DSpace Repository

Adaptasi Budaya Tionghoa Dan Melayu Di Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau

Show simple item record

dc.contributor.author Wirman, Welly
dc.contributor.author Sari, Genny Gustina
dc.date.accessioned 2019-07-29T03:31:42Z
dc.date.available 2019-07-29T03:31:42Z
dc.date.issued 2019-07-29
dc.identifier.isbn 978-602-14576-2-7
dc.identifier.other wahyu sari yeni
dc.identifier.uri https://repository.unri.ac.id/handle/123456789/9779
dc.description.abstract Keberadaan etnis Tionghoa di Kabupaten Rokan Hilir ditandai dengan peristiwa mendaratnya Tongkang (kapal kayu) para leluhur pada tahun 1825 yang kemudian diperingati setiap tahun melalui tradisi Bakar Tongkang. Penelitian tahun pertama telah mengkaji mengenai etnografi tradisi Bakar Tongkang tersebut dari sisi Situasi, Peristiwa dan Tindak komunikatif. Hasil obeservasi selama penelitian tahun pertama menimbulkan point lain yang menarik untuk diteliti terkait keberadaan etnis Tionghoa tersebut di Provinsi Riau khususnya Kota Bagansiapiapi Kabupaten Rokan Hilir. Dengen kedatangan etnis Tiinghoa maka mau tidak mau proses adaptasi budaya harus terjadi yang didahului dengen keterkejutan budaya. Manusia cenderung sangat mudah berdaptasi dengan budayanya sendiri atau budaya-budaya lain yang masih serumpun dengan budaya yang dimilikinya, yang menjadi kesulitan adalah saat melakukan penyesuaian terhadap budaya orang lain yang jauh sekali perbedaannya dengan budaya sendiri. Penyesuaian-penyesuian tersebut disebut sebagai kejutan budaya (cultural shock) yaitu perasaan tanpa pertolongan, tersisihkan, menyalahkan orang lain, sakit hati dan ingin pulang kerumah. Adaptasi budaya kemudian tidak hanya berbicara perkara masa lalu namun juga masa sekarang. Melalui pendekatan Hermeneutika Budaya, penelitian ini akan melihat tahapan adaptasi budaya yang terjadi pada Etnis Tionghoa dan etnis Melayu sebagai masyarakat pribumi melalui empat tahapan adaptasi budaya, yakni tahap bulan madu, tahap frustasi, tahap penyesuaian ulang dan tahap resolusi. Penelitian ini akan dilakukan di Kabupaten Rokan Hilir dengan jangka waktu selama 9 bulan menggunakan metode observasi dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa empat tahap dalam adaptasi budaya memiliki jangka waktu berbeda pada masing-masing individu. Tahap bulan madu ditandai dengan ketertarikan masyarakat Tionghoa tentang tradisi dan kebiasaan masyarakat Melayu, tahap frustasi akan terjadi dipicu rasa jenuh pada rutinitas dan perbedaan nilai individu dengan nlai budaya Melayu, tahap penyesuaian ulang akan terjadi pada individu yang mencoba bertahan dan menemukan level keseimbangan dan tahap resolusi pada penelitian ini menunjukkan keberhasilan penyesuaian dan adaptasi budaya masyarakat Tionghoa dan Melayu melalui kemampuan mereka hidup damai berdampingan. en_US
dc.description.provenance Submitted by wahyu sari yeni (ayoe32@ymail.com) on 2019-07-29T03:31:42Z No. of bitstreams: 1 29. Full_Paper_ Welly Wirman_KOM.pdf: 5638117 bytes, checksum: eeba8bccb62c322a51f91ff6b3f5cb46 (MD5) en
dc.description.provenance Made available in DSpace on 2019-07-29T03:31:42Z (GMT). No. of bitstreams: 1 29. Full_Paper_ Welly Wirman_KOM.pdf: 5638117 bytes, checksum: eeba8bccb62c322a51f91ff6b3f5cb46 (MD5) Previous issue date: 2019-07-29 en
dc.description.sponsorship FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS RIAU en_US
dc.language.iso en en_US
dc.publisher wahyu sari yeni en_US
dc.title Adaptasi Budaya Tionghoa Dan Melayu Di Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau en_US


Files in this item

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record

Search DSpace


Browse

My Account