Browsing by Author "Drastinawati"
Now showing 1 - 10 of 10
Results Per Page
Sort Options
Item ADSORPSI ZAT WARNA METHYLENE BLUE MENGGUNAKAN ABU TERBANG BATU BARA (FLY ASH) DENGAN VARIASI UKURAN ADSORBEN DAN KECEPATAN PENGADUKAN(2015-12-12) Putra, F. P.; Aman; DrastinawatiUse of Methylene Blue as a main ingredient in the dye becomes a problem for environmental pollution. It also occurs in the use of coal as fuel is increasing linearly who will be directly proportional to the fly ash waste generated. This study aims to determine the optimum conditions of adsorbent size and the speed of stirring. Adsorption of Methylene Blue performed by mixing with coal fly ash on the condition of adsorbent size (> 100 and 100- 200) mesh and stirring speed (160, 180, 200, 220 and 240) rpm. Adsorption results were analyzed by using a spectrophotometer, the optimum conditions obtained capacities variation of fly ash on the adsorbent is 100-200 mesh size and the optimum conditions capacities fly ash at variable speed is 180 rpm. Adsorption shows a decrease in the power jerap fly ash Methylene Blue dye from the initial 10 mg / g adsorbent to 0.666 mg / g of adsorbent.Item Gold Separation of Computer Circuit Board scraps (CCBs) By Sodium Metabisulphite as a Precipitant(2016-04-22) Drastinawati; Sahan, YusnimarIn the electronic and telecommunication industries, gold has been applied for sinyal strength than other metals such as copper. Gold recovered on electronic scraps namely computer circuit main board, printed circuit board, handphone printed circuit board. Based on characterization results, computer circuit board scraps (CCBs) contains gold and other metals such as copper, lead, alumunium, ferous, nickel, zinc, and silver. It is essential to separate the precious metal of CCBs. Generally, gold separation has been done by cyanide and amalgamation methods. Separation by these methods produce a high gold‘s purity (>80%) and it can be done in a simple way. Yet, mercury and cyanide are very toxic for living things, causes death for them. In this research, gold separation of computer circuit boards (CCBs) has been done by leaching and precipitation methods. In general, recovery gold of electronic scraps has been done by pyrometallurgy and hydrometallurgy methods The method was applied in gold separation processes from modificated methods already existence. This paper reports a promosing method to separate gold of CCBs. Aqua regia and HNO3 solutions lwere used in the leaching processes, and sodium metabisulphite (Na2S2O5) was applied in the precipitation process. Silver, Copper, ferous, alumunium, lead etc. are relatively instable ions and dissolved in HNO3, but gold is stable as a solid residue in HNO3 solution. Gold separation of solid residue by leaching with aqua regia. Gold formed a brown solid with the amount precipitated is 0.089g in the 5g CCBs samples was treated, also gold found high purity 98.9% .Item Kesetimbangan Adsorpsi Logam Cu (Ii) Dengan Arang Aktif Cangkang Sawit Sisa Pembuatan Asap Cair(2013-05-17) Drastinawati; Khairat; ZulfikarLogam Tembaga Cu (II) masuk ke dalam perairan berdampak pada pencemaran lingkungan apabila kandungannya melebihi nilai ambang batas yang telah ditentukan. Arang cangkang kelapa sawit merupakan limbah dari pembuatan asap cair yang diaktivasi menggunakan uap air yang dapat berfungsi sebagai adsorben logam berat seperti logam Cu(II). Penelitian dilakukan untuk mendapatkan data dan model kesetimbangan adsorpsi logam Cu(II) dengan adsorben arang aktif cangkang sawit sisa pembuatan asap cair,. Penelitian diawali dengan pembuatan arang aktif cangkang sawit dengan cara pirolisis pada suhu 350oC selama 2 jam, kemudian arang aktif diaktivasi dengan cara memanaskan dengan menggunakan tube furnace pada suhu 800 oC selama 60 menit. Arang aktif cangkang sawit seberat 2 gr dimasukkan ke dalam 500 ml larutan Logam Cu dengan konsentrasi awal (Co) 20 ppm di dalam reaktor bath berpengaduk dengan kecepatan pengadukan 200 rpm pada suhu 27oC sampai mencapai waktu kesetimbangan. Dengan menggunakan AAS (Atomic Adsorption Spectrofotometri) didapatkan konsentrasi logam Cu yang tersisa dalam larutan (Ce), dan dapat ditentukan kapasitas penjerapan arang cangkang sawit saat kesetimbangan (Qe). Percobaan yang sama dilakukan pada suhu 35 oC dan 45 oC dengan variasi konsentrasi (25, 50 dan 75 ppm). Data untuk waktu kesetimbangan adsorpsi diperoleh pada 120 menit dan persen penjerapan rata-rata 91,231%. Mekanisme adsorpsi yang terjadi lebih didominasi oleh model isoterm Freundlich yang mewakili adsorpsi fisika dengan panas adsorpsi 9.039 kkal/moloK.Item Kinetika Adsorpsi Ion Logam Cu (Ii) Menggunakan Serbuk Gergaji Teraktivasi dengan Asam Asetat(2013-05-08) Drastinawati; Akbar, Fajril; Yulia Fitri, EfriSerbuk gergaji merupakan salah satu limbah yang mengandung lignin sekitar 20-30 %. Lignin berfungsi sebagai adsorben logam berat. Untuk meningkatkan kemampuan jerap serbuk gergaji dilakukan aktivasi pada serbuk gergaji dengan menggunakan asam asetat 0,5 M. Proses adsorpsi yang dilakukan pada penelitian ini secara batch dengan variabel berubah yaitu kecepatan pengadukkan adsorpsi (300, 400, 500 dan 600 rpm) dan suhu adsorpsi (30, 40, 50 dan 600C). Data proses adsorpsi, dianalisa secara spektrofotometri menggunakan AAS (Atomic Adsorption Spectrofotometri). Kinetika adsorpsi logam Cu (II) menggunakan serbuk gergaji teraktivasi didapatkan mengikuti orde satu. Nilai konstanta laju adsorpsi, k serbuk gergaji dengan variabel kecepatan pengadukan didapatkan harga k sebesar 0,008 menit-1 untuk kecepatan pengadukan 600 rpm. Pada variasi suhu diperoleh nilai k lebih rendah sebesar 0,003 menit-1 untuk suhu 600C pada semua kecepatan pengadukan.Item OPTIMASI KONDISI PROSES AKTIVASI BENTONIT LOKAL MENGGUNAKAN H2SO4 SEBAGAI ADSORBEN PADA PROSES DEHIDRASI ETANOL DENGAN RESPON SURFACE METHODE(2013-05-04) Drastinawati; Zahrina, Ida; YelmidaBentonit adalah jenis mineral lempung, dengan komposisi kimianya ± 80% terdiri dari mineral monmorillonite (Na.Ca)0,33(Al.Mg)2Si4O10(OH)2(H2O)n. Kebutuhan industri akan bentonit semakin meningkat, sementara cadangan bentonit di Propinsi Riau sangatlah besar, ± 3.733.135 M3, namun belum banyak dimanfaatkan. Penelitian dilakukan untuk mengamati kemampuan penjerapan bentonit untuk proses dehidrasi etanol. Penelitian ini difokuskan pada optimasi kondisi proses aktivasi bentonit dengan variabel bebas yang digunakan terdiri atas 3 faktor. Faktor – faktor tersebut adalah konsentrasi larutan asam H2SO4 (X1) pada rentang 0,8 – 1,6 M , suhu aktivasi (X2) pada rentang 51 – 119oC dan waktu aktivasi (X3) pada rentang 2 – 4,68 jam. Data dianalisa menggunakan pendekatan statistik dengan metode Response Surface Methodology Central Composite Design (RSM-CCD). Dari penelitian ini diperoleh penjerapan optimum pada bentonit untuk konsentrasi, suhu dan waktu adalah 1,3 N: 81 0C: 3 jam 20 menit dengan kemampuan penjerapan sebesar 93.25%. Variabel konsentrasi merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap penjerapan adsorben dengan persamaan modelItem Pemanfaatan Bentonit Sebagai Adsorben Pada Proses Bleaching Minyak Sawit(2015-09-28) Yusnimar; Purwaningrum, Is sulistyati; Sunarno; Syarfi; DrastinawatiPenelitian tentang pemanfaatan bentonit sebagai adsorben pada proses bleaching minyak sawit telah dilakukan. Proses bleaching minyak sawit mentah (CPO) dilakukan dengan beberapa tahapan proses, yaitu proses aktivasi bentonit, proses penyabunan CPO dan proses bleaching CPO. Bentonit yang digunakan diperoleh dari daerah Lipat Kain Propinsi Riau Daratan. Bentonit yang akan digunakan pada proses bleaching, bentonit dibersihkan dan dihaluskan menjadi ukuran partikelnya 100 mesh dan 200 mesh, kemudian bentonit tersebut diaktivasi dengan menggunakan larutan H2SO4 5% di dalam tangki berbaffle, kemudian dipanaskan pada suhu 110oC sampai beratnya konstan. Sebelum CPO di bleaching, dilakukan proses penyabunan terhadap CPO dengan menggunakan larutan NaOH 10%, untuk memisahkan kotoran dan asam lemak bebas (FFA) dari minyak. Minyak dari hasil proses penyabunan tersebut di bleaching dengan menggunakan bentonit aktif pada suhu 70 – 80oC. Dari hasil proses bleaching diketahui bahwa warna minyak sawit mentah berubah dari berwarna coklat kemerah-merahan dan keruh menjadi kuning muda dan jernih. Variasi ukuran partikel bentonit terhadap warna minyak yang di bleaching tidak terlalu berbeda. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa bentonit asal daerah Lipat kain dapat digunakan sebagai adsorben atau bleaching agent pada proses pembuatan minyak sawitItem Pemisahan Zat Warna Alami ADari Larutan Eksr=traksi Kunyit Dengan Membran Ultrafiltrasi Selulota Asetat Sistem Aliran Crossflow(2013-03-07) Drastinawati; SyarfiAdanya zat warna sintetik yang kadarnya berlebih pada makanan dapat menimbulkan efek negatif bagi kehidupan manusia karena zat warna sintetik bersifat karsinogenik yang dapat mengakibatkan penyakit kanker. Zat warna alami merupakan salah satu zat warna yang aman untuk dikonsumsi dan dapat menghindari resiko timbulnya penyakit kanker bagi tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kinerja membran ultrafiltrasi dalam pembuatan kurkumin. Penelitian ini dilakukan dengan melewatkan larutan ekstrak kunyit ke dalam membran ultrafiltrasi pada berbagai laju alir : 170.5L/jam, 214.PL/jam dan 265.3L/jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fluks tertinggi tercapai pada laju alir 265.3L/jam yaitu 0.326L/m^jam, sedangkan fluks terendah tercapai pada laju alir 170.5L/jam yaitu 0.125L/m^jam. Semakin besar laju alir yang diberikan pada membran maka semakin besar pula fluks yang dihasilkan.Item Pengaktifan Bentonit Riau Sebagai Adsorben Pada Proses Dehidrasi Etanol Dengan Rancangan Percobaan RS M-CCD(2013-03-14) Drastinawati; SunarnoPenelitian optimasi aktivasi bentonit lokal Riau sebagai adsorben pada proses dehidrasi etanol telah dilakukan. Optimasi dilakukan dengan pendekatan statistik menggunakan Response Surface Method-Central Composite Design (RSM-CCD) dengan faktor yang ditinjau adalah pengaruh konsentrasi larutan asam HNO3 (Xi), suhu pemanasan (X2) dan waktu pemanasan (X3) terhadap daya jerap adsorben. Dari percobaan diperoleh model pengarah variabel proses aktivasi terhadap respon daya jerap yaitu % jerap = 10,652 + l,292Xi + 1,481X2 - 0,986Xi + 1,596X1X3, dimana variabel suhu merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap daya jerap. Dari plot kontur dan respon permukaan diperoleh prediksi kondisi operasi aktivasi optimum pada konsentrasi HNO3 0,88N, suhu 85,23°C dan waktu aktivasi 3 jam 20 menit.Item PerananZat Aditif pada Makanan di Kelurahan Lapas, Kecamatan Rumbai, Pekanbaru-Riau(2013-04-26) Yusnimar; Drastinawati; Sri Irianty, RozanaZat aditif atau bahan pengawet pada makanan adalah berfungsi untuk mencegah atau memperlambat terjadinya kerusakan makanan, baik secara kimiawi maupun mikrobiologis. Dengan menggunakan bahan pengawet, makanan bisa ditransportasikan dalam jarak jauh dan bisa disimpan untuk waktu yang lama. Zat aditif sebagai bahan yang ditambahkan untuk memproduksi pangan olahan untuk tujuan komersial tidak mungkin dihindari, terutama pada industri makanan skala rumah tangga maupun skala industri. Makanan semakin enak, tampilannya semakin menarik , hal ini disebabkan biasanya pada makanan ditambah dengan zat aditif. Produsen makanan rumah tangga akan berusaha menampilkan makanan semenarik mungkin baik dari segi penampakan fisik, aroma, dan tekstur. Namun, acap kali faktor gizi, higienis dan keamanan pangan justru diabaikan. Tujuan penggunaan zat aditif ini adalah untuk, untuk memperbaiki karakter pangan agar kualitasnya meningkat. Selain itu, zat aditif dapat menghambat atau menghentikan aktivitas mikroba (bakteri, kapang, khamir), sehingga dapat meningkatkan daya simpan suatu produk olahan, meningkatkan cita rasa, warna, menstabilkan, memperbaiki tekstur, sebagai zat pengental/penstabil, antilengket, mencegah perubahan warna, memperkaya vitamin, mineral, dan sebagainya. Pemberian bahan pengawet tersebut tidak merusak nilai gizi makanan itu, asalkan bahan tambahan yang digunakan tidak kedaluwarsa.Biasanya kalau masa kedaluwarsanya sudah ditentukan, maka empat bulan menjelang kedaluwarsa makanan itu mengalami perubahan.Item Sintesis Kitosan Dari Cangkang Udang(2016-11-30) Fadli, Ahmad; Ervina; Drastinawati; Huda, FeblilKitosan merupakan polimer rantai panjang yang disusun oleh monomer-monomer glukosamin (2-amino-2-deoksi-D-glukosa). Biopolimer ini disusun oleh dua jenis amino yaitu glukosamin (2-amino-2-deoksi-D-glukosa, 70-80%) dan N-asetil glukosamin (2-asetamino-2- deoksi-D-glukosa, 20-30%). Tujuan penelitian ini adalah mempelajari pengaruh waktu reaksi pada proses deasetilasi terhadap karakteristik kitosan. Cangkang udang yang telah dibersihkan kemudian dikeringkan di dalam oven dengan suhu 105oC untuk menghilangkan kadar airnya. Penghilangan protein dilakukan dengan mereaksikan serbuk cangkang dengan NaOH pada rasio berat cangkang udang dengan volume larutan NaOH 1:20. Kemudian disaring dengan kertas saring untuk diambil residunya dan dicuci menggunakan akuades sampai pH netral. Proses demineralisasi dilakukan dengan mereaksikan serbuk cangkang udang hasil proses deproteinasi dengan HCl 1 N dengan rasio berat kulit udang dengan volume larutan NaOH 1:15. Endapan hasil penyaringan dikeringkan dalam oven pada suhu 100 0C selama 4 jam. Karakteristik kitosan yang diperoleh dari pengaruh rasio massa kitin dengan volume larutan NaOH 1:20 pada proses deasetilasi menghasilkan kitosan dengan konsentrasi 86,02%. Waktu reaksi menjadi faktor yang berpengaruh dalam menghasilkan kitosan dengan konsentrasi tinggi. Diperoleh waktu reaksi optimum yang akan menghasilkan kitosan berkonsentrasi tinggi adalah 3 jam.