Browsing by Author "Gustina Sari, Genny"
Now showing 1 - 3 of 3
Results Per Page
Sort Options
Item Bentuk arsitektur sebagai media komunikasi ritual pengobatan suku Akit di pulau Rupat(Dody, 2019-07-06) Faisal, Gun; Gustina Sari, GennySalah satu bentuk aktivitas komunikasi terjadi pada ritual Bedekeh yang dilakukan oleh Suku Akit di Pulau Rupat. Ritual Bedekeh merupakan sebuah ritual pengobatan dimana seorang Bomo (dukun) menjadi perantara antara si sakit dengan arwah nenek moyang yang dipercayai mampu menyembuhkan penyakit. Dalam ritual Bedekeh terdapat aktivitas komunikasi ritual yang sarat dengan makna dan simbol khususnya dari segi bangunan arsitektur serta peralatan yang digunakan Bomo dalam ritual ini. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji bagaimana bentuk arsitektur berfungsi sebagai media pengobatan masyarakat suku Akit. Kajian ini membahas bentuk tidak hanya sebagai bagian dari arsitektur tetapi juga bagian dari ritual dan kebudayaan. Metode penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi digunakan dalam penelitian ini. Penelitian dimulai dengan mengkaji bentuk arsitektur vernakular dan ritual Bedekeh sebagai background knowledge, dilanjutkan dengan mengumpulkan informasi mengenai tata cara dan ritual pengobatan tersebut. Selanjutnya melihat elemen-elemen arsitektur yang terdapat dalam cara pengobatan beserta fungsi dan maknanya. Berdasarkan temuan lapangan, model Rumah Roh (Huma) dan Istana (Balai) digunakan sebagai media komunikasi antara Bomo (dukun) dengan para roh, jin, maupun hantu. Bentuk dari model Huma dan Balai tersebut tercipta dari wahyu atau bayangan, maupun mimpi Bomo sesuai dengan keinginan roh tersebut. Proses pembuatan Balai dilakukan oleh Bomo dan keluarganya, sedangkan model Huma dikerjakan oleh keluarga pasien dan tetangga pasien. Jika dilihat dari proses terciptanya bentuk dari Balai dan Rumah Roh tersebut, bentukan itu terlihat lazim seperti bentuk dari rumah suku Akit itu sendiri.Item Fenomenologi Dalam Perspektif Ilmu Komunikasi(Asa Riau (CV. Asa Riau), Anggota IKAPI, 2019-10-16) Wirman, Welly; Gustina Sari, GennyPlato mendefenisikan fenomenologi sebagai studi tentang sturuktur pengalaman atau struktur kesadaran. Menurut Plato, fenomenologi merupakan studi tentang penampilan suatu atau sejumlah hal yang muncul dari kesadaran pengalaman orang lain, termasuk cara kita memberikan makna terhadap hal-hal yang mengemuka dari dalam pengalaman yang terdeskripsi secara fenomenologis (Schwandt dalam Sobur, 2014 : iii). Alih-alih sebagai sebuah ilmu, fenomenologi awalnya muncul sebagai sebuah metode riset yang dikembangkan oleh Edmund Husserl sebagai bagian dari kajian filsafat dan sosiologi. Menurut Brouwer (1984:3), melihat gejala atau fenomena merupakan dasar dan syarat mutlak untk semua aktivitas ilmiah. Ini bukan ilmu, tetapi merupakan cara pandang, metode pemikiran, a way of looking at things. Sebagai metode ilmiah, fenomenologi menunjukkan jalan perumusan ilmu pengetahuan melalui tahap-tahap tertentu, imana suatu fenomena yang dialami manusia menjadi subjek kajiannya.Item PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGANDESA WISATA ADAT KOTO SENTAJO KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU(Dody, 2019-07-08) Faisal, Gun; Sulistyani, Andri; Gustina Sari, Genny; Yesicha, Chelsy; Firzal, Yohannes; Safri, SafriPariwisata merupakan sektor unggulan dalam Nawacita dan strategi pembangunan nasional, yaitu pembangunan Indonesia dari daerah pinggiran dan desa dalam kerangka negara kesatuan, serta mewujudkan kemandirian dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik. Salah satu perwujudan partisipasi perguruan tinggi dalam hal ini adalah penyiapan sumber daya manusia lokal sebagai pengelola potensi kewilayahan melalui program desa binaan. Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk menyiapkan desa Koto Sentajo sebagai destinasi wisata desa adat unggulan Provinsi Riau. Program pemberdayaan dilaksanakan dengan cara menganalisis ragam sumber daya pariwisata desa, penyiapan masyarakat sadar pola hidup sehat, serta penguatan kapasitas sumber daya manusia melalui pembinaan dan pendampingan lapangan terhadap pimpinan masyarakat serta kelompok sadar wisata Koto Sentajo. Analisis situasi menemukan bahwa desa adat ini dicirikan oleh 27 Rumah Godang lestari dari empat suku yang bermukim, yaitu Suku Melayu, Suku Patopang, Suku Piliang, dan Suku Chaniago, berserta kelengkapan budayanya. Atraksi tambahan didominasi oleh adat Sentajo, berupa pacu jalur, sosoran pondam pandekar tuah (silat randai), tradisi makan bersama di rumah adat, serta atraksi alam berupa areal perkebunan, sungai, sawah, dan hutan adat yang siap dikembangkan. Kelemahan yang ditemukan berupa sanitasi lingkungan yang kuang baik, ketidaksiapan amenitas, dan atraksi yang monoton. Dengan demikian, pendampingan lanjutan masih terus dibutuhkan, terutama dalam pembentukan industri kreatif dan jasa layanan pariwisata yang baik.