RG-Research Granthttps://repository.unri.ac.id/handle/123456789/5582024-03-29T08:59:57Z2024-03-29T08:59:57ZPengembangan Biofertilizer Dan Biokontrol Dari Konsortium Mikroba Untuk Mendukung Budidaya Tanaman Cabe Ramah Lingkungan Tahun 2016Linda, Tetty MartaLestari, Wahyuhttps://repository.unri.ac.id/handle/123456789/90052017-10-13T02:49:06Z2017-10-13T00:00:00ZPengembangan Biofertilizer Dan Biokontrol Dari Konsortium Mikroba Untuk Mendukung Budidaya Tanaman Cabe Ramah Lingkungan Tahun 2016
Linda, Tetty Marta; Lestari, Wahyu
Salah satu kendala serius bagi petani tanaman cabe adalah penyakit yang disebakan oleh jamur diantaranya : Colletothricum capsisci, Phytophtora capsici, Fusarium sp, Pseudomonas yang mengakibatkan penyakit antraknosa, busuk batang/akar dan layu. Umunya petani sering menggunakan pestisida kimia untuk mengatasinya. Tanaman yang terbiasa diberi pestisida kimia akan sangat rentan terhadap serangan penyakit pada periode tanam berikutnya. Selain dari itu pemakaian pestisida bisa merusak kesehatan manusia dan lingkungan. Penelitian ini mengembangkan konsortium mikroba (bakteri dan aktinomisetes) indigenus asal tanah gambut Riau sebagai suatu konsortium untuk dapat dibuat pupuk cair yang bersifat sebagai biofertilizer dan biokontrol terhadap penyakit yang disebabkan oleh jamur untuk budidaya tanaman cabe. Aktinomisetes memiliki kemampuan melarutkan fosfat (L1.2.1, L2.2.3, SM.1.1) sekaligus mempunyai kemampuan antifungal terhadap Rizhoctonia solani, Fusarium sp, Sclerotium sp, dan Colletothricum capsisci sebagai penyebab penyakit pada cabe. Bakteri yang memiliki kemampuan memproduksi asam indole asetat (IAA) (GGO1 dan GGO2) memberi pengaruh pada laju perkecambahan dan panjang akar. Kelima isolat ini di konsortiumkan untuk dikembangkan sebagai pupuk cair “Actibar” (Actinomisetes bakteri Riau) yang bermanfaat sebagai agen biofertilizer dan biokontrol. Pengujian pupuk cair “Actibar” memberi respon pada perkecambahan cabe. Uji aktivitas Actibar dalam berbagai variasi waktu perendaman pada benih cabe, memberi pengaruh pada panjang benih dan berat kering kecambah yang berbeda nyata dengan kontrol dengan perendaman 6 dan 12 jam perendaman. Actibar dapat mempercepat perkecambahan pada media tanam tanah PMK, gambut, dan mineral. Perlu dilakukan uji lanjut untuk mengetahui waktu dan metode aplikasi pemberian Actibar kepada tanaman sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi cabe. Pupuk cair “Actibar” yang diharapkan dapat sebagai alternatif fertilizer yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan
2017-10-13T00:00:00Z- Pengembangan Biofertilizer Dan Biokontrol Dari Konsortium Mikroba Untuk Mendukung Budidaya Tanaman Cabe Ramah LingkunganLinda, Tetty MartaLestari, Wahyuhttps://repository.unri.ac.id/handle/123456789/90042017-10-13T02:44:06Z2017-10-13T00:00:00Z- Pengembangan Biofertilizer Dan Biokontrol Dari Konsortium Mikroba Untuk Mendukung Budidaya Tanaman Cabe Ramah Lingkungan
Linda, Tetty Marta; Lestari, Wahyu
Penelitian ini akan mengembangkan mikroba (bakteri dan aktinomisetes) indigenus asal tanah gambut hasil koleksi dari penelitian sebelumnya sebagai suatu konsortium untuk dikembangkan sebagai biofertilizer dan dan biokontrol terhadap penyakit yang disebabkan oleh jamur untuk budidaya tanaman cabe. Persiapan mikroba sebagai konsortium agen biofertilizer dipilih yang memiliki kemampuan: penghasil senyawa pertumbuhan didasarkan pada produksi asam indol aset (IAA), yaitu hormon yang dapat mendorong pertumbuhan tanaman dan mikroba pelarut fosfat. Selain itu, mikroba memiliki biokontrol karena dapat menghasilkan senyawa anti-jamur. Mikroba tersebut mampu menghambat pertumbuhan R. solani dan S. rolfsii, Fusarium oxysforum dan Coletotricum sp. yang sering menular melalui tanah (soil borne) digunakan sebagai penentuan agen biokontrol. Pada penelitian ini diperoleh hasil semua isolat bakteri penghasil fosfat memiliki kemampuan dalam menghasilkan IAA. Selanjutnya, uji perkecambahan (germination index) terhadap bibit cabe tertinggi dihasilkan oleh pengguna isolat tunggal L421 yaitu 22%. Formulasi konsortium mikroba berupa “Pupuk cair” perlu dilakukan pengujian yang dapat dikembangkan sebagai biofertilizer sekaligus dapat mengontrol serangan jamur patogen terhadap tanaman cabe yang dapat menekan ongkos produksi petani produk pupuk cair ini sebagai alternatif fertilizer yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan
2017-10-13T00:00:00ZProduksi Giberlin Dan Biokontrol Oleh Jamur Selulolitik Dan Ligninolitik Indigenus Riau Sebagai Upaya Pengembangan BiofertizerMartina, AtriaLestari, WahyuRoza, Rodesia Mustikahttps://repository.unri.ac.id/handle/123456789/90032017-10-13T02:23:56Z2017-10-13T00:00:00ZProduksi Giberlin Dan Biokontrol Oleh Jamur Selulolitik Dan Ligninolitik Indigenus Riau Sebagai Upaya Pengembangan Biofertizer
Martina, Atria; Lestari, Wahyu; Roza, Rodesia Mustika
Penelitian ini akan mengembangkan jamur indigenus yang telah diketahui mampu mendegradasi lignin dan selulosa dan bersifat termotoleran sebagai biofertilizer dan biokontrol terhadap penyakit yang disebabkan oleh jamur pada pertanian cabe dan karet. Isolat jamur indigenus ini sebagai agen biofertilizer akan dipilih berdasarkan kemampuannya memproduksi hormon giberelin yaitu hormon yang antara lain mampu mempersingkat waktu dormansi biji (mempercepat perkecambahan) dan meningkatkan pertumbuhan tanaman. Isolat indigenus juga memiliki kemampuan sebagai biokontrol dengan menghasilkan senyawa antifungal terhadap penyakit pada tanaman cabai dan karet, khususnya jamur Fusarium oxysporum dan Ganoderma phillippi yang merupakan patogen tular tanah (soil borne). Kemampuan hormon giberelin yang dihasilkan diuji terhadap perkecambahan biji karet dan cabe. Hasil penelitian memperlihatkan isolat indigenus yang mampu menghasilkan giberelin dengan konsentrasi cukup tinggi dimana Aspergillus sp II yaitu 6.918 g/L dan Penicillium PNE4 yaitu 4.4 g/L. Pemberian ekstrak kasar GA dari Aspergillus sp II konsentrasi 100 ppm merupakan optimum terhadap persentase daya kecambah dan berat segar sedangkan perlakuan ekstrak kasar GA dari Penicillium PNE4 konsentrasi 100 ppm lebih mendukung pertumbuhan shoot. Isolat indigenus mempunyai daya antagonis terhadap jamur Fusarium oxysporum dan Ganoderma phillippi terutama Trichoderma sp PNE4 yang mampu mempunyai daya hambat 100% terhadap kedua jamur patogen. Kemampuan isolat indigenus dalam memproduksi asam giberelat, mempunyai kemampuan antifungal dan non patogen pada tumbuhan karet dan cabai akan digunakan sebagi biofertilizer sekaligus mampu sebagai biokontrol
2017-10-13T00:00:00ZEksplorasi Dan Uji Daya Hambat Aktinomisetes Asal Tanah Gambut Cagar Alam Giam Siak Kecil-Bukit Batu Riau Terhadap BakteriRoza, Rodesia MustikaLinda, Tetty MartaMartina, Atriahttps://repository.unri.ac.id/handle/123456789/89832017-09-13T08:41:48Z2017-09-13T00:00:00ZEksplorasi Dan Uji Daya Hambat Aktinomisetes Asal Tanah Gambut Cagar Alam Giam Siak Kecil-Bukit Batu Riau Terhadap Bakteri
Roza, Rodesia Mustika; Linda, Tetty Marta; Martina, Atria
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan isolat aktinomisetes asal tanah gambut Cagar Alam Giam-Siak Kecil Bukit Batu Riau yang memiliki kemampuan daya hambat terhadap bakteri. Penelitian ini dilaksanakan di lapangan dan di laboratorium Mikrobiologi Jurusan FMIPA Universitas Riau mulai bulan Juli-Desember 2009. Lokasi pengambilan sampel terdiri atas empat lokasi yaitu : Lokasi 1 (Perkebunan Sawit dan Karet), Lokasi 2 (Hutan Tanaman Industri), Lokasi 3 (Hutan Paska Kebakaran) dan Lokasi 4 (Zona Inti).
Penghitungan total mikroba dilakukan pada medium PCA (Plate Count Agar). Hasil penghitungan total mikroba diperoleh jumlah tertinggi pada lokasi 4 (zona inti) sebanyak 143 x 103 CFU /gram sampel tanah gambut dan terendah pada Lokasi 3 (Hutan Paska Kebakaran) sebanyak 39 x 103 CFU /gram sampel tanah gambut.
Hasil isolasi aktinomisetes diperoleh total 22 isolat aktinomisetes, 2 isolat dari Lokasi 1 (Perkebunan Sawit dan Karet), 2 isolat dari Lokasi 2 (Hutan Tanaman Industri), 13 isolat dari Lokasi 3 (Hutan Paska Kebakaran) dan 5 isolat dari Lokasi 4 (Zona Inti). Warna koloni yang berhasil diisolasi dikelompokkan putih, krem, coklat, putih kecoklatan coklat kekuningan, dan kehijau-hijauan, permukaan bertepung, hampir keseluruhan berbentuk bulat, semua berkonsistensi lengket dan mengeluarkan bau serasah/ bau tanah. Isolasi dilakukan dengan menggunakan medium SCA (Starch Casein Agar).
Pengujian kemampuan daya hambat terhadap bakteri uji (E.coli) diperoleh satu isolat (L3.9) memperlihatkan zona bening. Zona hambat yang terbentuk berdiameter 13,7 mm. Pengujian daya hambat terhadap bakteri dilakukan pada medium NA (Natrium Agar)
2017-09-13T00:00:00Z