Taufiq, HilmanRidhani, WiwitSuhardi, V. Sri Harjati2016-07-132016-07-132016-07-13978-979-792-675-5http://repository.unri.ac.id/xmlui/handle/123456789/8430Pengembangan metode delignifikasi berperan penting dalam pembuatan etanol berbahan baku lignoselulosa. Delignifikasi merupakan pemecahan polimer lignin yang melapisi selulosa dan hemiselulosa. Selulosa dan hemiselulosa kemudian difermentasi menjadi etanol. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan efektivitas delignifikasi metode fermentasi fasa padat menggunakan jamur pelapuk putih, dan metode fisik. Pertama, dipilih 3 spesies jamur pelapuk putih dengan aktivitas lakase tinggi, yaitu Trametes hirsuta, Trametes versicolor dan Marasmius sp.. Kemudian, dipilih 3 jenis limbah lignoselulosa berdasarkan kelimpahannya di Indonesia, yaitu batang jagung, jerami padi & pelepah sawit. Setelah itu, 1 spesies jamur diinokulasi tepat untuk salah satu jenis biomassa. Hasil pengamatan aktivitas lakase selama 17 hari menunjukkan bahwa Trametes hirsuta menghasilkan aktivitas lakase tertinggi dengan media batang jagung pada hari ke 17 (20.67U/L). Sedangkan Marasmius sp. menghasilkan aktivitas lakase tertinggi dengan media pelepah sawit pada hari ke 12 (8.06U/L). Adapun biomassa jerami padi memberikan konsentrasi lakase yang cenderung tinggi untuk ketiga spesies jamur. Pada akhir penelitian, jumlah glukosa yang terbentuk antara batang jagung dan Trametes hirsuta adalah 744.13mg / L, antara daun-daun palem dan Trametes hirsuta adalah 957.99mg / L, dan antara jerami padi dan Marasmius sp. adalah 804.47mg / L. Disimpulkan bahwa aktivitas lakase tinggi tidak berbanding lurus dengan rendemen glukosa yang dihasilkan.en-USdelignifikasijamur pelapuk putihlakasePERBANDINGAN EFEKTIVITAS DELIGNIFIKASI BIOMASSA LIGNOSELULOSA DENGAN METODE FERMENTASI FASA PADAT DAN METODE NON-BIOLOGISUR-Proceedings