Abstract:
Masyarakat Indonesia memiliki banyak ragam sosial budaya yang dihasilkan dari interaksi kesatuan masyarakat. Interaksi ini telah menghasilkan ragam corak melalui respon masyarakat terhadap lingkungan. Hal tersebut dapat disaksikan pada bentukan bangunan, adat istiadat, dan pola permukiman sebagai binaan mandiri. Sama halnya dengan manusia sebuah lingkungan beermukim dapat dimaknai dengan proses tumbuh sebuah simbol kehidupan. Bermula dari proses pembentukan, kemudian tumbuh dan berkembang, bahkan sampai pada masa akhir. Sehingga tidak heran jika proses berhuni masyarakat merupakan bagian dari peradaban itu sendiri.
Lebih spesifik juga terjadi pada Desa Pulau Belimbing, Kecamatan Kuok, Kabupaten Kampar yang mengalami perdebatan sebagai tanda perjalanan peradaban. Perdebatan yang panjang mengenai diskursus daerah tersebut sudah sering terjadi. Kabupaten Kampar yang kita kenal saat ini sudah eksis sejak lama ditandai dengan adanya tanda-tanda aktivitas manusia. Dahulu daerah tersebut dikenal dengan Andiko Nan 44 yang salah satu daerahnya dikenal dengan Limo Koto. Limo Koto sendiri yaitu lima negeri /
2
desa yang dikelompokkan menjadi satu kelompok yaitu Kuok, Salo, Bangkinang, Air Tiris, dan Rumbio. Daerah ini pada masanya sudah menjadi pusat-pusat kegiatan masyarakat setempat dalam menjalani kehidupan. Masyarakat akan melakukan upaya-upaya untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya melalui pengelolaan lingkungan sekitarnya.
