Browsing by Author "Sulaiman, Rudianda"
Now showing 1 - 3 of 3
Results Per Page
Sort Options
Item EVALUASI MUTU SABUN PADAT DARI MINYAK GORENG BEKAS MAKANAN JAJANAN DI KECAMATAN TAMPAN KOTA PEKANBARU DENGAN PENAMBAHAN NATRIUM HIDROKSIDA DAN LAMA WAKTU PENYABUNAN(2014-01-18) Fortuna Ayu, Dewi; Ali, Akhyar; Sulaiman, RudiandaThe objective of this research was to evaluate the quality of the solid soap made from used cooking oil hawker food located in Tampan Subdistrict, City of Pekanbaru, through the addition of several doses of sodium hydroxide and foaming time. The research conducted from July to September 2009, at Laboratory Analysis and Processing of Agricultural Crops, Agricultural Faculty, University of Riau. The research experiments carried out by using a Factorial Randomized Block Design (RAK) with 3 repetitions. The first factor was the concentration of NaOH 32% (K) and the second factor was the length of foaming time. The observed parameters were water content, free fatty acid, pH, foam test, irritation test, and organoleptic test included color, aroma, and texture. The research results showed that the differencess concentration of sodium hydroxide influenced water content, free fatty acids, pH, aroma and texture, while the foaming time and their interaction influenced aroma and texture soap. Compared with SNI 06-3532-1994, water content and free fatty acid meet the quality standard of soap bar (SNI 06-3532-1994). Treatment K2W2 (NaOH 60 ml with 45 minutes) showed the best solid soap from used cooking oilItem EVALUASI MUTU SABUN PADAT DARI MINYAK GORENG BEKAS MAKANAN JAJANAN DI KECAMATAN TAMPAN KOTA PEKANBARU DENGAN PENAMBAHAN NATRIUM HIDROKSIDA DAN LAMA WAKTU PENYABUNAN(2016-09-29) Ayu, Dewi Fortuna; Ali, Akhyar; Sulaiman, RudiandaThe objective of this research was to evaluate the quality of the solid soap made from used cooking oil hawker food located in Tampan Subdistrict, City of Pekanbaru, through the addition of several doses of sodium hydroxide and foaming time. The research conducted from July to September 2009, at Laboratory Analysis and Processing of Agricultural Crops, Agricultural Faculty, University of Riau. The research experiments carried out by using a Factorial Randomized Block Design (RAK) with 3 repetitions. The first factor was the concentration of NaOH 32% (K) and the second factor was the length of foaming time. The observed parameters were water content, free fatty acid, pH, foam test, irritation test, and organoleptic test included color, aroma, and texture. The research results showed that the differencess concentration of sodium hydroxide influenced water content, free fatty acids, pH, aroma and texture, while the foaming time and their interaction influenced aroma and texture soap. Compared with SNI 06-3532-1994, water content and free fatty acid meet the quality standard of soap bar (SNI 06-3532-1994). Treatment K2W2 (NaOH 60 ml with 45 minutes) showed the best solid soap from used cooking oil.Item Pengembangan Sistem Sensor Penjejak Panas Nirkabel Berbasis GIS Untuk Pendeteksi Dini Keakaran Hutan(2013-02-21) Erwin; Umar, Lazuardi; Defrianto; Sulaiman, RudiandaSalah satu problem dalam menanggulangi kebakaran lahan hutan liar adalah monitoring terjadinya awal kebakaran dan mulainya api (Chandler 1983). Memahami dan mengetahui daerah kebakaran, lokasi dan kecepatan membesarnya kobaran api merupakan suatu hal yang kritis dalam menempatkan petugas pemadam kebakaran serta untuk menghindari terjadinya korban jiwa pada personal penjaga hutan. Investigasi kebakaran hutan termasuk penyelidikan tentang kerugian jiwa memperlihatkan bahwa tim kebakaran hutan kurang memperoleh informasi yang cukup dan memadai yang tepat tentang lokasi dan kecepatan penjalaran kebakaran hutan (Rothermel 1993). Pada penelitian ini dikembangkan suatu modul pendeieksi kebakaran hutan nirkabel yang dapat melaporkan secara langsung ke stasiun pengamatan mempergunakan gelombang radio (wireless). Pada modul penjejak panas akan dipergunakan sensor suhu NTC- thermistor yang mampu mendeteksi perubahan suhu mendadak di atas suhu ambang tertentu dan perubahan ini akan memicu modul pemancar gelombang ISM-Band untuk mengirim telegram yang berisikan status sensor ke stasiun pengamat. Disamping itu modul akan mencek perubahan suhu di sekitarnya setiap waktu tertentu dan mengirimkan telegram status ke stasiun pengamatan setiap hari untuk memastikan modul sensor masih aktif. Oleh karena topografi hutan yang akan dimonitor terletak jauh dari pemukiman, maka modul penjejak panas yang dikembangkan akan bersifat otonom dalam memenuhi suplai daya pengoperasiannya mempergunakan solar sel. Posisi setiap modul penjejak panas dengan kode Identifikasi masing-masing ditentukan pada saat pemasangan mempergunakan GPS, dan akan dipetakan mempergunakan Geographical Information System (GIS) untuk menampilkan lokasi titik api. Untuk menghindari terjadinya kesalahan deteksi seperti rusaknya modul akibat panas berlebihan serta sofusi dari terbatasnya daya pancar modul maka dikembangkan algoritma deteksi yang memungkinkan modul sensor berinteraksi satu sama lain membentuk jaringan kerja (network) pelaporan status kebakaran bertingkat (redundance) ke stasiun pengamatan. Sistem pendeteksi yang akan dikembangkan akan dipasang pada daerah endemic kebakaran dan akan melaporkan data (telegram) ke kantor pusat pengendalian untuk menunjukkan posisi kebakaran hutan. Dengan demikian, maka tindakan selanjutnya untuk pemadaman hutan pada lokasi yang telah diketahui menjadi lebih mudah, serta menghemat waktu menuju lokasi serta kerugian yang lebih besar akibat kebakaran dapat segera diatasi.