Browsing by Author "Evelyn"
Now showing 1 - 8 of 8
Results Per Page
Sort Options
Item Algae Strain Growth and Cultivation for Biodiesel(2016-02-25) Padil; EvelynMicroalgal lipids are the oils of future for sustainable biodiesel production. However, relatively high production costs due to low lipid productivity can become one of the major obstacles impeding their commercial production. We recently studied the bioreactor options for cultivating alga and also the advantages and drawbacks of each option. It also discussed the effects of various parameters on algae growth and production and the cost estimates on bioreactor chosen. The successful coupling between chemical, physiology and technology is central to the success of algal biotechnology. Our literature studies strongly indicate that in the long term the photobioreactor systems offer the most profitable route for bio-fuel production, if they can be reduced in cost. This is because they offer the advantage due to reduced land use, high productivity rates over open pond systems and reduced contamination. Several optimal parameters to consider when cultivating algae strain are temperature (18-24 0C), salinity (20-24 g.l-1), light intensity (2,500-5,000 lux), photoperiod that is light: dark, hours (16:8 minimum and 24:0 maximum) and pH (8.2-8.7).Item Kajian Awal Pembuatan Pulp Akasia Dengan Metode Pulp Biologik(2015-09-28) Amraini, Said Zul; EvelynKraft process is used by the mostly pulp industries. This process can produce a good quality pulp, but it also gives negative impact to the environment. In order to solve this impact, we try to used a method of process that friendly to the environment. Its method is “ Biopulping”, a process with utilized the microorganism to produce a pulp, ie Trametes versicolor fungi sp. The objective of this research to investigate the possibility of biological process (fermentation) in producting the pulp. Hence, it was expected to give the information about the process condition by varying the air flow rate and the thickness of the chip. The result showed that the amount degradation of the lignin was decrease while the amount of α selulose showing decreasing too. For the variation of air flow rate, the lowest amount of α selulose and the highest amount of degradation of lignin is find at the rate 7 l/minutes. While for the variation of the thickness of the chip, the lowest amount of α selulose and the highest amount of degradation of lignin is find at 3 mm.Item Laju “Uptake” Fenol oleh Enceng Gondok (Eichhornia crassipes) pada Proses Fitoremediasi(2016-02-25) Purwaningsih, Is Sulistyati; Evelyn; Mulfariana, Wanda; YusmanelyFenol banyak dijumpai dalam berbagai proses industri, salah satunya adalah yang berbasis petroleum. Umumnya senyawa toksik ini berada di perairan sebagai air buangan industri. Salah satu teknologi yang dapat digunakan untuk penanganan limbah adalah fitoremediasi, yang memanfaatkan tanaman untuk meremediasi media yang tercemar. Pada penelitian ini digunakan enceng gondok untuk meremediasi air yang tercemar fenol. Percobaan dilakukan dalam reaktor yang terbuat dari fiber glass yang berisi larutan fenol dalam air. Enceng gondok yang sudah dibersihkan dari kotoran dan sudah diaklimatisasi selama seminggu, dengan berat tertentu dimasukan ke dalamnya. Sampel diambil pada imterval waktu tertentu untuk dianalisisi. Dari hasil penelitian terlihat bahwa tingkat toksisitas fenol terhadap enceng gondok berpengaruh terhadap proses remediasi. Makin tinggi konsentrasi awal fenol, makin lambat laju ”uptake” fenol oleh enceng gondok. Laju remediasi dengan konsentrasi larutan fenol 50 mg/l ternyata 1,06 kali lebih cepat dibandingkan dengan konsentrasi 100 mg/l dan 1,54 kali lebih cepat dibandingkan dengan konsentrasi 150 mg/l. Dengan penambahan nutrisi, ternyata laju ”uptake” fenol oleh enceng gondok meningkat menjadi 1,14 hingga 1,22 kali lebih cepat dibandingkan dengan perlakuan sebelumnya. Pada percobaan dengan menambahkan nutrisi serta memberikan aerasi pada media, ternyata laju berkurangnya konsentrasi fenol sangat signifikan, hingga mencapai 5 kali lebih cepat dibandingkan pada media yang tidak mendapat nutrisi dan aerasiItem An overview on biodiesel fuel production from algae(2016-02-25) Evelyn; PadilBiodiesel fuel has emerged as a viable substitute for petroleum diesel and as a component to mitigate greenhouse gas emission. Biodiesel is biodegradable, less CO2 and NOx emissions and can be obtained from renewable sources. The fuel can be made easily from either virgin or waste cooking oil such as palm, soybean, canola, rice bran, sunflower, corn oil, fish oil and chicken fat. Those feedstocks are still estimated compete with the food consumptions in the future. Presently, research is being done on algae as one of alternative feedstock which are particularly rich in oils (up to 60% of their mass) and whose yield per hectare is considerably higher than that of palm (7 to 31 times). The objective of the paper gives a brief overview on biodiesel fuel production from algae to further undertake significant research. It also describes the common method of production which is basecatalyzed transesterification and some requirements of that are needed in order to achieve high-yield algal oil production. Algae require primarily three components to grow: sunlight, CO2 water and Indonesia has appropriate geographical condition that could support the growth and production of algae, therefore it is expected to introduce algae as potential feedstock for biodiesel production. In practice however, while algal oil certainly appears promising, it should be pointed out that lots more aspects need to be analysed and further experimentations to be done before one can be sure of algal oil being a worthy substitute for petro-diesel.Item Pengaruh Suhu dan Kecepatan Pengadukan Terhadap Penyerapan Fenol Oleh Tanah Gambut(2016-02-25) Heltina, Desi; Evelyn; Ramdhani, Eka PutraTanah gambut merupakan salah satu jenis padatan yang dapat digunakan sebagai adsorben dalam proses adsorpsi pada penanggulangan limbah, khususnya limbah fenol. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan jumlah fenol yang terserap pada tanah gambut dengan variasi suhu 30oC, 50oC dan kecepatan pengadukan dengan variasi 200 rpm, 300 rpm dan 500 rpm. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan proses adsorpsi secara batch. Fenol dengan konsentrasi tertentu dan tanah gambut yang sudah diaktifkan dimasukkan ke dalam beker gelas, pada waktu tertentu sample diambil untuk dianalisa dengan menggunakan Spektrophotometer. Hasil penelitian diperoleh penyerapan fenol yang paling maksimum pada suhu 30oC dengan persentase penyerapan 33,1 %, dan kecepatan pengadukan pada 500 rpm dengan persentase penyerapan 35,8%.Item Pengolahan Limbah Padat Industri Sawit Dengan Proses Pirolisis Dan Adsorpsi Menjadi Asap Cair {Liquid Smoke)(2015-07-05) Padil; Evelyn; Supranto; WiratniTimbunan limbah padat sawit / biomassa merupakan limbah perkebunan yang jumlahnya sangat melimpah di Propinsi Riau dan meningkat setiap tahunnya sejalan dengan pertumbuhan industri minyak sawit. Dengan proses pirolysis, biomassa tersebut dapat dikonversi menjadi asap cair {liquid smoke) sebagai alternatif pengawet produk pangan dan dapat juga diaplikasikan untuk produk non pangan dan yang sangat mengembirakan adalah jika diaplikasikan pada produk pangan tidak akan membahayakan bagi konsumennya. Kebaharuan dari penelitian ini yaitu mengembangkan proses pirolysis untuk pengolahan limbah padat industri sawit berupa tandan kosong sawit dan peningkatan kualitas asap cair {liquid smoke) dengan jalan melewatkan fase yang masih berupa gas kedalam kolom adsorpsi dengan adsorben yang digunakan adalah arang aktif yang diolah dari arang sisa proses pirolysis Hal ini dilakukan dalam upaya untuk mendapatkan route baru dalam menghasilkan Asap CairItem Produksi Enzim Protease Alkalin Dari Bacillus substilis Dengan Media Limbah Cair Tahu(2016-02-25) Evelyn; Chairul; Lestari, Diana; Purnama, Fauziah RProteases are one of the most important industrial enzymes accounting for nearly 60% of the total worldwide enzyme sales. Of these, alkaline proteases are employed primarily as cleansing additives to detergents and in bating of hides and skins in leather industries. Among the various proteases, bacterial proteases are the most significant, compared with animal and fungal proteases, especially from Bacillus species. This research try to produce enzyme of protease alkaline by using submerged fermentation technology and exploit local soybean cake liquid waste medium to determining optimum medium composition, temperature and pH in producing the enzyme constructively Bacillus substilis. In order to get the optimum concentration fermentation media and pH, research was conducted of flour concentration at 10%, 20%, 30%, and pH at 7, 8, 9, 10 and 11 respectively. The optimum fermentation temperature of alkaline protease was obtained with temperature variation at 30, 40, 50, 60 and 70 oC. Fermentation process took place during 72 hour to the each variable and conducted by intake of sample every 12 hours. Enzyme activities were determined by using Protease Colorimetric Detection Kits from Sigma, which were calculated by rate of tyrosine existing in mixture of reagent and samples were analyzed using spectrophotometer. Result showed that the optimum conditions obtained were at fermentation medium (grist flour) concentration of 10%, early pH media of 9 and temperature of incubation of 30 oC with maximum enzyme activity 32,90 unit/ml.Item Teknologi High Pressure Thermal Processing (HPTP) Untuk Inaktivasi Spora Mikroorganisme Dalam Pangan(2017-01-09) Evelyn; Silva, FilipaSpora bakteri dan beberapa fungi tahan terhadap proses pasteurisasi sehingga dapat bergerminasi dan tumbuh dalam pangan. Selain dapat menyebabkan kerusakan pangan, pertumbuhan mikroba merugikan hingga jumlah tertentu pada pangan berpotensi menyebabkan penyakit pada manusia karena mengkonsumsi pangan yang telah mengandung toksin mikroba. Proses thermal konvensional pada suhu tinggi dapat menginaktivasi spora mikroba namun dapat merusak karakteristik sensoris dan nutrisi dari bahan pangan. High Pressure Thermal Processing (HPTP) adalah metode pengawetan pangan modern yang potensial untuk menginaktivasi spora mikroba serta dapat menjaga kualitas dan nutrisi bahan pangan. Pada penelitian ini, HPTP pada tekanan 600 MPa dan suhu 70°C atau 75°C selama 30 menit diaplikasikan untuk menginaktivasi spora bakteri Clostridium perfringens dalam slurry daging dan psikrotrofik Bacillus cereus dalam susu skim, spora fungi Byssochlamys nivea dalam puree buah strawberry dan Neosartorya fischeri dalam jus apel. Proses inaktivasi juga dibandingkan dengan metode thermal pada suhu dan waktu yang sama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa HPTP dapat menurunkan jumlah spora bakteri C. perfringens sebesar 2,5 log (75°C) dan B. cereus sebesar 5,3 log (70°C). Spora fungi B. nivea dan N. fischeri dapat direduksi masing-masing sebesar 2,8 log dan 4,3 log (75°C). Terlihat bahwa spora bakteri Clostridium perfringens mempunyai tingkat ketahanan yang paling tinggi, sementara spora bakteri Bacillus cereus memiliki tingkat resistensi yang paling rendah bahkan jika dibandingkan dengan spora fungi. Proses inaktivasi thermal menunjukkan hanya 0,5 log jumlah spora bakteri yang dapat direduksi, sedangkan spora fungi tidak ada yang tereduksi. HPTP merupakan teknologi yang lebih baik daripada metode thermal untuk mereduksi jumlah spora dalam bahan pangan