Suryanita, ReniMorena, Yenita2014-02-252014-02-252014-02-25wahyu sari yenihttps://repository.unri.ac.id/handle/123456789/5688Dewasa ini semakin banyak dij umpai bangunan bertingkat di daerah perkotaan. Salah satu penyebabnya adalah semakin terbatasnya lahan yang tersedia, maka san gat mungkin di dalam perencanaan bangunan, pengaruh jarak (gap) di antara bangunan kurang mendapat perhatian yang selayaknya. Sering dijumpai dua struktur bangunan tinggi yang mana keduanya hanya dipisahkan oleh sebuah dilatasi saja tanpa memberikan jarak yaug cukup. Bila perencanaa!l jarak ini kurang baik dalam arti tidak cukup Iebar, maka selama masa layan dari bangunan tersebut akan dimungkinkan adanya kondisi saling berbenturan bilamana terjadi gempa karena celah yang kecil antar bangunan tidak mencukupi untuk respons getaran bebas bangunan saat terjadi gempa kuat. Fenomena benturan ini menimbulkan kerusakan non-struktural yakni rusaknya zona .kontak (permukaan dua bangwtan yang berbenturan) atau bahkan kerusakan struktural (runtuhnya bangunan karena kehancuran kolom yang tidak mampu memikul momen lentur yang terjadi). Benturan antar bangunan dapat menimbulkan gaya- gaya dalam tambahan pada elemen struktur yang biasanya pada perencanaan awal belurn diperhitungkan. Gaya-gaya dalam tambaban ini akan tersuperposisikan dengan gaya-gaya dalam akibat gempa itu sendiri. Untuk itu dalam perencanaan struktur jarak antar bangunan perlu diperhatikan dengan mengikutsertakan gempa sebagai beban rencana, khususnya untuk daerah rawan gempa seperti Indonesia. Karena itu diperlukan suatu kajian struktural bangunan akibat benturan tersebut.enPERILAKU DlNAMIK DUA MODEL BANGUNAN BERTlNGKAT YANG BERBENTURAN AKIBAT BEBAN GEMPAUR e-Research