Yusuf, Yusmar2016-03-082016-03-082016-03-081412-2367wahyu sari yenihttp://repository.unri.ac.id/xmlui/handle/123456789/8095Gemuruh ekonomi kapital berbasis butan di Riau saat ini menuai untung sekaligus bencana yang besar. Di satu sisi pemerintah menggerakkan sektor ekonomi berbasis hutan dengan membuka lahan bagi perkebunan besar, pembenan Hak Pengusabaan Hutan [HPH] dan Hutan Tanaman Industri [HTI] bagi perusahaan pulp (bubur kertas] dan menggemuruhkan pasar dunia dengan seberangkat sistem manajemen modern yang menyertainya. Di sisi lain, bencana lingkungan akibat kerusakan hutan, terjadi berulang-ulang, seperti banjir, tanah longsor, musim asap yang daya rayanya mengganggu kesehatan manusia dan sistem navigasi hingga negara tetangga. Ekiploitasi hutan sebagai basis ekonomi kapital kian menggelinding. Berseberangan dengan itu, terjadi penolakan maha dahsyat oleh mayarakat adat yang berada di sekitar hutan, yang selama ini menyandarkan kehidupan ekonominya dari hutan. Nilai dan resam Melayu mengajarkan kepada orang-orang Melayu untuk membuka diri, menerima semua tamu yang masuk ke negerinya membela dan menampung orang-orang yang datang dalam kemelaratan. Namun, setelah beberapa tahun sejak awal 1990 an kedatangan perusahaan-perusahaan besar yang mengeksploitasi hutan-hutan dan kekayaan hutan Riau, sikap orang Melayu berubah menjadi ‘melawan’ dan ‘menutup diri’ dari segala bentuk perusahaan-perusahan multinasional, sekligus mengenyampingkan isu plurabsmeenhutan tanahagamakebudayaankearifan lokalHutan Tanah dan Penyusutan Kebudayaan; Tarik Menarik Melayu Riau dalam ke-Indonesia-anUR-Scientific Work Lecturer