Browsing by Author "Rustam, Rusli"
Now showing 1 - 7 of 7
Results Per Page
Sort Options
Item Biology Of Helopeltis Theivora (Hemiptera: Miridae) on Acasia Mangium Willd(2015-05-18) Rustam, Rusli; Sucahyono, Muhamad Pangky; Salbiah, DesitaOne of the problems in the management of A. mangium is Helopeltis sp. attack. It is important to study about the biology of Helopeltis sp because current research and report of biology of Helopeltis theivora on A. mangium is very limited. The research was aimed to know the biology of H. theivora. The observations of pest biology were carried out in twenty repititions. Then the result was arranged into the insect life–table in order to easy analysis of the observation. The parameters measured were the number of eggs, fecundity, longevity of nymphs and adult insects. An adult insect had the longest life span. The female and male ratio was 1:1,43. The Female maximum life span is 15 days. The total eggs produced by a female insect was 46,74. H. theivora had a high reproductive capacity with R0 at 11.40, T 28.09, r 0.09 and λ 1.09.Item Pemanfaatan Endoparasitoid Opius chromatomyiae Belokobylskij & Wharton (Hymenoptera: Braconidae) Sebagai Agens Pengendalian Hayati Lalat Pengorok Daun pada Pertanaman Sayuran(2013-01-08) Rustam, RusliLalat pengorok daun Liriomyza huidobrensis (Blanchard) (Diptera: Agromyzidae) adalah hama pendatang yang telah banyak menyebabkan kerusakan pada pertanaman sayuran. Hama L. huidobrensis bersifat polifag yang menyerang lebih dari 70 spesies tumbuhan yang tergolong ke dalam 20 famili. Kehilangan hasil pada tanaman kentang dan ketimun dapat mencapai 70-80%. Untuk mengendalikan hama ini, petani umumnya mengaplikasikan insektisida dengan frekuensi sekali seminggu atau bahkan dua kali dalam seminggu. Penggunaan insektisida telah menimbulkan resistensi terhadap hama, matinya musuh alami dan residu pada tanaman sayuran. Dalam hubungan ini, dirasa sangat mendesak untuk mengendalikan hama baru ini melalui pendekatan pengendalian hama terpadu (PHT). O. chromatomyiae adalah endoparasitoid yang umum ditemui memarasit hama pengorok daun. namun tingkat parasitisasi sangat bervariasi pada berbagai jenis tumbuhan inang dan juga belum tersedia informasi yang lengkap tentang pen kehidupan parasitoid tersebut, maka banyak hal yang masih perlu dikaji mengenai parasitoid ini untuk meningkatkan keefektifan pengendalian hama terpadu pengorok daun. Informasi mengenai demografi parasitoid ini, tanggapnya terhadap kerapatan inang, parasitisasi pada berbagai habitat inang, pelepasan inokulasi parasitoid pada awal tanam, dan pengaruh aplikasi bioinsektisida terhadap tingkat parasitisasinya sangat penting sekali dalam pemanfaatan Opius dalam mengendalikan hama pengorok daun pada pertanaman sayuran.Item PEMANFAATAN LIMBAH KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKU ASAP CAIR (CUKA KAYU) UNTUK MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN PETANI KEBUN KELAPA SAWIT(2013-04-01) Rustam, Rusli; Sulaeman, Rudianda; Emas Manurung, Gulat Medali; KausarPesatnya pertumbuhan kebun kelapa sawit di provinsi Riau merupakan implikasi dari kebijakan perkebunan nasional yang terus mendorong berkembangnya perkebunan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sampai awal tahun 2012, luas perkebunan kelapa sawit di Provinsi Riau telah mencapai luas 2,1, juta ha. Sekitar 51 % atau + 1,1 juta ha merupakan kebun sawit rakyat (Statistik Perkebuna Riau, 2012). Sedangkan luas perkebunan perusahaan negara mencapai 79.546 hektare, luas perkebunan swasta mencapai 906.978 hektar.Potensi limbah perkebunan kelapa sawit dan pabriknya yang berlimpah, melalui sentuhan teknologi telah banyak dimanfaatkan dan menghasilkan berbagai keguanaan seperti pakan ternak maupun kompos. Semua produk tersebut dalam pelaksanaanya belum dapat memenuhi kebutuhan petani dalam mengurangi biaya perawatan kebun. Alternatif lain yang dapat dikembangkan guna memenuhi kebutuhan petani dalam mengoptimalkan perawatan kebunnya, yaitu dengan memanfaatkan limbah kebun kelapa sawit tersebut menjadi produk asap cair.Potensi limbah perkebunan kelapa sawit dan pabriknya yang berlimpah, melalui sentuhan teknologi telah banyak dimanfaatkan dan menghasilkan berbagai keguanaan seperti pakan ternak maupun kompos. Semua produk tersebut dalam pelaksanaanya belum dapat memenuhi kebutuhan petani dalam mengurangi biaya perawatan kebun. Alternatif lain yang dapat dikembangkan guna memenuhi kebutuhan petani dalam mengoptimalkan perawatan kebunnya, yaitu dengan memanfaatkan limbah kebun kelapa sawit tersebut menjadi produk asap cair.Item Pemanfaatan Parasitoid Lokal Hemiptarsenus varicomis (Girault) (Hymenoptera: Eulophidae) Dalam Mengendalikan Hama Lalat Pengorok Daun, Liriomyza sativae Blanchard Pada Pertanaman Sayuran DataranRendah di Propinsi Riau(2013-01-08) Rustam, RusliDalam kurun waktu 14 tahun terakhir ini, pertanaman sayuran di Indonesia diinfansi oleh tiga hama eksotik yang tergolong Genus Liriomyza (Diptera: Agromyzidae). Infansi diawali oleh Liriomyza huidobrensis (Blanchard) sekitar tahun 1994 (Rauf 1995), dan dua tahim kemudian diikuti oleh Liriomyza sativae Blanchard (Rauf al. 2000). Jenis yang ketiga adalah Liriomyza chinensis Kato yang dilaporkan pertama kali di Indonesia tahvm 2000 (Rauf & Shepard 2001). Asal lalat pengorok daun ini adalah Amerika Selatan (Spencer 1973) dan diperkirakan masuk ke Indonesia melalui perdagangan bimga potong dan produk sayuran segar (Rauf 1995). Sekarang liama ini telah menyebar hampir ke seluruh pertanaman sayuran di Indonesia. Pada tahun 2004, L. sativae dilaporican telah menyebabkan kerusakan pada pertanaman sayuran di Pekanbaru, Riau.(Rustam & Laoh 2004). Dalam PHT, pengendalian hayati merupakan taktik pengendalian yang perlu dikedepankan (Mujica dan Cisneros 2000). Untuk hama eksotik, pengendalian hayati yang umum dilakukan adalah dengan cara mendatangkan musuh alami dari negeri asalnya (Johnson 1993). Namun importasi musuh alami dari negeri lain (secara klasik) dikhawatirkan dapat menimbulkan risiko, yaitu berupa kompetisi dan tergesemya spesies parasitoid asli Indonesia (Murphy dan LaSalle 1999) dan banyak teijadi kegagalan dalam pengendalian hama. Oleh karena itu, upaya pengendalian hayati yang diusulkan dalam penelitian ini adalah pemanfaatan parasitoid lokal iindigmpus) Indonesia sesuai dengan yang disarankan oleh Murphy dan LaSalle (1999).Item Pemanfaatan Tandan Kosong Sawit Sebagai Bahan Baku Asap Cair (Liquid Smoke)(2015-08-04) Sulaeman, Rudianda; Rustam, Rusli; Manurung, Gulat Medali EmasPemanfaatan tandan kosong kelapa sawit oleh masyarakat belum dimanfaatkan secara maksimal, dengan didukung berkembangnya teknologi, maka limbah berupa tandan kosong kelapa sawit tersebut bias dijadikan berbagai produk yang bernilai ekonomi, salah satunya asap cair. Asap cair memiliki banyak manfaat diantaranya sebagai inhibitor, mempercepat pertumbuhan tanaman, anti jamur dan mikroba bahkan untuk perbaikan kualitas tanah dan tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menghasilkan produk asap cair dari tandan kosong sawit, (2) Mengetahui kandungan kimia produk asap cair. Hasil penelitian menunjukan rendemen asap cair dari tandan kosong sawit sebesar 38,73 %. Senyawa yang terdapat pada asap cair tandan kosong sawit meliputi Asetic Asam, Ca-Mineral, C-Organik, N-Urea, P-Phospat dan residu berupa ter. pH rata-rata asap cair hasil pirolisis dari tandan kosong sawit adalah 3,248.Item Pemberian Beberapa Dosis Tepung Biji Pinang (Areca catechu L.) Lokal Riau Untuk Mengendalikan Hama Keong Emas (Pomacea canaliculata L.) Pada Tanaman Padi(2015-08-04) Laoh, Hennie; Rustam, Rusli; Permana, RiadiRice is an important food in Indonesia, because it is the staple food for most people. Golden snail (Pomacea canliculata L.) is an important pest in rice plants. Synthetic chemical control has many negative impacts such as the occurrence of pest resistance, pest resurgence and environmental pollution. The use of plant molluscicides such as betel nut (Areca catechu L.) is one of alternative pest control to reduce the use of synthetic chemical pesticides. The purpose of this study is to obtain the exact dose of betel nut flour to control golden snails (Pomacea canalicilata L.) in rice plants. The research was conducted at Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau by using a completely randomized design with 5 treatments and 4 replications. Treatment consists of betel nut flour dose of 4 g/clump, 5 g/clump, 6 g/clump, 7 g/clump and 8 g/clump. Doses of betel nut flour 8 g/clump able to control golden snail with a total mortality of 87.49%. Appropriate dose to kill 95% golden snail is 1% or the equivalent of 10 g/clump.Item Uji Beberapa Konsentrasi Ekstrak Tepung Buah Sirih Hutan (Pipper aduncum L.) Untuk Mengendalikan Hama Ulat Api Setora nitens Walker (Lepidoptera: Limacodidae) Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)(2015-08-04) Rustam, Rusli; Laoh, Jeltje Hennie; Gunarso, RudiNettle Caterpillar Setora nitens is a major pest on oil palm. Chemical control to nettle caterpillar Setora nitens has some negative impacts, such as pest resistance, pest resurgence, and environmental pollution. The use of botanical insecticides, such as Piper aduncum L. is one of solutions to decrease the use of synthetic chemical insecticides. The purpose of this research is to obtain the concentration of Piper aduncum L. fruit flour extract which is able and exact to control nettle caterpillar Setora nitens pest at the oil palm plant. This research was conducted in field using Completely Randomized Design (CRD) with 5 treatments and 4 repetitions. The treatment concentrations of Piper aduncum L. fruit flour extract are 0 g/l of water, 25 g/l of water, 50 g/l of water, 75 g/l of water, and 100 g/l of water. The Piper aduncum L. fruit flour extract concentration 100 g/l of water is able to control nettle caterpillar Setora nitens pest with total mortality of 85%. The exact concentration needed to kill 95% nettle caterpillar Setora nitens pest is 32,1% or equivalent to 321 g/l of water. However, it is not yet effective because the effective and exact concentration to kill 95% of insect test more than 10% or equivalent to 100 g/l of water