Zul, DelitaLeni Fibriarti, Bernadeta2015-07-062015-07-062015-07-06Dodyhttp://repository.unri.ac.id/xmlui/handle/123456789/7257Riau merupakan salah satu propinsi yang memiliki lahan gambut dengan luas sekitar 45% (4,044 juta Ha) dari total wilayah yang ada (Darajat 2006). Salah satu kawasan gambut tersebut adalah Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu (GSK-BB) yang terletak di Kabupaten Bengkalis-Siak dan Kota Dumai (Devita 2009). Secara umum kondisi alam Cagar Biosfer GSK-BB merupakan dataran rendah dengan beberapa danau alam, yang merupakan perpaduan unik antara kawasan konservasi dan hutan produksi yang tidak dikonversi (Purwanto et al. 2009). Sebagian besar kawasan Cagar Biosfer GSK-BB telah berubah fungsi menjadi areal pertanian, hutan tanaman industri, pemukiman dan mendapat tekanan akibat aktivitas antrophogenik, seperti pembakaran hutan dan kanalisasi. Perubahan fiingsi lahan mengakibatkan vegetasi asli mulai berkurang dan digantikan oleh semak belukar dan pohon kecil (Partomiharjo et al. 2007). Perubahan struktur vegetasi tersebut akan mempengaruhi struktur tanah dan komposisi komunitas mikroba tanah. Kondisi lingkungan yang terganggu akibat penggunaan lahan akan mempengaruhi populasi, keanekaragaman dan aktivitas mikroba tanah (Bahig et al. 2008). Hingga saat ini, belum jelas diketahui korelasi antara keanekaragaman dan aktivitas mikroba dengan perubahan vegetasi lahan gambut. Aktivitas dan komposisi komunitas mikroba dari suatu ekosistem perlu diketahui dan dapat digunakan sebagai salah satu indikator kualitas tanah (Acosta-Martinez et al. 2007; Hargreaves et al. 2003), sehingga penurunan aktivitas mikroba tanah dapat digunakan sebagai indikasi awzd dari gangguan yang terjadi pada ekosistem (Winding et al. 2005).en-USCagar Biosfer GiamKeanekaragaman Dan Aktivitas Mikroba Di Kawasan Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu: Sebagai Indikator Terhadap Tekanan Penggunaan LahanUR e-Research