CSR-Fisheries and Marine
https://repository.unri.ac.id/handle/123456789/2766
2024-03-29T01:55:08ZEvaluasi Mutu Tepung Ikan Rucah (BYCATCH) Bergaram Sebagai Pengganti Tepung Ikan Konvensional Dalam Diet Ikan Baung (Hemibagrus nemurus)
https://repository.unri.ac.id/handle/123456789/8830
Evaluasi Mutu Tepung Ikan Rucah (BYCATCH) Bergaram Sebagai Pengganti Tepung Ikan Konvensional Dalam Diet Ikan Baung (Hemibagrus nemurus)
Hasan, Bustari; Putra, Iskandar
Penelitian ini ditujukan untuk mengevaluasi pengaruh substitusi tepung
ikan konvensional dengan tepung ikan rucah bergaram terhadap pertumbuhan,
komposisi proksimat, profil asam amino dan karakteristik karkas dan sensoris
daging baung. Empat diet diformulasi mengandung 34% protein and 3.25 kcal
DE/g energi. Diet kontrol adalah diet yang mengandung tepung ikan komersial
tanpa ikan rucah bergaram (TIK), tiga diet lainnya adalah diet yang mengandung
ikan rucah bergaram dimana tepung ikan dikurangi dan secara proporsional
diganti dengan ikan rucah bergaram 50% (IRG-50), 75% (IRG-75) dan 100%
(IRG-100). Satu diet lainnya adalah diet komersial (DK) yang tidak diketahui
bahan pakannya. Benih baung berukuran ±50 g per ikan yang diperoleh dari salah
satu pembenihan ikan lokal distok dalam keramba jaring apung 2 x 2 x 1.5 m
dengan padat tebar 50 ikan fish per keramba dan diberi makan diet percobaan
sampai kenyang, 2 kali sehari selama 3 bulan. Diet ikan rucah bergaram dicirikan
oleh kadar garam, abu dan fiber yang lebih tinggi, akan tetapi tidak berbeda profil
asam amino dan stabilitas pelet dalam air dibandingkan dengan diet kontrol.
Substitusi tepung ikan konvensional secara keseluruhan (100%) dengan ikan
rucah bergaram dalam diet ikan tidak mempengaruhi tingkat kelansungan hidup,
pertambahan berat, tingkat pertumbuhan spesifik, efisiensi pakan, efisiensi protein
dibandingkan diet kontrol, kecuali retensi protein yang menurun bila inklusi lebih
dari 75%. Inklusi ikan rucah bergaram menggantikan tepung ikan sampai 75%
tidak mempengaruhi komposisi proksimat tubuh ikan, akan tetapi inklusi lebih
tinggi menurunkan kadar protein dan meningkatkan kandungan lemak tubuh ikan.
Tidak terdapat perbedaan profil asam amino esensial, edible flesh, dress-out
percentage, nilai rupa, tekstur, bau, rasa dan nilai keseluruhan (Overall) daging
ikan antara yang diberi makan diet ikan rucah bergaram dan kontrol.
Dibandingkan diet komersial, diet ikan rucah bergaram menghasilkan
pertambahan berat, tingkat pertumbuhan spesifik, rasio efisiensi protein dan
kandungan lemak yang lebih rendah; akan tetapi retensi protein, kandungan
protein, rupa, tekstur, bau, rasa dan mutu overall yang lebih tinggi. Tidak terdapat
perbedaan profil asam amino, edible flesh dan dress-out percentage antara ikan
yang diberi makan ikan rucah bergaram dan diet komersial. Ikan rucah bergaram
dapat diinklusikan dalam diet baung menggantikan tepung ikan konvensional
sampai 75% tanpa mempengaruhi pertumbuhan, efisiensi pakan, utilisasi nutrien,
komposisi tubuh, mutu sensoris dan profil asam amino.
2016-12-13T00:00:00ZPemeliharaan Benih Ikan Baung (Hemibagrus Nemurus) Dengan Teknologi Photoperiod
https://repository.unri.ac.id/handle/123456789/8829
Pemeliharaan Benih Ikan Baung (Hemibagrus Nemurus) Dengan Teknologi Photoperiod
Heltonika, Benny; Nurasiah
Dalam budidaya perairan, ketersediaan benih yang berkualitas menjadi hal
yang penting. Salah satu ikan khas dari provinsi Riau adalah ikan baung, ikan ini
sudah dibudidayakan di beberapa tempat di propinsi Riau, namun yang menjadi
kendala bagi masyarakat pembenih ikan baung adalah masih minimnya benih yang
dihasilkan serta perkembangan benih yang belum optimal jika dibandingkan dengan
benih ikan patin, selain itu permasalahan tingginya tingkat kanibal (memakan
sesama) pada benih ikan baung cukup tinggi, ini juga menjadi kendala.
Dari beberapa hasil kajian, pada ikan nocturnal (aktif di malam hari),
photoperiod menjadi salah satu solusi dalam memecah permasalahan ini, pada ikan
selais yang dipelihara pada kondisi dominan gelap memberikan pertumbuhan yang
lebih cepat dibandingkan kondisi nrmal, dan tingkat agresifitas terhadap pakan juga
lebih baik (Windarti dan Heltonika, 2015). Mustapha et al. (2012) mengungkapkan
larva ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) yang dipelihara pada kondisi photoperiod
dimana dipelihara dalam kondisi gelap 24 jam sehari memberikan pertumbuhan yang
terbaik. Hal serupa juga diungkapkan Solomon dan Okomoda (2012) bahwa ikan lele
dumbo (Clarias gariepinus) yang dipelihara pada kondisi 24 jam gelap memberikan
tingkat kelulushidupan yang terbaik, tingkat kerusakan tubuh akibat
gigitan/kanibalisme tidak ditemukan, pertumbuhan lebih cepat dan konversi pakan
lebih baik.
Berdasarkan hal di atas, perlu dilakukan kajian bagaimana pengaruh
photoperiod terhadap pertumbuhan dan kelulushidupan benih ikan baung.
Metoda yang digunakan berupa ekperimen dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan,
perlakuan yang digunakan berupa pemeliharaan benih ikan baung dengan pola
photoperiod (pencahayaan) yang berbeda, yaitu dengan lama waktu pencahayaan 24
jam terang perhari (D0 : L24), 12 jam terang dan 12 jam gelap (D12 : L12) serta
kondisi gelap 24 jam perhari (D24 : L0). Prosedur penelitian berupa penyiapan
wadah yang terkontrol dan tertutup, dengan pemberian cahaya dengan lampu 16 watt
dengan dilengkapi timer sebagai pengontrol waktu hidup lampu.
Hasil dari kajian yang dilakukan, menunjukkan jika aplikasi potoperiod
memiliki pengaruh yang cukup signifikan dalam memacu pertumbuhan larva ikan
baung, dimana dengan pemeliharaan dalam kondisi gelap total, memberikan angka
pertumbuhan panjang dan bobot yang terbaik. Karena ikan baung merupakan ikan
nocturnal (aktif di malam hari), maka kondisi gelap merupakan rekomendasi kondisi
pemeliharaan bagi larva ikan baung.
2016-12-13T00:00:00ZStudi morfologi dan molekuler Clinostomum Complanatum (Digenea, Clinostomidae) pada ikan air tawar di yogyakarta
https://repository.unri.ac.id/handle/123456789/3494
Studi morfologi dan molekuler Clinostomum Complanatum (Digenea, Clinostomidae) pada ikan air tawar di yogyakarta
Riauwaty, Morina
Clinostomiasis adalah salah satu penyakit yang disebabkan oleh trematoda digenea
Clinostomum complanatum atau lebih dikenal dengan “yellow grub”. Parasit ini bersifat
zoonotik yang menyebabkan penyakit “laryngo-pharingitis” dan dapat mengakibatkan
kematian karena terjadi Asphyxia pada manusia (Kifune dan Kousaka, 1994; Vianna et al.,
2005). Penularan pada manusia dapat terjadi bila memakan ikan mentah yang terinfeksi
Clinostomum complanatum atau memakan ikan yang tidak dimasak secara sempurna. Kasus
ini terjadi pertama sekali di Jepang (Yamashita, 1938; Kifune et al., 2000), Israel (Witenberg,
1944), India (Cameron, 1945), Korea (Chung et al., 1995a), Thailand (Chung et al., 1995a;
Tiewchaloern et al., 1999) dan Iran (Kifune et al., 2000).
Infeksi Clinostomum complanatum pada ikan air tawar di Indonesia mengakibatkan
kematian ikan, kegagalan dalam usaha budidaya ikan dan kerugian ekonomi (Mitchell, 1995).
Ikan yang terinfeksi parasit ini menunjukkan gejala perubahan tingkah laku, pertumbuhan
ikan terganggu, berat badan menurun, kehilangan napsu makan, frekuensi berenang
berkurang, warna tubuh pucat, pergerakannya menjadi lambat (Lacerda et al., 2008; Mwita
dan Nkwengulila, 2008). Ikan akan mati jika ditrasportasikan dalam jarak jauh (Lo et
al.,1982).
Akibat adanya kasus ini, maka penelitian tentang morfologi dan molekuler
Clinostomum complanatum terus berkembang. Selama ini informasi tentang identifikasi yang
akurat untuk mendiagnosa suatu penyakit dan menanggulangi penyebab penyakit di
Indonesia masih terbatas, oleh sebab itu penemuan spesies baru pada suatu daerah dapat
digunakan sebagai alat diagnostik suatu penyakit. Berdasarkan uraian tersebut maka
penelitian tentang studi morfologi dan molekuler Clinostomum complanatum di Yogyakarta
perlu dilakukan sebagai data awal untuk mengetahui kekerabatan parasit di Indonesia.
2013-05-28T00:00:00ZPenyuluhan dan Pelatihan Diversifikasi Ikan Patin Menjadi Produk Berdaya Saing (Samosa dan Nugget) Di Desa Padang Mutung Kecamatan Kampar Riau
https://repository.unri.ac.id/handle/123456789/3046
Penyuluhan dan Pelatihan Diversifikasi Ikan Patin Menjadi Produk Berdaya Saing (Samosa dan Nugget) Di Desa Padang Mutung Kecamatan Kampar Riau
Sumarto; Suparmi; Desmelati; Loekman, Suardi; Karnila, Rahman
Desa Padang Mutung merupakan satu diantara desa yang terletak di Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Secara administrative wilayah Desa padang Mutung pada bagian sebelah utara berbatasan dengan Desa Alam Panjang Kecamatan Rumbio Jaya, sebelah selatan berbatasan dengan desa kebun Durian Kecamatan Kampar Kiri, sebelah timur berbatasan Desa Pulau Tinggi Kecamatan Kampar, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Rumbio Kecamatan Kampar.
Desa Padang Mutung memiliki potensi perikanan air tawar cukup tinggi, yang dilakukan dengan budidaya keramba dan kolam dengan produksi sekitar 330 ton/tahun. Jenis ikan yang dibudidayakan antara lain ikan patin, lele, baung, nila, dan lainnya. Jenis ikan yang dominan yang diproduksi oleh para kelompok tani ikan adalah jenis ikan patin, melalui usaha budidaya keramba dan kolam. Secara umum bahwa untuk wilayah Kabupaten Kampar untuk visi ke depan yaitu wilayah yang dikatakan sebagai daerah sejuta keramba yang sangat didominasikan oleh jenis ikan patin, dan ditambah oleh jenis ikan lainnya.
2013-04-25T00:00:00Z