Browsing by Author "Darmayanti, Lita"
Now showing 1 - 8 of 8
Results Per Page
Sort Options
Item EFEKTIFITAS SUMUR RESAPAN DALAM MEMPERCEPAT PROSES LAJU INFILTRASI(2013-05-06) Siswanto; Darmayanti, Lita; Tarigan, PoloTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas sumur resapan dalam membantu proses infiltrasi pada kondisi tanah tertentu dengan kondisi permeabilitas yang telah di uji. Laju infiltrasi dapat diperoleh dengan melakukan pengukuran langsung dilapangan dengan menggunakan alat single ring infiltrometer, dan dilanjutkan dengan pengukuran pada sumur resapan dengan kedalaman 1 m dan 1,5 meter. Penelitian ini berlokasi di samping Gedung Rektorat Universitas Riau Pekanbaru, pada kondisi tanah yang relative tinggi dan muka air tanah yang dalam. dimana kondisi tanah di lokasi tersebut mempunyai koefisien permeabilitas pada kedalaman 1 meter dan 1,5 meter berturut-turut adalah 0,00103388, 0,000388253, yang telah diperoleh dari uji laboratorium menggunakan falling head test. Sedangkan untuk permeabilitas lapangan diperoleh permeabilitas lebih besar, masing-masing untuk kedalaman 1 m dan 1,5 m berturut-turut adalah 0,405129 cm/detik dan 0,405129 cm/detik. Untuk penelitian laju infiltrasi hanya menggunakan alat ukur single ring infiltrometer yang akan disebar di 5 titik dan metode perhitungan yang digunakan adalah metode Horton. Hasil perhitungan laju infiltrasi ini akan dibandingkan dengan besarnya laju infiltrasi yang ada pada sumur resapan dengan kedalaman 1 meter dan 1,5 meter, sehingga bisa diketahui bahwa sumur resapan mampu mempercepat laju infiltrasi atau tidak. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa laju infiltrasi dengan metoda Horton adalah sebesar 0,9 cm/jam. Untuk selanjutnya dilakukan pengukuran laju infiltrasi pada sumur resapan untuk kedalaman 1 meter dan 1,5 meter, dari hasil pengukuran sumur resapan tersebut diperoleh laju infiltrasi yang dihitung dengan metode horton untuk kedalaman 1 meter dan 1, 5 meter masing-masing adalah 10,44 cm/5menit atau 125,28 cm/jam, dan 14,72 cm/5 menit atau 176,64 cm/jam. Dari hasil tersebut bisa dilihat bahwa sumur resapan yang dibuat terbukti efektif mempercepat laju infiltrasi.Item EFEKTIFITAS SUMUR RESAPAN SEGI EMPAT BERPORI DAN TIDAK BERPORI DALAM MEMPERCEPAT PROSES LAJU INFILTRASI(2016-09-06) Siswanto; Darmayanti, Lita; Prasetyo, Alison JalasuntaPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas sumur resapan dalam membantu proses infiltrasi pada kondisi tanah tertentu dan efisiensi sumur resapan apabila diterapkan di Fakultas Teknik Universitas Riau. Laju infiltrasi dapat diperoleh dengan melakukan pengukuran langsung dilapangan dengan menggunakan alat double ring infiltrometer, dan dilanjutkan dengan pengukuran pada sumur resapan segi empat dengan kedalaman berdinding pori dan berisikan kedap. Penelitian ini belokasi di samping Gedung Rektorat Universitas Riau Pekanbaru, pada kondisi muka air tanah yang dalam. Untuk penelitian laju infiltrasi menggunakan double ring infiltrometer yang disebar di 5 titik dan metode perhitungan yang digunakan adalah metode Horton. Hasil perhitungan laju infiltrasi ini akan dibandingkan dengan besarnya lau infiltrasi pada sumur resapan dengan kondisi dinding berpori dan dinding kedap dengan kedalaman sumur 1m dan panjang 0,80 meter. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa laju infiltrasi dengan metoda Horton adalah sebesar 14,88 cm/jam. Pengukuran laju infiltrasi pada sumur resapan untuk dinding berpori didapatkan laju infiltrasisebesar 117,6 cm/jam dan dinding kedap sebesar 93,71 cm/jam. Penerapan untuk area Fakultas Teknik yang mempunyai luas 70,166 m2 diperoleh jumlah sumur sebanyak 469 buah untuk dinding berpori dan 606 sumur untuk dinding kedap dengan nilai intensitas hujan sebesar 7,49 mm/jam. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa sumur berpori lebih efektif mempercepat lau infiltrasi dibandingkan dengan dinding kedap.Item Pengaruh Penambahan Dregs Terhadap Kualitas Mortar(2013-05-07) Darmayanti, Lita; RS, IskandarThe aim of the research was to know the influence of dregs usage in the mortar mixture against quality of mortar that was produced. Dregs is one of solid wastes that was produced from clarification on the pulp process. The use of dregs waste of the mortar mixture is expected to reduce the solid waste problems in the pulp and paper industry. On this research, dregs were added with 0%, 5%, 10%, 15% and 20% compared to cement weight. The ratio between cements and sands was 1:3. The specimen was made total 90 samples, the size of specimen is 5x5x5 cm. Preliminary test on the based materials such as sand and dregs was attended to verify the materials characteristic that was used on the mortar process. Then, the compressive strength, absorption, porosity, and specific gravity tests were conducted. Average result of compressive strength evaluation at age 7 days for the usage of dregs 0%, 5%, 10%, 15%, and 20% respectively were 14,748 MPA, 13,430 MPa, 13,216 MPa, 12,435 MPa, and 3,638 MPa. Average result of compressive strength evaluation at age 14 days for the usage of dregs 0%, 5%, 10%, 15%, and 20% respectively were 14,918 MPa, 14,723 MPa, 14,577 MPa, 14,134 MPa, and 4,040 MPa. Average result of compressive strength evaluation at age 28 days for the usage of dregs 0%, 5%, 10%, 15%, and 20% respectively were 15,253 MPa, 14,945 MPa, 14,745 MPa, 14,570 MPa, and 5,437 MPa. The high compressive strength was obtained for this mortar if the absorption, porosity are small and the high specific gravity.Item Pengaruh Permeabilitas Dan Kedalaman Dalam Mempercepat Proses Infiltrasi Pada Sumur Resapan Berpenampang Lingkaran(2015-07-30) Siswanto; Darmayanti, LitaPenelitian ini berlokasi di areal kampus Universitas Riau, tepatnya di samping Gedung Rektorat Universitas Riau Pekanbaru, yang dilaksanakan mulai awal bulan April 2009. Setelah diadakan ya penelitian ini maka diperoleh data-data infiltrasi dilapangan dengan menggunakan alat Single Ring Infilrometer, dan sumur resapan. Untuk uji permeabilitas dilakukan di laboratorium mekanika tanah Fakultas Teknik, Uiversitas Riau. Berdasarkan data penelitian dilapangan yang dilakukan selama lima kali percobaan dan setelah dianalisis dengan metode Norton (f(t) = fc + (fO - fc) z ' ) didapat besar laju infiltrasi dengan menggunakan infiltrometer single ring dengan diameter 27 cm dan tinggi 55 cm pada 5 titik berbeda berturut-turut sebesar 1,8 cm/jam, 1,5 cm/jam, 1,2 cm/jam, 1,2 cm/jam, 0,9 cm/jam, dengan rata-rata l,32cm/jam, sehimgga dapat diketahui bahwa laju infiltrasi pada daerah tersebut sebesar 1,32/jamItem PENGARUH UKURAN EFEKTIF PASIR DALAM BIOSAND FILTER UNTUK PENGOLAHAN AIR GAMBUT(2014-06-30) Handayani, Yohanna Lilis; Darmayanti, Lita; Ashari, FrengkiCiri air gambut yang ada di Pekanbaru berwarna merah kecoklatan hingga kehitaman (527-1320 PtCo), memiliki kadar organik yang tinggi (172-632 mg/l KMnO4), kekeruhan yang tinggi (42-83,5 NTU), dan bersifat sangat asam (pH 3-3,3). Kondisi ini membuat air gambut harus diolah terlebih dahulu sebelum dapat dikonsumsi. Salah satu alternatif pengolahan air gambut dengan konsep sederhana dan alami adalah biosand filter. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi ukuran efektif butir pasir dalam biosand filter. Sumber air yang digunakan berasal dari lingkungan rumah penduduk yang berada di atas tanah gambut di sekitar Kota Pekanbaru tepatnya di daerah Rimbo Panjang. Dalam penelitian ini digunakan reaktor biosand filter dari akrilik dengan ukuran 30 x 30 x 130 cm. Ketebalan pasir 75 cm dan effective size >0,35 mm dan 0,15-0,35 mm. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa biosand filter dengan variasi ketebalan 75 cm dan effective size 0,15-0,35 mm memiliki efisiensi tertinggi dalam menurunkan kadar warna air gambut yaitu sebesar 98,89 %, menaikkan nilai pH sebesar 63,64 %, menurunkan kadar kekeruhan sebesar 78,65 %, serta menurunkan kadar organik sebesar 90,27 %. Secara umum, air gambut hasil olahan biosand filter sudah mampu memperbaiki kualitas air gambut walaupun belum sesuai dengan syarat dari Permenkes.Item PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN SISTEM LAHAN BASAH BUATAN ALIRAN BAWAH PERMUKAAN (subsurface flow constructed wetlands)(2014-06-30) Darmayanti, Lita; Fauzi, Manyuk; Hajri, BagusSistem lahan basah buatan (constructed wetlands) adalah sebuah sistem yang didesain dan dikonstruksi untuk memanfaatkan proses-proses alami yang melibatkan vegetasi, tanah, dan mikroorganisme untuk mengolah air limbah. Teknologi ini meniru kemampuan sebuah ekosistem yang terdiri dari tumbuhan, media tumbuh (tanah, pasir, dan lain-lain), dan mikroorganisme yang saling bekerja sama untuk menguraikan bahan organik sehingga tercipta siklus kehidupan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi pengolahan sistem lahan basah buatan dalam mengolah air limbah domestik dan menentukan waktu detensi terbaiknya. Lahan basah buatan yang digunakan adalah tipe aliran bawah permukaan (subsurface flow constructed wetlands). Ekosistem dibuat dengan menggunakan media tanah gambut dan tanaman rumput mendong (Fimbristylis globulosa). Pengamatan dilakukan pada waktu detensi 2, 3, 4, dan 5 hari dengan parameter pH, Chemical Oxygen Demand (COD), dan Total Suspended Solid (TSS). Hasil penelitian menunjukkan constructed wetlands yang digunakan dapat menurunkan nilai pH rata-rata 23,3-29,3 %, COD 27,7-56,9 %, dan TSS 84,4-90,8 %. Waktu detensi terbaik adalah 5 hari, dengan efisiensi penurunan pH 30,2 %, COD 60,1 %, dan TSS 90,4 %. Secara keseluruhan hasil olahan, terutama untuk parameter pH dan TSS, pada setiap variasi waktu detensi telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan Pemerintah Indonesia melalui Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 112 Tahun 2003 tentang baku mutu air limbah domestik.Item Penyisihan Ion Logam Cu (II) dalam Larutan Menggunakan Fly Ash sebagai Adsorben (Ongoing Research)(2017-01-09) Darmayanti, Lita; Notodarmodjo, Suprihanto; Damanhuri, EnriFly ash merupakan limbah pembakaran batu bara yang banyak mengandung alumina dan silika yang berpotensi untuk dijadikan adsorben logam berat. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti kemungkinan pemakaian fly ash untuk menyisihkan ion logam Cu (II) dalam larutan. Fly ash didapatkan dari pembakaran batu bara pembangkit listrik pada salah satu pabrik tekstil yang ada di Kota Bandung. Percobaan adsorpsi dilakukan secara batch untuk mengetahui pengaruh dosis (1, 5, 10, 15, dan 20 mg/ml) dan konsentrasi awal ion Cu (25, 50, 75, 100, 125, 150, 175, 200, 225, dan 250 mg/l).Data isotermal dapat menggambarkan isoterm Langmuir dengan sangat baik. Kapasitas adsorpsi maksimum fly ash mencapai 5,9 mg Cu/g fly ash. Dosis fly ash yang dibutuhkan untuk penyisihan maksimum ion Cu (II) adalah 10 g/L dengan efisiensi penyisihan 56,6%. Hasil penelitian menunjukkan fly ash dapat digunakan sebagai adsorben yang murah dan efektif untuk menyisihkan ion Cu (II) dalam larutan.Item PERBANDINGAN KAPASITAS INFILTRASI PADA SUMUR RESAPAN BERPENAMPANG LINGKARAN DENGAN SUMUR RESAPAN BERPENAMPANG PERSEGI(2016-09-06) Darmayanti, Lita; Siswanto; Tarigan, Polo; Alison JPPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kapasitas injiltrasi tanah sebelum dan sesudah adanya sumur resapan serta perbandingan kapasitas injiltrasi pada sumur resapan berpenampang lingkaran dengan yang berpenampang persegi. Penelitian dilakukan di tanah kosong yang ada di samping Kantor Pusat Komputer Universitas Riau. Laju infiltrasi tanah diukur dengan double ring injiltrometer berdiameter 16 em dan 32 em serta tinggi 60 em. Sumur resapan berpenampang lingkaran dibuat dari einein beton berdiameter 1 m dan tinggi 1 m sedangkan sumur berpenampang persegi dibuat dari pasangan batu bata dengan ukuran 1 m x 1 m x 1 m. Pengukuran laju infiltrasi dilakukan dengan mengamati laju penurunan air dalam selang waktu tertentu sampai didapatkan laju penurunan air yang konstan. Dari hasil pengukuran didapatkan peningkatan kapasitas infiltrasi awal sebelum dengan sesudah adanya sumur resapan. Kapasitas infiltrasi awal tanah adalah 36 em/jam, meningkat menjadi 224,97 em/jam pada sumur resapan berpenampang /ingkaran dan 184,33 em/jam pada sumur resapan berpenampang persegi. Dengan menggunakan rumus Horton dilakukan perhitungan untuk mendapatkan persamaan kapasitas inji/trasi sehingga bisa 'diketahui nilai kapasitas infi/trasi pada waktu-waktu tertentu. Pada waktu resapan 2 jam didapatkan nilai kapasitas inji/trasi tanah meningkat dari 19,21 em/jam menjadi 1il,30 em/jam pada sumur resapan berpenampang /ingkaran dan 93,74 em/jam pada sumur berpenampang persegi. Hasil tersebut menunjukkan terjadinya peningkatan kapasitas injiltrasi yang eukup signijikan pada kedua sumur resapan dan sumur resapan berpenampang lingkaran memberikan nilai yang lebih tinggi dibandingkan sumur resapan berpenampang persegi.