Browsing by Author "Bakce, Djaimi"
Now showing 1 - 3 of 3
Results Per Page
Sort Options
Item Analisis Daya Saing Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Riau(2013-04-18) Bakce, Djaimi; Hadi, SyaifulSalah satu indikator pencapaian pembangunan daerah dapat diUhat dari tingkat daya saing daerah. Penetapan daya saing daerah dapat juga digunakan untuk memahami permasalahan-permasalahan yang dihadapi untuk mencapai tujuan pembangunan daerah. Tipelogi daya saing daerah dapat dibagi menjadi tiga kategori, yakni rendah, sedang dan tinggi. Secara umum tujuan dari peneiHtin ini adalah untuk memetakan dan menganalisis tipologi daya saing daerah kabupaten/kota di Provinsi Riau. Untuk menjawab tujuan penelitian tersebut digunakan metode analisis komponen utama dan analisis korelasi. Hasil temuan utama dari penelitian ini menunjukkan bahwa daerah dengan kategori tipologi daya saing rendah adalah Kabupaten Kepulauan Meranti dan Kabupaten Indragiri Hilir. Kabupaten/kota yang termasuk dalam kategori daya saing sedang adalah Kabupaten Indragiri Hulu, Kabupaten Kuansing, Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Kampar. Sementara itu, kabupaten/kota yang termasuk dalam kategori daya saing tinggi adalah Kota Pekanbaru, Kota Dumai, Kabupaten Siak, dan Kabupaten Bengkalis. Indikator transportasi dan komunikasi, aktivitas perekonomian penduduk, dan indikator kesenjangan daerah berkorelasi secara nyata dengan enam indikator daya saing daerah yang dianalisis. Dengan demikian tiga indikator inilah yang perlu diprioritas dalam rangka mempercepat peningkatan daya saing kabupaten/kota di Provinsi Riau.Item Analisis Efisiensi Produksi Padi Sawah Di Provinsi Riau(wahyu sari yeni, 2018-09-19) Bakce, DjaimiThis study aimed to determine the application of techniques and the efficiency level of rice farming in Riau Province. Descriptive analysis and Data Envelopment Analysis was used to analyze the efficiency level. The main findings of the study indicate that the application of rice farming technique in Riau Province has not been done properly. The using of maintenance and cultivation technique have not fully implemented the Six Precise system, i.e the exact number, place, type, price, quality, and time. Based on the results of the analysis using DEA: Firstly, most rice farming is technically inefficient because of the land using, seed, fertilizer, pesticide and labor which still exceeds the required capacity. Secondly, almost all rice farmers are inefficiently allocative because of the high ratio of input prices and output prices. Third, rice farming is almost entirely economically inefficient. The policies that can be applied by the government is to subsidize production factors, especially seeds, fertilizers and pesticides. It is necessary to apply the policy of giving bigger price incentive to the farmers on every kilogram of rice produced. Besides, the policy of agricultural insurance to rice farmers need to be applied so that farmers remain motivated to continue to conduct rice farming activities.Item PERILAKU KONSUMSI PANGAN POKOK OLEH RUMAHTANGGA DI PROVINSI RIAU(2014-02-07) Bakce, Djaimi; Yusmini; HeriyantoSecara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perilaku konsumsi pangan pokok di provinsi Riau Secara spesifik bertujan untuk : Menganalisis faktor-faktor dorninan yang mempengaruhi pengeluaran konsumsi pangan pokok rumahtangga, dan Menganalisis respon pengeluaran konsumsi pangan pokok terhadap faktor-faktor dominan yang rnempengaruhinya. Untuk menjawab tujuan penelitian ini dibangun model Almost ldeal Demand System (AIDS) yang dianalisis dengan metode Seemingly Unreleated Regresison, (SUR). Komoditas pangan pokok yang masukkan dalam model mencakup tujuh komoditas (kelompok komoditas). meliputi : beras dan sagu, susu, daging sapi dan ayam, garam, gula pasir, minyak goreng, serta sayur-sayuran dan buah buahan.Hasil analisis menunjukkan bahwa elastisitas harga sendiri untuk seluruh komoditas yang diamati bertanda negative dengan nilai lebih kecil dari satu. Hal ini mengindikasikan bahwa pengeluaran konsumsi tujuh komoditas (kelompok komoditas) tersebut tidak responsif terhadap perubahan harganya sendiri. Demikian juga halnya dengan elastisitas harga silang menunjukkan nilai elastisitas(dalam nilai .absolut) yag lebjh kecil dari satu, berarti pengeluaran konsumsi masing-masing komoditas yang diamati tidak responsif terhadap perubahan harga komoditas lainnya. Sementara itu, elastisitas pendapatan menunjukkan dua komoditas yang memiliki nilai elastisitas pendapatan yang lebih besar dari 1, yaitu elastisitas pendapatan untuk daging sapi dan ayam,serta elastisitas pendapatan untuk sayur-sayuran dan buah-buahan. Dengan kata lain, pengeluaran konsumsi daging sapi dan ayam' serta sayur-sayuran dan buah-buahan, responsif terhadap perubahan pendapatan. Dari temuan tersebut dapat dinyatakan bahwa kebijakan yang berkaitan dengan upaya peningkatan pendapatan lebih baik dilakukan dibandingkan dengan kebiiakan pengendalian harga. Upaya untuk meningkatkan pendapatan rumahtangga perlu dilakukan untuk meningkatkan konsumsi rnasyarakat, khususnya konsumsi daging sapi dan ayam, serta sayur-sayuran dan buah-buahan.