Browsing by Author "Heltina, Desi"
Now showing 1 - 13 of 13
Results Per Page
Sort Options
Item Adsorpsi Logam Cu (II) Menggunakan Perlit Yang Teraktifasi Dengan Asam Clorida (HCl)(2013-05-13) Heltina, Desi; KhairatKadar limbah logam Cu di perairan saat ini sangat membahayakan lingkungan. Apabila tidak segera ditanggulangi maka akan mencemari lingkungan dan juga berbahaya bagi kesehatan manusia. Penanganan limbah logam Cu dapat dilakukan dengan proses adsorpsi. Perlit merupakan suatu batuan alam yang dapat digunakan sebagai media adsorben untuk menyerap logam-logam berat salah satunya logam Cu. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh daya jerap maksimum perlit yang teraktifasi sebagai adsorben dalam menyerap lugam Cu. Proses adsorpsi logam Cu dilakukan dengan cara menggunakan proses batch, dengan variasi kecepatan pengadukan (100, 200, dan 300 rpm) dan konsentrasi logam Cu (8,658, 17,444, dan 28,598 ppm). Pada waktu tertentu larutan sample diambil dan dianalisa dengan menggunakan AAS. Dari hasil analisa diperoleh daya jerap maksimum sebesar 57,86 % pada konsentrasi logam Cu 8,658 ppm dan kecepatan pengaduk 300 rpm.Item Hubungan Koefisien Perpindahan Massa Dengan Bilangan Reynolds Pada Adsorpsi Logam Cu Menggunakan Adsorben Abu Sekam Padi(2013-05-17) Heltina, Desi; Sunarno; Iwan Fermi, Muhammad; Julianti, MeldaLogam Tembaga (Cu) merupakan salah satu jenis logam berat yang bersifat toksit, yang keberadaannya di lingkungan apabila melewati ambang batas yang ditentukan dapat menimbulkan pencemaran atau rusaknya lingkungan. Salah satu hal yang perlu dilakukan dalam pengendalian dan pemantauan dampak lingkungan akibat pencemaran logam Cu ini adalah dengan proses adsorpsi menggunakan abu sekam padi. Penelitian adsorpsi ini dapat memberikan kontribusi dalam penanganan limbah khususnya logam Cu.Beberapa hal yang dapat dipelajari dari proses adsorpsi salah satunya mempelajari koefisien perpindahan massa yang merupakan hal penting untuk data perancangan kolom adsorpsi logam Cu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan koefisien perpindahan massa terhadap variabel yang mempengaruhinya dengan bilangan Sherwood. Proses adsorpsi dilakukan dengan menggunakan adsorbat larutan logam Cu 9,988 ppm dan adsorben abu sekam padi dengan ukuran 40 mesh dan tinggi unggun 5 cm.. Variabel penelitian adalah variasi laju alir adsorbat sebesar 5,32 ml/s; 8,21 ml/s; 11,34 ml/s Larutan logam Cu keluaran kolom ditampung pada waktu tertentu, dan dianalisa dengan AAS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara koefisien perpindahan massa dengan variabel yang mempengaruhinya dalam bilangan Sherwood ditunjukkan pada persamaan Sh = 201,542 Re1.Item KESETIMBANGAN ADSORBSI SENYAWA PENOL DENGAN TANAH GAMBUT(2013-05-03) Zultiniar; Heltina, DesiKonsentrasi fenol yang relatif meningkat dengan seiring bertambahnya indutri yang menghasilkan fenol, mengakibatkan tingkat pencemaran fenol diperairan meningkat pula. Untuk itu perlu penanganan limbah khususnya limbah fenol. Alternatif pengolahan limbah fenol yaitu menggunakan proses adsorpsi dengan tanah gambut.penelitian Kesetimbangan adsorpsi Fenol dengan tanah Gambut dilakukan untuk mendapatkan kapasitas jerap maksimum, model kesetimbangan dan nilai konstanta keswetimbangan, serta mengetahui pengaruh suhu terhadap daya jerap maksimum fenol oleh tanah gambut. Penelitian tanah gambut meliputi, pencucian, penjemuran, aktivasi.Larutan fenol dengan konsentrasi awal (Co) tertentu dimasukkan dalam reaktor batch berpengaduk sampai mencapai waktu kesetlmbangan, dan dilakukan pada suhu tertentu,Sampel diambil tiap waktu ,kemudian di analisa dengan menggunakan Spektrofotometri UV, diperoleh kurva kesetimbangan isotherm adsorpsi. Percobaan ini dilakukan untuk mendapatkan kurva isoterm adsorpsi pada variasi suhu 30oC, 40oC dan 50oC serta konsentrasi awal (Co) 100, 120, 140 dan 160 ppm. Dari percobaan di dapatkan waktu kesetimbangan sekitar 3 jam, Data kesetimbangan menunjukkan bahwa proses adsorpsi berlangsung optimal pada suhu 30oC dan adsorpsi yang terjadi termasuk fisika. Nilai konstanta Freundlich pada kondisi optimum (30oC ) adalah 0,001226Item KESETIMBANGAN ADSORPSI KADMIUM (Cd) DENGAN ADSORBEN ABU SEKAM PADI(2013-05-04) Heltina, DesiSumber Kadmium di perairan berasal dari limbah pertambangan timah dan seng. Kadmium berbahaya jika terakumulasi dalam tubuh melebihi ambang batasnya, untuk itu perlu dilakukan penjerapan kadmium dengan adsorpsi menggunakan salah satu adsorben yaitu abu sekam padi. Penelitian ini bertujuan mendapatkan kapasitas jerap maksimum dan model kesetimbangan adsorpsi. Penelitian diawali dengan pengaktifan sekam padi menjadi abu sekam padi dengan pemanasan dan penambahan Asam Nitrat 0,1N. Abu sekam padi sebanyak 1 gr dikontakkan dengan 500 ml larutan kadmium dengan konsentrasi awal tertentu di dalam reaktor batch berpengaduk pada suhu tertentu sampai mencapai waktu kesetimbangan. Sampel diambil tiap waktu dan dianalisa dengan menggunakan Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS). Kemudian diperoleh kurva kesetimbangan isoterm adsorpsi. Percobaan dilakukan dengan berbagai variabel konsentrasi awal larutan kadmium (Co) 20, 40 60, 80 dan 100 ppm, dan suhu adsorpsi yaitu suhu kamar (27o), 40oC dan 50oC. Dari percobaan didapatkan waktu kesetimbangan adsorpsi tercapai selama 3 jam. Data kesetimbangan menunjukkan bahwa proses adsorpsi berlangsung optimal pada suhu 27oC dengan persen penjerapan 82,55%. Mekanisme adsorpsi yang terjadi mengikuti model isoterm Freundlich dengan panas adsorpsi 3,487 kkal/moloK.Item KESETIMBANGAN ADSORPSI SENYAWA FENOL DENGAN TANAH GAMBUT(2013-03-14) Zultiniar; Heltina, DesiKonsentrasi fenol yang relatif meningkat dengan seiring bertambahnya industri yang menghasilkan fenol., mengakibatkan tingkat pencemaran fenol diperairan meningkat pula. Untuk itu perlu penanganan limbah khususnya limbah fenol. Altematif pengolahan limbah fenol yaitu menggunakan proses adsorpsi dengan tanah gambut. Penelitian Kesetimbangan Adsorpsi Fenol dengan Tanah Gambut dilakukan untuk mendapatkan kapasitas jerap maksimum, model kesetimbangan dan nilai konstanta kesetimbangan, serta mengetahui pengaruh suhu terhadap daya jerap maksimum fenol oleh tanah gambut. Perlakuan tanah gambut meliputi pencucian, penjemuran, aktivasi, Larutan fenol dengan konsentreisi awal (Co) tertentu dimasukkan dalam reaktor batch berpengaduk sampai mencapai waktu kesetimbangan, dan dilakukan pada suhu tertentu. Sampel diambil tiap waktu, kemudian dianalisa dengan menggunakan spektrofotometri UV. diperoleh kurva kesetimbangan isotherm adsorpsi. Percobaan ini dilakukan utuk mendapatkan kurva isotherm adsorpsi pada variasi suhu 30°C, 40*'C dan 50°C seta konsentrasi awal (Co) 100, 120, 140 dan 160 ppm. Dari percobaan didapatkan waktu kesetimbangan sekitar 3 jam. Data kesetimbangan menunjukkan bahwa proses adsorpsi berlangsung optimal pada suhu 30°C dan adsorpsi yang terjadi termasuk adsorpsi fisika.. Nilai konstanta Freundlich pada kondisi suhu optimum (SO^C) adalah 0,001226Item Kesetimbangan Biosorpsi Logam Berat Pb(Ii) Dengan Biomassa Aspergillus Niger(2015-09-28) Listiarini; Putra, Maeko; Amri, Amun; Fadli, Ahmad; Heltina, Desi; ChairulPenelitian Kesetimbangan Biosorpsi Logam Berat Pb2+ dengan Biomassa Aspergillus Niger dilakukan untuk mendapatkan karakteristik dan parameter kesetimbangan biosorpsi yang berguna bagi perancangan unit operasinya. Percobaan diawali dengan pembiakan biomassa Aspergillus Niger sehingga mencapai jumlah yang cukup untuk percobaan. Sejumlah 1 mg biomassa dikontakkan dengan 25 ml larutan logam Pb2+ pada berbagai konsentrasi larutan awal (Co) di dalam erlenmeyer sampai mencapai waktu kesetimbangan, dan dilakukan pada suhu kamar serta pH 5. Dengan menggunakan AAS sampel dianalisa, kemudian diperoleh sederet pasangan data logam yang tersisa dalam larutan (Ce) dan logam terjerap saat kesetimbangan (qe), yang kemudian diplot membentuk kurva kesetimbangan (isotherm) adsorpsi (biosorpsi). Percobaan yang sama dilakukan untuk mendapatkan kurva isotherm adsorpsi pada berbagai variasi suhu dan pH yang lain, yaitu suhu 40 0C dan 50 0C serta pH 3 dan pH 8. Dari percobaan diperoleh waktu kesetimbangan sekitar 24 jam, data kesetimbangan (isotherm) menunjukkan bahwa proses biosorpsi berlangsung optimal pada pH 5 dan suhu kamar (270C) dan adsorpsi yang terjadi merupakan sistem yang komplek dengan kombinasi dari berbagai mekanisme. Nilai konstanta kesetimbangan Langmuir sebesar KL = 0,0295 l/mg dan nilai panas adsorpsi (ΔH) sebesar –0,73225 kcal/mol oK.Item Pemanfaatan Arang Tulang Sebagai Adsorben Alternatif Untuk Proses Penyerapan Rhodamine B(2016-02-25) Yeni, Syafri; Heltina, Desi; Yeni, ElviTulang sapi merupakan limbah dari peternakan yang dapat dimanfaatkan sebagai adsorben alternatif untuk kepentingan tertentu, contohnya untuk penyerapan rhodamine B. Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui daya serap dari tulang yang sebelumnya telah diproses menjadi arang aktif. Proses pengarangan tulang menjadi arang aktif dilakukan dengan cara, tulang sapi yang telah dibersihkan direndam dengan heksan sambil dipanaskan kemudian difurnace selama 6-7 jam pada suhu 700-8000C. Tulang yang sudah menjadi arang tersebut dikeluarkan dan dihaluskan dengan ukuran 10 - 100 Mesh. Sampel rhodamine B yang digunakan pada penelitian ini berasal dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Provinsi Riau, Pekanbaru. Kondisi maksimum penyerapan rhodamine B dengan arang tulang ini yaitu pada ukuran butir 100 mesh dengan daya serap sebesar 98,91%, pada berat adsorben 4 gr, daya serap arang tulang ini yaitu 98,72% dan lamanya waktu penyerapan yang maksimum yaitu selama 60 menit dengan hasil daya serap sebesar 99,46%. Semakin kecil ukuran partikel, semakin berat adsorben yang ditambahkan dan semakin lama waktu penyerapan maka akan didapatkan hasil penyerapan yang baik. Dari hasil penelitian diketahui bahwa arang tulang merupakan adsorben yang memiliki daya serap yang tinggi.Item PENGARUH PENAMBAHAN KATALIS NIMO/ZSM-5 PADA PIROLISIS CANGKANG SAWIT MENJADI BIO OIL(2014-02-06) Sunarno; Heltina, Desi; Bahri, SyaifulKrisis Bahan Bakar Minyak (BBM) yang melanda dunia akibat dari tingginya permintaan kebutuhan minyak dunia dan menipisnya cadangan minyak bumi. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan sumber energi alternatif yang dapat diperbarui yaitu salah satunya bio-oil sebagai pengganti minyak bumi. Bio-oil diproduksi dengan proses pyrolysis menggunakan biomassa dengan pemanasan, tanpa adanya kandungan oksigen. Tujuan penelitian ini adalah menentukan pengaruh rasio katalis NiMo-ZSMI-5 dengan cangkang sawit (0,5%; 1,5%; 2,5%; 3,5%) terhadap yield bio-oil yang dihasilkan serta karakterisasi bio-oil pada proses yang optimal. Pirolisis menggunakan cangkang sawit 50 gram dengan ukuran -40+60 mesh, silinap 500 ml dan kecepatan pengadukan 300 rpm. Pada penelitian ini diperoleh yield terbesar yaitu 68,6% yang terjadi pada suhu 330°C dengan katalis NiMo/ZSM-5 2,5%. Karakteristik sifat fisika yang diperoleh: densitas (1,01 gr/ml), viskositas (13,27 cSt), angka keasaman (67,17 gr NaOH/gr sampel) dan titik nyala (64°C). Dari hasil analisa GC-MS, komponen kimia yang dominan pada bio-oil adalah acetic acid, phenol, furancarboxaldehide; methanol. Komposisi fenol dan senyawa lainnya yang mendukung bio-oil sebagai bahan bakar yaitu 50,29%.Item Pengaruh Suhu dan Kecepatan Pengadukan Terhadap Penyerapan Fenol Oleh Tanah Gambut(2016-02-25) Heltina, Desi; Evelyn; Ramdhani, Eka PutraTanah gambut merupakan salah satu jenis padatan yang dapat digunakan sebagai adsorben dalam proses adsorpsi pada penanggulangan limbah, khususnya limbah fenol. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan jumlah fenol yang terserap pada tanah gambut dengan variasi suhu 30oC, 50oC dan kecepatan pengadukan dengan variasi 200 rpm, 300 rpm dan 500 rpm. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan proses adsorpsi secara batch. Fenol dengan konsentrasi tertentu dan tanah gambut yang sudah diaktifkan dimasukkan ke dalam beker gelas, pada waktu tertentu sample diambil untuk dianalisa dengan menggunakan Spektrophotometer. Hasil penelitian diperoleh penyerapan fenol yang paling maksimum pada suhu 30oC dengan persentase penyerapan 33,1 %, dan kecepatan pengadukan pada 500 rpm dengan persentase penyerapan 35,8%.Item Pengolahan Air Bersih dengan Proses Saringan Pasir Lambat UP FLOW di Kelurahan Muara Fajar Kecamatan Rumbai Pekanbaru(2013-04-26) Heltina, Desi; Komalasari; Sukmiwati, MeryPenggunaan air sangat dipengaruhi oleh tempat dimana masyarakat itu tinggal, ini menyebabkan tingkat penggunaan air bersih sangat berbeda tiap-tiap tempat. Persentase layanan air bersih pada daerah perkotaan masih sangat rendah dan tergantung pada pelayanan perusahaan air minum. Fakta ini menyebabkan penggunaan air bersih masih sangat kurang sehingga berdampak pada kesehatan masyarakat. Penduduk pada daerah-daerah yang belum mendapatkan pelayanan air bersih biasanya menggunakan air sumur galian maupun air sungai yang digunakan kurang memenuhi standar air minum yang sehat. Bahkan untuk daerah yang sangat buruk kualitas air tanah maupun air sungainya, penduduk hanya menggunakan air hujan untuk memenuhi kebutuhan air minum. Oleh karena itu, persentase penderita penyakit pada daerah yang masih menggunakan air minum yang kurang memenuhi syarat kesehatan masih tergolong tinggi. Pekanbaru khususnya daerah Rumbai, kualitas airnya masih belum memenuhi standar air bersih . Air yang digunakan berasal dari air tanah, berupa sumur galian dan air sungai. Jika air sungai naik akan menyebabkan daerah ini akan tergenang air, sehingga air tanah tercemar. Oleh karena itu, persentase penderita penyakit yang disebabkan akibat penggunaan air minum yang kurang bersih atau kurang memenuhi syarat kesehatan masih sangat tinggi.Item Pengolahan Pelumas Bekas Secara Fisika(2016-02-25) Heltina, Desi; Yusnimar; Marjuki; Kurniawan, ArdianSeiring dengan meningkatnya pemakaian minyak pelumas, maka jumlah minyak pelumas bekas semakin banyak. Penelitian ini merupakan suatu usaha untuk mengolah minyak pelumas bekas secara fisika dengan menggunakan media penyaring. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan media penyaring yang baik dalam pengolahan minyak pelumas bekas dan juga untuk menentukan waktu penyaringan minyak pelumas yang dapat memberikan hasil yang paling baik. Media penyaring yang digunakan adalah karpet, goni dan kain kasa, sedangkan waktu penyaringan adalah 30 menit, 60 menit dan 90 menit. Pelumas bekas dicentrifuge dengan kecepatan tertentu selama 10 menit untuk memisahkan air, setelah itu disaring dengan alat filter press. Minyak pelumas hasil filtrasi dianalisa kadar warna, viskositas, berat jenis dan kadar kotoran. Hasil penelitian dibandingkan dengan minyak pelumas baru diperoleh bahwa waktu optimal dari filtrasi minyak pelumas bekas adalah 90 menit menggunakan media penyaring karpet dapat menahan kotoran hingga 0.015 %, berat jenis 0,8725 gr/ml, viskositas rata-rata 280 cP dan warnanya hitam.Item Perbandingan Daya Jerap Zeolit Aktif Dan Arang Aktif Pada Proses Adsorpsi Logam PB(2015-09-26) Heltina, Desi; Wijaya, Dewi Shinta Kusuma; Rahmi, NoviaPencemaran limbah logam berat merupakan dampak dari penggunaan logam berat tersebut oleh manusia. Penanganan limbah khususnya limbah logam Pb dapat dilakukan dengan cara adsorpsi. Pada penelitian ini dilakukan proses adsorpsi logam Pb dengan menggunakan variasi jenis adsorben dan kecepatan pengadukan. Adsorben yang digunakan adalah zeolit aktif dan karbon aktif. Adsorben dimasukkan ke dalam Erlenmeyer yang berisi larutan Pb(NO3)2 dengan konsentrasi tertentu, kemudian diletakkan pada alat getar dengan variasi kecepatan. Sampel diambil pada waktu tertentu dan dianalisa dengan Atomic Adsorption Spectrophotometer (AAS). Dari hasil yang dilakukan zeolit aktif lebih baik menjerap Pb dari pada karbon aktif pada kecepatan getar 200 rpm dan waktu 20 menit yaitu sebesar 99,03 % . sedangkan arang aktif sebesar 65,57 % pada kecepatan dan waktu yang sama.Item SUMBER BAHAN BAKAR ALTERNATIF DARI SPENT BLEACHING EARTH ASAL INDUSTRI REFINERY MINYAK SAWIT(2013-04-02) Yusnimar; Zahrina, Ida; Heltina, DesiSpent Bleaching Earth (SBE) yang merupakan adsorben bekas pakai yang berasal dari unit bleaching pada industri refining CPO. Berdasarkan PP 85 Tahun 1999 Pasal 7, SBE dikategorikan sebagai limbah B3, dan pada umumnya penanganan SBE di industri dilakukan secara landfill. Akan tetapi, limbah ini masih mengandung 20-30% minyak sawit, dan limbah ini merupakan bahan yang dapat digunakan sebagi bahan baku sumber energi alternatif. Sehubungan untuk 40 sampai 70 tahun kedepan cadangan minyak bumi sebagai sumber bahan baku bahan bakar akan semakin sulit untuk diperoleh, sedangkan kebutuhan sumber bahan bakar non-renewable ini semakin meningkat dengan pesat di Indonesia. Intensifikasi pencarian sumber bahan bakar lain pengganti minyak bumi dalam rangkah antisipasi kelangkahan minyak bumi sangat perlu dilakukan. Oleh karena itu pada penelitian ini dilakukan proses recovery minyak pada SBE dengan metode ekstraksi padat-cair (Soxhlet dan maserasi) dan heksan sebagai pelarut. Proses recovery minyak dengan heksan soxhlet dan maserasi dilakukan pada temperatur kamar. Pada minyak hasil proses recovery atau ekstrak recovery minyak dilakukan beberapa analisis antara lain analisis kadar air, pH, bulk density, kadar bahan volatil , kadar abu, kadar Fixed Carbon dan kadar unsur sulfur. Pada SBE sebelum diolah mempunyai kadar air 3,19 % berat kering, pH 6,98, bulk density 0,67 g/cm3 , kadar bahan volatil 1,09 % , kadar abu 62,19 % berat kering, kadar Fixed Carbon 31, 57 %, kadar unsure karbon 20,33 % dan kadar unsur sulfur tidak terdeteksi. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa rendemen minyak dengan metode heksan soxhlet berkisar antara 20 - 25 %, sedangkan dengan metode maserasi sekitar 10 – 12 %. Hasil analisis pada minyak hasil recovery dengan metode heksan-soxhlet antara lain densitas 0,879 gr/cm3, viskositas kinematik 20,48 cSt, nilai kalor 43,66 MJ/kg dan kadar air 0,07 %. Daya jerap SBE yang telah diregenerasi pada temperatur 270oC adalah 19,602 mg Cu(II)/g SBE atau 98,01%, sedangkan pada temperatur 370oC dan 470oC adalah 19,614 mg Cu(II)/g SBE atau 98,07% dan 19,968 mg Cu(II)/g SBE atau 99,84%. Berdasarkan data ini dapat diketahui bahwa SBE yang telah diregenerasi mempunyai kemampuan yang sangat baik dalam menjerap ion Cu(II) dalam larutan, karena efisuensi penjerapannya sekitar diatas 95%. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa SBE merupakan bahan yang mempunyai nilai ekonomis kemungkinan dapat dijadikan sumber bahan bakar alternatif dimasa yang akan datang.