Browsing by Author "Nasution, Polaris"
Now showing 1 - 4 of 4
Results Per Page
Sort Options
Item Kapal Fibreglass Sebagai Alternatif Pengganti Kapal Kayu 3 Gross Tonnage (GT)(2015-12-17) Fatnanta, Ferry; Rengi, Pareng; Bathara, Lamun; Usman; Nasution, PolarisDi Propinsi Riau terjadi penurunan jumlah armada kapa/ kayu berukuran 3 GT Permasalahan ini disebabkan industri kapal kesulitan memperoleh bahan baku kayu untuk pembuatan dan perbaikan kapal. Kesulitan dalam memperoleh bahan baku mengakibatkan banyak ditemukan kapal tidak bisa beroperasi karena bagian konstruksi mengalami kerusakan, dan tidak dapat digunakan. Pemerintah telah memberikan kapal bantuan berbahan fiberglass, namun kapal bantuan ini menimbulkan permasa/ahan. Masyarakat menganggap spesifikasi dan karakteristik kapal bantuan tersebut tidak sesuai dengan kebiasaan masyarakat dan lingkungan perairan setempat. Kondisi ini terbukti, armada tersebut hanya sebagian kecil yang masih dapat dioperasikan.Karena alasan tersebut di atas, di/akukan perencanaan kapal fiberglass 3 GT yang disesuaikan terhadap kondisi perairan, fungsi dan keinginan masyarakat tanpa merubah karakteristik kapal yang biasa digunakan oleh masyarakat. Perencanaan kapal fiberglass 3 GT diharapkan menjadi solusi yang bijaksana dalam peningkatan stebiliies perekonomian masyarakat perairan dan kepulauan. Terdapat tiga kriteria pertimbangan dalam menentukan kapal fibreglass sebagai kapal alternatif pengganti kapal kayu 3 GT, yaitu kondisi perairan, teknik dan ekonomis. Kriteria tersebut dikembarigkan menjadi beberapa subkriteria. Data kriteria kapal diperoleh melalui studi literatur, survey ke lapangan dan wawancara terhadap responden. Daerah tujuan survey sebanyak enam kabupaten di Propinsi Riau. Untuk analisa pemilihan kriteria yang dominan pada perencanaan kapal fibreglass 3GT digunakan AHP (Analysic Hierarchy Process). Sesuai hasil analisa AHP diperoleh lima kriteria kapal dominan untuk acuan dalam perencanaan adalah kecepatan arus, topografi, kedalaman, lambung timbul dan draft (sarat). Sedangkan hasil pengukuran kapal kayu pada enam kabupaten di propinsi Riau digunakan sebagai acuan ukuran utama kapal fibreglassItem OPTIMASI KAPAL PENGANGKUTAN MUATAN SEJENIS PADA PERAIRAN SUNGAI SIAK – RIAU BERBASIS ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)(2016-11-15) Nasution, PolarisKriteria ideal dan optimalnya operasional sebuah kapal pada suatu jalur pelayaran dapat ditinjau dari berbagai sector baik secara teknis, ekonomis, maupun operasional yang sangat berpengaruh terhadap jalur pelayaran dan kapasitas muatan yang diankyt, khususnya bagi muatan sejenis dimana kondisi Geografis pelayaran yaitu pelayaran sungai yang dipengaruhi oleh lebar dan kedalaman sungai, pasang surut air laut, alur pelayaran dan ketersediaan pelabuhan bingkar muat. Pemilihan kapal pengangkut muatan sejenis yang beroperasi baik itu kapal konvensional maupun kapal tug boat dan tongkang ditinjau berdasarkan tingkat kebutuhan dan sirkulasi muatan pada daerah perairan sungai yaitu sungai Siak di Provinsi Riau yang merupakan salah satu jalur transportasi vital sirkulasi muatan dari satu daerah kedaerah lain di daerah perairan tersebutItem Teknologi Penentuan Sistem Transmisi Tenaga Pada Kapal Nelayan Tradisional Di Kepulauan Bengkalis(2016-03-22) Nasution, Polaris; Irwanto; Bakri, Saipul; Eri, Muhammad; Rohani; Munab, AbdulKapal nelayan tradisional di kepulauan Bengkalis dalam penentuan ukuran poros dan spesifikasi sistem transmisi masih berbasis manual dan secara turun temurun yang dilakukan oleh pihak galangan dimana dalam menentukan ukuran poros hanya berdasarkan kapal yang telah diproduksi sebelumnya dan yang tersedia dipasaran dengan tanpa memperhitungkan aspek teknis dalam perancangan sehingga poros yang telah digunakan sering menimbulkan permasalahan, seperti patah, aus, defleksi, korosi, deformasi dan fatik daimana salah satu penyebabnya adalah tidak tepatnya pihak galangan dan nelayan itu sendiri dalam menentukan spesifikasi poros dan sistem transmisi dari permasalan tersebut, dalam penelitian ini menganalisa kembali penentuan poros dan sistem transmisi pada kapal nelayan tradisional berdasarkan Rule, Klasifikasi (Biro Klasifikasi Indonesia/BKI) dan berdasarkan sumber-sumber pustaka. Agar apa yang selama ini menjadi permasalahan bagi nelayan Kabupaten Bengkalis dapat ditekan seminimal mungkin.Item TEKNOLOGI RANCANGAN KAPAL DAN TEMPAT PENDARATAN IKAN DI KECAMATAN MERBAU KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI, RIAU(2013-02-14) Syaifuddin; JonnyZain; Nasution, PolarisSelat Asam terletak antara pulau Merbau dan pulau Padang yang merupakan komunitas nelayan di kecamatan Merbau. Lokasi penangkapan selat Asam, selat Bengkalis dan selat Malaka. Alat penangkapan ikan yang digunakan oleh nelayan terdiri dari jaring insang (gillnef), jaring tiga lapis (trammelnet), songko, rawai (long line), ambai, gombang, pengerih, belat dan alat tangkap lainnya. Nelayan dalam mengoperasikan alat tangkap dengan menggunakan kapal, perahu dan sampan. Kapal perikanan mempunyai ukuran utama (principle dimension) yaitu panjang (Loa) 11,05 m, lebar (B) 2,16 m dan dalam (D) 0,94 dengan Groass Tonnage (GT) 3 GT. Sebagai penggerak dengan menggunakan mesin merk Yanmar 16,2 T. Sedangkan bahan yang digunakan untuk pembuatan kapal perikanan di selat Asam adalah kayu. Ukuran utama perahu yang digunakan nelayan di selat Asam Merbau mempunyai yaitu Loa 6 m , B= 1,2 m dan dalam 0,50 m, sedangkan alat penggeraknya adalah dayung. Dan juga terdapat sampan yang ukurannya lebih kecil dari perahu yaitu panjang (Loa) 4 m, lebar (B) 0,90 m dan dalam (D) 0,35 m. Jenis kayu yang digunakan adalah kayu giam, kayu resak, kayu malas, kayu leban, meranti bakau dan meranti.