruntuhan karena gaya ini bekerja pada titik–titik lemah struktur. Rapid Visual Screening (RVS) adalah metode identifikasi suatu bangunan secara cepat tanpa harus menganalisa bangunan dengan menggunakan software. Untuk mengidentifikasi tingkat risiko suatu bangunan terhadap ancaman gempa bumi, bisa dilakukan dengan RVS pada tahap permulaannya. Kemudian hasil dari RVS bisa menentukan apakah gedung yang di evaluasi tersebut berisiko atau tidak, kalau berersiko maka akan dilanjutkan ke evaluasi FEMA berikutnya. Gedung yang mempunyai tidak mempunyai resiko yaitu gedung Rusunawa dan Rektorat Universitas Riau (UR), sedangkan gedung yang harus dilanjutkan untuk dievaluasi dengan FEMA lanjutan adalah gedung Faklutas Pertanian (FAPERTA) UR. Gedung FAPERTA UR dikatagorikan beresiko karena gedung FAPERTA UR memiliki komponen FEMA 154 yang menjadi faktor pengurang dari nilai basic score, seperti vertical irregularity, plan irregularity dan tipe tanah.Item Model Fisik Kincir Air Sebagai Pembangkit Listrik(2016-03-08) Rinaldi; Hendri, Andy; Junaidi, AkhiarSalah satu jenis energi baru terbarukan adalah tenaga air skala kecil atau sering disebut dengan mikrohidro atau disebut juga Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH). Mikrohidro mendapatkan energi dari aliran air yang memiliki perbedaan tinggi tertentu dan kecepatan aliran. Energi yang dihasilkan oleh model fisik kincir air merupakan energi terbarukan dapat diukur dengan menggunakan digital torque tester yang dihubungkan dengan sumbu model kincir. Kecepatan putaran yang tinggi belum tentu mempunyai energi yang besar karena apabila diberi sedikit saja beban akan sangat mempengaruhi kecepatan putaran tersebut. Tujuan penelitian ini untuk mengembangkan teknologi, material, komponen mekanik, komponen elektronik dan rancang bangun sistem sumber daya energi, sehingga mempunyai dampak strategis untuk perkembangan teknologi dan dapat diterapkan di masyarakat. Pengukuran putaran kincir menggunakan tachometer menghasilkan nilai putaran Radial Per Menit (RPM) yang mempengaruhi nilai energi yang dihasilkan dari kincir tersebut. Model kincir yang digunakan adalah undershot. Dari hasil penelitian diketahui kecepatan putaran kincir tertinggi pada H1h1 (tinggi dasar kincir 1 cm terhadap dasar saluran dan 1 cm tinggi pintu air di hilir saluran) yaitu sebesar 13,76 RPM. Energi tertinggi yang didapat dengan menggunakan alat torque tester pada H1h1 (tinggi dasar kincir 1 cm terhadap dasar saluran dan 1 cm tinggi pintu air di hilir saluran) yaitu sebesar 78,30 cNm atau 0,0002175 watthour.Item Pembuatan Peta Indeks Resiko Banjir Pada Kawasan Drainase Kecamatan Sukajadi Kota Pekanbaru(2016-03-07) Sujatmoko, Bambang; Andestian, Yudha; Rinaldi; Hendri, AndyBesarnya dampak kerugian yang dihasilkan baik materi maupun non materi serta sulitnya menentukan skala prioritas penganganan banjir di kota Pekanbaru, maka kajian analisis dan penyusunan peta indeks resiko banjir pada kawasan drainase kecamatan Sukajadi perlu dilakukan. Peta indeks resiko banjir disusun berdasarkan indeks kerentanan, indeks kerawanan dan indeks kapasitas di daerah studi. Penyusunan indeks kerawanan, kerentanan dan kapasitas di kawasan drainase kecamatan Sukajadi berdasarkan pembobotan parameter dilakukan dengan bantuan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG). Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks kerawanan (berdasar parameter tinggi genangan, lama genangan dan frekuensi genangan) di kecamatan Sukajadi termasuk kategori III (cukup rawan) dari 5 kategori, indeks kerentanan (berdasar parameter kepadatan penduduk, kepadatan bangunan, rasio jenis kelamin dan rasio kelompok umur) termasuk kategori IV (rentan), indeks kapasitas (berdasar parameter kondisi pompa, pintu air, tanggul dan drainase) termasuk kategori IV (baik). Dari analisis indeks kerawanan, kerentanan dan kapasitas tersebut dihasilkan peta indeks resiko banjir di kecamatan Sukajadi dengan kategori I dan III (tidak berisiko dan cukup berisiko).Item PEMILIHAN METODE INTENSITAS HUJAN YANG SESUAI DENGAN KARAKTERISTIK STASIUN PEKANBARU(2013-04-12) Lilis Handayani, Yohanna; Hendri, Andy; Suherly, HadieIntensitas hujan di Daerah Pengaliran Sungai (DPS) dapat dihitung dari hasil pengukuran alat pengukur hujan otomatis. Intensitas hujan juga dapat didekati dengan menggunakan metode Talbot, Sherman dan ishiguro. Besarnya intensitas hujan yang dihasiikan oleh masing-masing metode tersebut akan berbeda apabila dibandingkan dengan intensitas hujan hasil pengukuran alat pengukur hujan otomatis. Penelitian dilakukan di stasiun hujan Pekanbaru Daerah Pengaliran Sungai Siak Riau. Hasil pengukuran intensitas hujan dari alat pengukur otomatis di stasiun tersebut akan dibandingkan dengan hasil perhitungan intensitas hujan menggunakan metode Talbot, Sherman dan Ishiguro. Uji perbandingannya dengan uji peak-weighted root mean square error. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode intensitas hujan yang sesuai dengan karakteristik data stasiun Pekanbaru adalah metode Sherman untuk kala ulang 2, 5, 10 dan 100 tahun sedangkan untuk kala ulang 20. 25 dan 50 tahun adalah metode Ishiguro. Intensitas hujan dengan menggunakan metode Talbot lidak menunjukkan karakteristik data stasiun Pekanbaru.Item PEMODELAN PENELUSURAN BANJIR DENGAN METODE MUSKINGHUM(2013-03-06) Hendri, AndyTujuan penelusuran banjir salah satunya adalah peringatan dini banjir, salah satu metode yang terkenal dikembangkan oleh Muskingun. Untuk menghormati penemunya, metode tersebut dinamai Muskingum. Metode ini telah diterapkan secara intensif pada beberapa sungai di Inggris. Menurut Saihul (2006) Muskingum termasuk metode yang cukup akurat, tingkat kesalahan prediksinya rata-rata sebesar 14 persen. dan kesalahan prediksi waktu debit puncak rata-rata 0,16 jam. Metode Muskingum tidak didasarkan atas hukum-hukum dasar hidrolika. Metode ini hanya meninjau hukum kontlnuitas dan tampungan. Metode Muskingum menggunakan data debit masuk dan debit keluar yang diukur pada waktu yang bersamaan. Metode ini sering sekali memakan waktu yang lama dikarenakan adanya perulanganperulangan pada perhitungan konstanta-konstanta penelusuran sehingga dalam proses perhitungan memungkinkan terjadinya kesalahan (systematic error) Penelitian ini disusun setelah melalui serangkalan kegiatan penelitian tentang Pemodelan Penelusuran Banjir metode Muskinghum. Penelitian ini pada dasarnya hanya pemodelan numerik saja, sedangkan data yang digunakan adalah data sekunder. Untuk hasil ketiga simulasi tersebut sendiri mempunyai trend yang sama antara satu dengan yang lainnya, hal tersebut dapat dilihat pada simpangan rerata untuk simulasi data per 1 jam, 2 jam dan 3 jam yang mempunyai nila simpangan rerata berturut-turut adalah: 18,3%, 19,8, dan 21,3%. Nilai tersebut tidak terlalu signifikan sekali, sehingga untuk mengambil data di lapangan tidak perlu data yang per 1 jam-an karena untuk yang 3 jam-an saja sudah terwakilkan dan nilainya pun tidak terlalu berpengaruh.Item PEMODELAN PENELUSURAN BANJIR DENGAN METODE MUSKINGHUM(2012-11-07) Hendri, Andy; Inra MTujuan penelusuran banjir salah satunya adalah peringatan dini banjir, salah satu metode yang terkenal dikembangkan oleh Muskingun. Untuk menghormati penemunya, metode tersebut dinamai Muskingum. Metode in! telah diterapkan secara intensif pada beberapa sungai di Inggris. Menurut Saihul (2006) Muskingum termasuk metode yang cukup akurat, tingkat kesalahan prediksinya rata-rata sebesar 14 persen. dan kesalahan prediksi waktu debit puncak rata-rata 0,16 jam. Metode Muskingum tidak didasarkan atas hukum-hukum dasar hidrolika. Metode ini hanya meninjau hukum kontinuitas dan tampungan. Metode Muskingum menggunakan data debit masuk dan debit keluar yang diukur pada waktu yang bersamaan. Metode ini sering sekali memakan waktu yang lama dikarenakan adanya perulangan-perulangan pada perhitungan konstantakonstanta penelusuran sehingga dalam proses perhitungan memungkinkan terjadinya kesalahan (systematic error). Penelitian ini disusun setelah melalui serangkaian kegiatan penelitian tentang Pemodelan Penelusuran Banjir metode Muskinghum. Penelitian ini pada dasamya hanya pemodelan numerik saja, sedangkan data yang digunakan adalah data sekunder. Untuk hasil ketiga simulasi tersebut sendiri mempunyai trend yang sama antara satu dengan yang lainnya, hal tersebut dapat dilihat pada simpangan rerata untuk simulasi data per 1 jam, 2 jam dan 3 jam yang mempunyai nila simpangan rerata berturut-turut adalah: 18,3%, 19,8, dan 21,3%. Nilai tersebut tidak terlalu signifikan sekali, sehingga untuk mengambil data di lapangan tidak perlu data yang per 1 jam-an karena untuk yang 3 jam-an saja sudah terwakilkan dan nilainya pun tidak terlalu berpengaruh.