Browsing by Author "Fauzi, Manyuk"
Now showing 1 - 8 of 8
Results Per Page
Sort Options
Item Cover Dan Daftar Isi(2016-09-06) Fauzi, ManyukItem Ekstraksi Morfometri Daerah Aliran Sungai (Das) Di Wilayah Kota Pekanbaruuntuk Analisis Hidrograf Satuan Sintetik(2016-03-07) Nadia, Fatiha; Fauzi, Manyuk; Sandhyavitri, AriKajian karakteristik Daerah Aliran Sungai (DAS) di wilayah Provinsi Riau belum banyak diteliti. Kebutuhan akan informasi karakteristik DAS sangat penting guna analisis pengalihragaman hidrograf menjadi debit. Khusus untuk Sungai Siak yang mengalir di wilayah Kota Pekanbaru, memiliki beberapa sub DAS diantaranya sub DAS Sibam, sub DAS Air Hitam, sub DAS Senapelan, sub DAS Sail, sub DAS Tenayan, sub DAS Pendanau. Salah satu cara untuk menganalisis karakteristik sungai menggunakan data Digital Elevaltion Model (DEM). Data DEM dapat diolah menggunakan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG). Ketersediaan data DEM dan Sistem Informasi Geografis digunakan untuk ekstraksi morfometri DAS yang cepat, otomatis dan terintegrasi dengan data DAS lainnya. Data karakteristik DAS dapat digunakan untuk menghitung debit banjir dengan metode hidrograf satuan sintetik. Metode hidrograf satuan sintetik yang sering digunakan di Indonesia yaitu Hidrograf Satuan Sintetik (HSS) Gama I dan Nakayasu. Konsep unit hidrograf satuan dengan nilai kontrol volume/limpasan langsung (HDRO)1 mm digunakan untuk mengetahui metode HSS mana yang sesuai diterapkan pada suatu sub DAS. Pada studi kasus dapat dilihat metode HSS yang bisa diterapkan pada sub DAS Sibam 1,041, sub DAS Air Hitam 1,034, sub DAS Senapelan 1,045, sub DAS Sail 1,011, sub DAS Tenayan 1,019, sub DAS pendanau 1,032 dengan menggunakan metode Nakayasu dengan nilai volume error dibawah 5 % dan nilai HDRO 1 mmItem Hybrid Data Hujan Arr Dan Satelit Guna Peningkatan Efektifitas Model Ifas(2016-03-07) Hendra, Yuli; Fauzi, Manyuk; Sutikno, SigitKetersedian data yang terbatas menyebabkan kesulitan dalam hal menganalisa dan melakukan pemodelan hidrologi. Salah satu upaya untuk mengatasinya dapat menggunakan data-data bersumber dari data satelit, sehingga dapat mempercepat proses pengumpulan data-data yang diperlukan untuk pemodelan hidrologi dengan menggunakan metode penginderaan jauh. Dari penelitian sebelumnya hanya menggunakan data yang bersumber dari data-data satelit, dimana masih belum tercapainya tingkat akurasi dan korelasi model yang diinginkan. Hal ini dapat disebabkan salah satunya oleh kendala cuaca, sehingga pada saat perekaman dan pengundahan data satelit menjadi kurang optimal. Oleh karena itu penelitian akan melakukan pemodelan hujan-aliran untuk meningkatkan efektifitas model hujan satelit dengan memanfaatkan data hujan lapangan atau ARR, yaitu dengan cara hybrid data hujan ARR dan satelit atau memodifikasi data hujan satelit untuk meningkatkan akurasi dan korelasi model dengan menggunakan program Integrated Flood Analysis System (IFAS) di DAS Indragiri, Provinsi Riau. Pada penelitian akan dilakukan tahap simulasi, kalibrasi yaitu pada tahun 2004 dan verifikasi pada tahun 2006. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tahap modifikasi hujan satelit tahun 2004 terjadi peningkatan efektifitas model hujan satelit dengan meningkatnya akurasi dan korelasi pada pemodelan hidrologi, dengan nilai koefisien korelasi (R) = 0,811, nilai selisih volume (VE) = 0,099% dan nilai koefisien efisiensi (CE) = 0,520.Item KONSEP KONSERVASI SECARA SIPIL TEKNIS GUNA MENCAPAI PRINSIP KEBERLANJUTAN DALAM PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI(2016-09-06) Fauzi, Manyuk; ErmiyatiDaerah Aliran Sungai merupakan suatu sistem alam dengan curah hujan sebagai masukan dan aliran sebagai keluaran. Pada tingkat curah hujan tertentu, fungsi hidrologi berhubungan dengan kemampuan sistem DAS dalam hal: (a) transmisi air, (b) penyangga pada puncak kejadian hujan, (c) pelepasan air secara perlahan, (d) memelihara kua]itas air, dan (e) mengurangi perpindahan massa tanah, misatnya melalui longsor. Banyak persepsi publik dan kebijakan umum tentang perlindungan DAS, menginginkan adanya suatu kondisi (hutan) di daerah hulu dan menghubungkan setiap kejadian banjir dengan hilangnya tutupan hutan diperbukitan dan pegunungan. Adanya harapan yang berlebihan dan kurang realistis tentang dampak pengelolaan DAS telah memunculkan kebijakan yang memerlukan investasi besar seperti reboisasi, namun hasilnya masih kurang sebanding dengan biaya yang dikeluarkan. Disamping itu, pembentukan 'hutan alami' dengan cara reboisasi membutuhkan waktu yang tidak pendek, sehingga upaya lain harus dilakukan secara simultan. Bahwa salah satu upaya perbaikan lingkungan dan pencegahan terjadinya lahan kritis adalah melalui kegiatan pembuatan bangunan konservasi, dimana dalam elaksanaannya diarahkan untuk menerapkan teknologi yang ramah lingkungan dan dapat diterima oleh masyarakat.Item Mitigasi Bencana Banjir Dan Kebakaran(2018-01-18) Sandhyavitri, Ari; Mukti, Mitra Adhi; Siswanto, Siswanto; Fauzi, Manyuk; Suryawan, Ibrahim; Hadi, Fajar Restu; Gunawan, HarisPersoalan kebakaran laban gambut dan laban gambut di Riau sudah menjadi topik utama untuk diprioritaskan J:'enanggulannya. Kebakaran laban gambut dan laban gambut di {liau yang terjadi pada beberapa tabun terakhir telah mencapai areal seluas 3.700 hektar. Hampir seluruh kabupaten dan kota yang ada di Riau yang berlahan gambut mengalami kebakaran dari kategori rendab seluas 4 hektar sampai yang terbesar mencapai 2.800 hektar (Gambar 1.1). Data luas kebakaran yang tercatat pada Dinas Kelahan gambutan Riau itu kemungkinan dapat bertambah bihbesar.Item Model Numerik Untuk Simulasi Alternatif Perlindungan Pantai Berbasis Sistem Informasi Geografis(2016-03-07) Sutikno, Sigit; Handoyo, Dwi Puspo; Fauzi, Manyuk; Murakami, KeisukePenelitian ini melakukan simulasi numerik alternatif perlindungan pantai dalam rangka untuk mitigasi fenomena abrasi di Pantai Tanjung Motong Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau. Simulasi dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak GENESIS (GENEralized model for SImulating Shorline change). Data-data yang dipakai untuk pemodelan adalah data topografi, bathimetri, angin dan jenis tanah. Peramalan gelombang dilakukan dengan menggunakan data angin setiap jam selama 12 tahun (2001 – 2012) untuk mendapatkan tinggi dan periode gelombang rencana. Model dikalibrasi dengan menggunakan dua data historis garis pantai yang diekstrak dari citra satelit, yaitu data Landsat-5 TM dan Landsat-8 OLI/TIRS masing-masing untuk Tahun 1990 dan Tahun 2014. Kedua data garis pantai tersebut kemudian dianalisis berbasis sistem informasi geografis dengan menggunakan DSAS (Digital Shoreline Analysis System) untuk mendapatkan laju perubahan garis pantai pada kurun waktu tersebut. Tujuan utama proses kalibrasi adalah untuk mendapatkan nilai koefisien K1 dan K2 dari model numerik sedemikian sehingga tingkat perubahan garis pantai memiliki korelasi yang baik dengan hasil analisis data satelit. Setelah terkalibrasi, maka model bisa digunakan untuk simulasi berbagai alternatif penanganan abrasi di daerah studi. Simulasi dilakukan dengan memprediksi perubahan garis pantai 10 tahun kedepan (2014-2024) dengan tiga skenario, yaitu tanpa penanganan, menggunakan sea wall, dan menggunakan detach breakwater. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fenomena abrasi akan terus berlanjut jika tidak ada penanganan secara struktural. Skenario perlindungan pantai baik berupa seawall maupun detach breakwater bisa mencegah terjadinya fenomena abrasi di Pantai Tanjung Motong.Item Pengembangan Model Hidrologi Runtun Waktu Untuk Peramalan Debit Sungai Menggunakan Daubechies Wavelet – Adaptive Neuro Fuzzy Inference System (Studi Kasus: Sub Das Siak Bagian Hulu)(2016-03-07) Suprayogi, Imam; Fauzi, Manyuk; Efrizal, EkiTujuan utama penelitian adalah mengembangkan model hidrologi runtun waktu untuk kebutuhan peramalan debit sungai sehingga akan diperoleh informasi yang akurat untuk dapat dijadikan sebagai pengamatan dalam beberapa waktu ke depan di suatu titik kontrol penampang sungai berbasis softcomputing. Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan Daubechies Wavelet dan Adaptive Neuro Fuzzy Inference System. Data pendukung penelitian diperoleh dari pencatatan Pos Duga Air Otomatis Stasiun Pantai Cermin yang berupa stage hydrograph dari tahu 2002–2012, yang selanjutnya data tersebut ditransformasikan menjadi data debit harian dengan menggunakan persamaan rating curve yang disusun oleh Balai Wilayah Sungai (BWS) III Sumatera Provinsi Riau. Hasil utama penelitian membuktikan bahwa hasil ketepatan dari model peramalan hidrologi runtun waktu debit sungai menggunakan program bantu MATLAB 7 yang diuji menggunakan kriteria parameter statistik koefisien korelasi ( R ) memiliki jangkauan ketepatan peramalan untuk satu hari ke depan ( t + 1) sebesar 0.9483.Item PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN SISTEM LAHAN BASAH BUATAN ALIRAN BAWAH PERMUKAAN (subsurface flow constructed wetlands)(2014-06-30) Darmayanti, Lita; Fauzi, Manyuk; Hajri, BagusSistem lahan basah buatan (constructed wetlands) adalah sebuah sistem yang didesain dan dikonstruksi untuk memanfaatkan proses-proses alami yang melibatkan vegetasi, tanah, dan mikroorganisme untuk mengolah air limbah. Teknologi ini meniru kemampuan sebuah ekosistem yang terdiri dari tumbuhan, media tumbuh (tanah, pasir, dan lain-lain), dan mikroorganisme yang saling bekerja sama untuk menguraikan bahan organik sehingga tercipta siklus kehidupan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi pengolahan sistem lahan basah buatan dalam mengolah air limbah domestik dan menentukan waktu detensi terbaiknya. Lahan basah buatan yang digunakan adalah tipe aliran bawah permukaan (subsurface flow constructed wetlands). Ekosistem dibuat dengan menggunakan media tanah gambut dan tanaman rumput mendong (Fimbristylis globulosa). Pengamatan dilakukan pada waktu detensi 2, 3, 4, dan 5 hari dengan parameter pH, Chemical Oxygen Demand (COD), dan Total Suspended Solid (TSS). Hasil penelitian menunjukkan constructed wetlands yang digunakan dapat menurunkan nilai pH rata-rata 23,3-29,3 %, COD 27,7-56,9 %, dan TSS 84,4-90,8 %. Waktu detensi terbaik adalah 5 hari, dengan efisiensi penurunan pH 30,2 %, COD 60,1 %, dan TSS 90,4 %. Secara keseluruhan hasil olahan, terutama untuk parameter pH dan TSS, pada setiap variasi waktu detensi telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan Pemerintah Indonesia melalui Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 112 Tahun 2003 tentang baku mutu air limbah domestik.