Daikana Kemalawati, Arba’yahHambali, Hambali2022-01-022022-01-022017-03-21https://repository.unri.ac.id/handle/123456789/10373Kekuasaan Kompeni Belanda di Melaka sejak tahun 1641 telah semakin kuat dan telah mampu menguasai perairan, pelayaran dan perdagangan di Selat Melaka, yang sejak masa kejayaan Nasional (400-1600) telah berperan sebagai jalur lintas orang, jalur lintas barang dan perdagangan, jalur lintas kebudayaan dan agama. Raja Haji Yang Dipertuan Muda Riau ke IV, yang sejak usia muda telah dipersiapkan untuk mengenal peta politik masa itu mengadakan pengawasan yang tajam terhadap sepak terjang politik Belanda di Melaka. Ia pun telah sejak lama mempersiapkan diri dan daerah Kerajaan Riau dengan sebaik-baiknya guna menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang terjadi, yang sewaktu-waktu dapat mengancam wilayah Kerajaan Riau.Raja Haji adalah putera Daeng Celak Yang Dipertuan Muda Riau II (Perdana Menteri) yang menjabat pada periode 1729-1746 ia dilahirkan sekitar tahun 1727 di Kota Lama, Hulu Riau. Ia dibesarkan dalam lingkungan sosial yang berpegang teguh pada adat istiadat raja-raja Melayu Riau.Di bawah memerintahan YDM Raja Haji dan Sultan Mahmud Syah (III), pelabuhan Riau terbuka bagi tiap-tiap bangsa, bandar-bandar Riau menerima tiap-tiap pedagang yang datang dari mana saja. Tidak heran dimasa pemerintahan ini, kerajaan Riau tumbuh dan berkembang dengan pesat.Selama Raja Haji memangku jabatan Yang Dipertuan Muda Riau, ia telah berhasil membawa kemakmuran bagi negeri Riau, dan rakyat secara merata serta mempertahankan marwah dan martabat bangsa yang pantang menyerah kepada pihak penjajah Belanda. Raja Haji gugur dalam pertempuran di Teluk Ketapang sebagai seorang pahlawan bangsaotherKerajaan RiauRAJA HAJI FISABILILLAH MEMERINTAH TAHUN 1729 – 1746Article